Jelaskan kontribusinya dalam PEMBELAJARAN bahasa

Hesti Muliawati



Budaya bangsa Indonesia saat ini mulai diminati oleh orang asing. Bukan hanya budayanya saja tetapi bahasanyapun harus dikuasai. Oleh karena itu, banyak orang asing yang tertarik untuk mempelajari bahasa Indonesia atau kita memakai istilah BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Dalam hal ini, terjadi proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua bagi orang asing. Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses penguasaan bahasa ibu (native language) yang dilakukan oleh seorang individu secara natural, sedangkan pembelajaran bahasa (language learning) adalah proses penguasaan bahasa yang terjadi dalam tataran formal, yakni belajar di kelas dan diajarkan oleh seorang guru. Terdapat dua cara pemerolehan bahasa kedua (Second Language Acquisition), yaitu attitude dan aptitude. Attitude adalah pemerolehan bahasa secara tidak disadari. Maksudnya, pembelajar memperoleh dan memahami bahasa kedua dengan metode mendengarkan dan membaca. Aptitude adalah pemerolehan bahasa kedua secara sadar, Jadi untuk mempelajari bahasa kedua pembelajar harus memperhatikan bentuk, memahami aturan, dan secara umum memahami proses bahasa itu sendiri.

Kata Kunci: Pemerolehan Bahasa, Pembelajaran Bahasa, Pembelajaran Bahasa Kedua, Metode Attitude dan Aptitude


  • There are currently no refbacks.

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Ahmad Fuadin Departemen Pendidikan Umum FPIPS UPI Bandung Abstrak Bahasa Indonesia merupakan mata kuliah umum di pendidikan tinggi yang sifatnya wajib diikuti mahasiswa. Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar. Melalui keterampilan komunikasi yang baik mahasiswa diharapkan mampu bersaing dalam berbagai situasi dan kondisi temasuk dalam menghadapi MEA. Penelitian ini merupakan kajian mengenai kontribusi mata kuliah bahasa Indonesia dalam menghadapi MEA. Rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana kontribusi materi perkuliahan terhadap kemampuan berbahasa mahasiswa serta bagaimana kesiapan mahasiswa menghadapi MEA. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Berdasarkan data yang terkumpul diproleh hasil, yakni 93% responden menyatakan bahwa materi pembelajaran bahasa Indonesia memberikan kontribusi terhadap terhadap kemampuan berbahasa, sementara 7% menyatakan sebaliknya. Namun demikian, diperoleh hasil lain, yakni 67% mengaku siap menghadapi MEA, sementara 33% lainnya mengaku tidak/belum siap. Kesiapan responden menghadapi MEA diakui karena sudah menjadi tantangan yang akan terjadi, artinya siap tidak siap harus siap. Sementara yang tidak/belum siap mengaku bahwa masih banyak yang belum dipersiapkan seperti kreativitas dan produktivitas karena kecakapan komunikasi saja tidak cukup. Kata kunci: bahasa Indonesia, perguruan tinggi, mata kuliah dasar umum, Masyarakat Ekonomi Asean 1 1

Pendahuluan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah dasar umum dalam kurikulum pendidikan tinggi seperti yang diamanatkan oleh UU RI NO 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, tepatnya pada pasal 35 ayat 3. Mata kuliah ini, termasuk mata kuliah wajib diikuti setiap mahasiswa. Sesuai dengan apa yang telah dinyatakan oleh Dirjen Dikti (2013:i) Mata kuliah bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, karena penguasaan atas bahasa Indonesia dapat dijadikan ukuran nasionalisme seseorang sebagai bangsa Indonesia. Dengan demikian, bahasa Indonesia memiliki kedududukan penting dalam kurikulum pendidikan tinggi. Sekaitan dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di pendidikan tinggi, kurikulum menetapkan kompetentikompetensi yang harus dimiliki mahasiswa. Secara umum kompetensi yang diharapkan adalah mahasiswa mampu menulis dan berbicara dengan baik dalam bahasa Indonesia laras ilmiah. Kemampuan tersebut didasari oleh penguasaaan atas pengetahuan fungsi-fungsi bahasa serta ragam dan larasnya, keterampilan ejaan, kalimat, paragraf, dan jenis wacana, serta mereproduksi teks-teks dari berbagai sumber. Dengan demikian, mata kuliah ini diharapkan menjadikan mahasiswa memiliki keterampilan komunikasi yang tinggi dalam ranah keilmuan. Keterampilan komunikasi adalah salah satu soft skill dalam bermasyarakat. Keberhasilan seseorang bergantung pada kemampuannya berkomunikasi. Orang yang mampu berkomunikasi dengan baik cenderung akan dengan mudah mencapai karir yang cemerlang karena komunikasi yang baik menunjukan bahwa ia memiliki dasar pemikiran yang kuat dan terorganisasi. Keterampilan komunikasi seperti yang telah diuraikan di atas, akan sangat diperlukan dalam berbagai kondisi, termasuk dalam ajang masyarakat ekonomi asean (MEA) yang akan dimulai Desember 2015. Masyarakat ekonomi asean (MEA) merupakan ajang yang sangat penting. Sekalipun fokus utamanya ada dalam bidang ekonomi, ajang ini akan memberikan banyak pengaruh terhadap bidang-bidang lainnya termasuk bahasa. Seperti yang kita tahu bahasa merupakan media yang menjadi perantara dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai bentuk integrasi 2

berbagai bangsa, MEA pasti membutuhkan media perantara yang dapat saling menghubungkan satu bangsa dengan bangsa lainnya. Berbagai rumor gencar dipublikasikan bahwa media perantara yang digunakan adalah bahasa Inggris. Namun demikian, sesungguhnya bahasa Indonesia memiliki kemampuan yang lebih kuat untuk dapat menjadi media perantara antar bangsa, setidakanya ketika komunikasi berlangsung di wilayah negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kontribusi pembelajaran bahasa Indonesia di pendidiakan tinggi terhadap kesiapan mahasiswa dalam menghadapi masyarakat ekonomi asean (MEA). Tujuan dari penelitian ini adalah memotret dan mendeskripsikan presepsi mahasiswa mengenai kontribusi bahasa indonesia di pendidikan tinggi dan kesiapan mereka dalam menghadapi MEA. Tinjauan Pustaka Bahasa di Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi menjadi ajang strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang bisa bersaing secara global. Pendidikan tinggi memiliki posisi strategis dalam pembangunan bangsa. Sesuai dengan hakekat pendidikan termasuk pendidikan tinggi adalah olah pikir (menjadi cerdas, kreatif dan inovatif), olah rasa (memiliki budi, kehalusan rasa, humanis, toleran, peduli, suka menolong), olah hati (beriman, bertakwa, jujur, adil, amanah, bertanggungjawab, empati) dan olah raga (sehat, disiplin, sportif, tangguh, gigih) (Hadi, 2014:43). Mata kuliah dasar umum atau lebih dikenal dengan MKDU (general education) yang sifatnya wajib diikuti oleh setiap mahasiswa telah dinyatakan dalam UU NO 12 tahun 2012 sebagai mata kuliah wajib yaitu, Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Mata Kuliah Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, karena penguasaan atas bahasa Indonesia dapat dijadikan ukuran nasionalisme seseorang sebagai bangsa Indonesia (Dirjen Dikti, 2013:i). 3

Keterampilan berbahasa Indonesia merupakan syarat mutlak bagi mahasiswa Indonesia agar mampu mengutarakan pikirannya kepada pihak lain secara efektif. Mata kuliah bahasa Indonesia ini diharapkan menjadikan mahasiswa memiliki keterampilan komunikasi yang tinggi dalam ranah keilmuan. Didasari oleh penguasaan atas pengetahuan, fungsifungsi bahasa serta ragam dan larasnya, keterampilan ejaan-tanda baca, kalimat, paragraf, dan jenis wacana serta mereproduksi teks-teks dari berbagai sumber, mahasiswa diharapkan mampu menulis dan berbicara dengan baik dalam bahasa Indonesia laras ilmiah (Dirjen Dikti, 2013:iii). Pembelajaran bahasa Indonesia di pendidikan tinggi berisi kompentensi yang harus dimiliki mahasiswa yakni meningkatnya kemampuan pemahaman atas fungsi bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan, meningkatkan kemampuan memahami ragam bahasa dan aneka laras bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan, meningkatkan kemampuan keterampilan menulis dengan ejaan dan tanda baca yang benar, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pikiran dalam bentuk kalimat, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pikirannya dalam bentuk paragraf, meningkatkan pemahaman mahasiswa atas jenis tulisan dalam bahasa Indonesia dan dapat menerapkan serta menghasilkan jenis-jenis tulisan tersebut, meningkatkan kemampuan mahasiswa mengenai cirri dan perbedaan ringkasan, abstrak, sintesis, dan cara menerapkannya dalam berbagai keperluan, meningkatkan kemampuan mahasiswa mengenai konsep kutipan dan sistem rujukan serta cara menerapkannya dalam berbagai keperluan, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyusun langkah-langkah penulisan ilmiah (Dirjen Dikti, 2013:iv). Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Amri (2015) MEA dibentuk dengna tujuan untuk mencapai kesempurnaan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN yang diyakini dapat memberikan manfaat nyata bagi seluruh elemen masyarakat. Sementara itu, ditinjau dari segi bahasa, Azis (2014) mengemukakan bahwa MEA berpotensi menimbulkan beberapa dampak negatif, salah satunya dalam hal penggunaan bahasa. Menurutnya, para pendatang asing akan datang 4

dari berbagai negara dengan berbagai latar belakang budaya dan bahasa dan dia meyakini sebagian besar masyarakat akan menyepakati bahasa Inggris sebagai media komunikasi sehari-hari. Hal tersebut disebabkan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi sudah diterima secara luas oleh mayoritas penduduk dunia sebagai bahasa pemersatu yang sebarannya merata diberbagai negara di dunia. Lebih lanjut, Azis (2014) menguraikan langkah pemertahanan kewibawaan bahasa Indonesia yakni peningkatan gengsi, penggunaan bahasa Indonesia, peningkatan kesejahteraan pengguna bahasa Indonesia, penghargaan penggunaan bahasa tulisan yang sesuai dengan bahasa Indonesia baik dan benar baik media cetak maupun elektronik, pengubahan kebijakan pendidikan (syarat TOEFL menjadi syarat UKBI), serta menugaskan kepada setiap dosen untuk turut serta memerhatikan kecakapan berbahasa mahasiswa dalam penyelesaian tugas-tugas dan dosen ikut member masukan tentang kecakapan berbahasa mahasiswa dalam tugas menulis maupun lisan (presentasi), penghargaan sekaligus sanksi kepada lembaga milik negara maupun swasta yang tidak mengindahkan aturan mendahulukan bahasa Indonesia daripada bahasa asing, dan perlunya keteladanan pemimpin bangsa, tokoh-tokoh masyarakat dan politik, untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar pada momentum mereka berbicara kepada masyarakat Indonesia. Melalui penerapan tersebut, dengan kerjasama dan komitmen yang kuat dari pemangku kepentingan di negeri ini, bahasa Indonesia akan lebih kuat dan berwibawa saat kesepakatan MEA 2015 telah diterapkan. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei. Jenis penelitian ini ditetapkan sesuai dengan masalah dan tujuan yang telah dirumuskan. Sukmadinata (2007:82) mengenguraikan bahwa survey ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi serta untuk mengumpulkan data berkenaan dengan sikap, nilai, kepercayaan, pendapat, pendirian, keinginan, cita-cita, perilaku, kebiasaan dll. Populasi penelitian 5

Jumlah jawaban mahasiswa ini adalah mahasiswa semester 1 di Universitas Pendidikan Indonesia. Yang menjadi sampel penelitian berjumlah 133 mahasiswa. Dalam menjaring data penelitian, teknik dalam mengumpulkan data yang diperlukan adalah melalui angket. Angket tersebut berisi lima belas pertanyaan tentang respons mahasiswa mengenai kaitan materi dengan kesiapan mereka menghadapi MEA. Data yang terkumpul diolah melaui langkah dengan mendeskripsikan data dan menarik simpulan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan survei yang sudah dilakukan melalui penyebaran angket diproleh jawaban sebagai berikut. Ya Tidak Pertanyaan ke- Data Hasil Survei Keterangan: 6

1. Menurut Anda, ketika MEA terja tulis) di tengah arus global? haruskah kita lebih mengutamaka 12. Apakah dengan mempelajari kary penggunaan bahasa asin tulis ilmiah (membuat makalah, dsb dibandingkan bahasa Indonesia? 2. Apakah Anda setuju jika kita teta menambah semangat Anda untu eksis di tengah arus global? menggunakan bahasa Indones13. Apakah dengan mempelajri teori da dalam ajang MEA? praktik presentasi menamba 3. Menurut Anda, adakah kontribu kepercayadirian Anda dala belajar bahasa Indonesia di pergurua berkomunikasi? tinggi dalam mempersiapkan di 14. Setujukah Anda jika bahasa Indones menghadapi MEA? 4. Apakah belajar bahasa Indones dijadikan sebagai bahasa persatua tingkat ASEAN? membuat Anda lebih mencint15. Siapkah Anda menghadapi MEA? bahasa/bangsa Indonesia? 5. Apakah dengan mengetahui sejara perkembangan, kedudukan, da fungsi bahasa Indones menumbuhkan kecintaan And terhadap bahasa/bangsa Indonesia? 6. Apakah dengan mempelajari raga bahasa Indonesia menambahka kepekaan Anda dala berkomunikasi? 7. Apakah dengan mempelajari ejaa menambah kepekaan Anda dala menulis? 8. Apakah dengan mengetahui istila istilah Indonesia untuk padanan istila asing menambah kekayaan kosaka Anda? 9. Apakah dengan demikia (mengetahui istilah bahasa Indones untuk padanan istilah bahasa asin menambah kepercayaan diri And dalam berbahasa Indonesia? 10. Apakah dengan mengetahui piliha kata (diksi) membuat Anda lebih sia berbahasa Indonesia di tengah aru global? 11. Apakah dengan memahami kalim efektif menambah kesiapan And berkomunikasi (baik lisan, maupu 7

Grafik di atas menunjukan jawaban yang signifikan antara Ya dan Tidak. Hampir semua jawaban untuk pertanyaan pertama yakni penggunaan bahasa asing dalam ajang MEA mahasiswa tidak menyepakatinya dan cenderung lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia. Untuk jawaban pertanyaan kedua yakni penggunaan bahasa Indonesia dalam ajang MEA 95% mahasiswa setuju. Untuk pertanyaan ketiga, yakni adakah kontribusi belajar bahasa Indonesia di perguruan tinggi dalam mempersiapkan diri menghadapi MEA, 92% mahasiswa menjawab ya. Pertanyaan keempat mengenai belajar bahasa Indonesia membuat lebih mencintai bahasa dan bangsa Indonesia, 96% mahasiswa menjawab ya. Untuk pertanyaan kelima yakni dengan mengetahui sejarah perkembangan, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dapat menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa atau bangsa Indonesia, 98% mahasiswa menjawab ya. Pertanyaan keenam mengenai apakah dengan mempelajari ragam bahasa Indonesia menambah kepekaan dalam berkomunikasi, 98% mahasiswa menjawan ya. Untuk pertanyaan ketujuh, yakni apakah dengan mempelajari ejaan dapat menambah kepekaan dalam menulis, 95% mahasiswa menjawab ya. Pertanyaan kedelapan mengenai apakah dengan mengetahui istilah-istilah Indonesia untuk padanan istilah asing menambah kekayaan kosakata Anda, 89% menjawab ya. Pertanyaan kesembilan mengenai apakah dengan mengetahui istilah Indonesia untuk padanan istilah asing menambah kepercayaan diri dalam berbahasa Indonesia, 89% menjawab ya. Pertanyaan kesepuluh apakah dengan mengetahui pilihan kata (diksi) membuat Anda lebih siap berbahasa di tengah arus global, 92% mahasiswa menjawab ya. Selanjutnya, pertanyaan kesebelas, yakni apakah dengan memahami kalimat efektif menambah kesiapan Anda berkomunikasi di tengah arus global, 92% menjawab ya. Pertanyaan kedua belas, apakah dengan mempelajari karya tulis ilmiah menambah semangat Anda untuk eksis di tengah arus global, 83% menjawab ya. Pertanyaan ketiga belas, yakni apakah dengan mempelajari teori dan praktik presentasi menambah kepercayadirian Anda dalam berkomunikasi, 96% menjawab ya. Pertanyaan keempat belas mengenai setujukah Anda jika dijadikan Sebagai bahasa persatuan tingkat Asean, 92% menjawab ya. Sementara itu, agak berbeda dengan persentase sebelumnya, persentase jawaban dari pertanyaan terakhir, yakni siapkah Anda menghadapi MEA, hanya 67% yang menjawab ya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pemilihan jawaban Ya dan Tidak mahasiswa menguraikan alasan-alasannya. Mahasiswa cenderung lebih 8

mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia dari pada asing ketika ajang MEA dengan alasan bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan dan identitas bangsa yang harus terus digunakan. Beberapa alasan juga dikemukakan bangsa asing yang masuk ke Indonesia harus menguasai bahasa Indonesia. Sementara yang memilih penggunaan bahasa asing berpendapat bahwa bahasa asing menunjang komunikasi dengan warga ASEAN. Mengenai materi perkuliahan bahasa Indonesia yang berkontribusi terhadap kemampuan berbahasa, kecendrungan mahasiswa beralasan bahwa materi-materi tersebut menambah wawasan keilmuan yang bersifat teoretis dan praktis sehingga menjadi bekal dalam berkomunikasi. Keadaan tersebut menurut beberapa responden lebih menambah rasa percaya diri dan selaku mahasiswa sudah sepantasnnya berbahasa dengan baik dan benar. Selain itu, mereka mengaku jika bahasa tidak efektif maka akan sulit menyampaikan informasi. Dengan demikian, mahasiswa cenderung menyetujui bahwa materi perkuliahan bahasa Indonesia menambah kepekaan dalam berkomunikasi baik secara tulisan maupun secara lisan. Berkenaan dengan dengan kesiapan mahasiswa dalam menghadapi MEA 67% responden menjawab siap dan sisanya tidak. Mereka yang siap beralasan MEA membentuk mereka lebih kritis, agar lapangan pekerjaan tidak diambil oleh kalangan luar Indonesia, dan mayoritas alasan siap adalah siap tidak siap harus siap. Sementara itu responden lain yang menjawab tidak siap cenderung mengaku bahwa mereka belum mempersiapkan diri dan tidak memiliki kemampuan serta kreativitas yang kurang dibanding kemampuan dan kreativitas masyarakat asing. 9

Simpulan Berdasarkan hasil yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa mata kuliah bahasa Indonesia memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kontribusi tersebut berupapengetahuan, teori dan praktik yang menjadi bekal dalam berkomunikasi secara baik dan benar. Komunikasi menjadi salah satu bekal dalam menghadapi MEA. Adapun kesiapan mahasiswa dalam menghadapi MEA data menunjukan ada ketidakselarasan antara kontribusi mata kuliah terhadap kemampuan berkomunikasi dengan kesiapan menghadapi MEA. Hal itu ditunjukan, meskipun mahasiswa mengaku lebih siap berkomunikasi dengan baik dan benar hampir setengahnya responden masih belum siap menghadapi MEA. Itu menandakan bahwa responden mengakui betul bahwa komunikasi/berbahasa bukan satu-satunya modal dalam menghadi MEA. Dalam menghadapi MEA diperlukan persiapan dan kesiapan. Komunikasi adalah salah satunya. Maka dari itu, perkuliahan bahasa Indonesia sebagai bentuk fasilitas dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang diberikan di perguruan tinggi hendaknya dilakukan dengan optimal. Perkuliahan hendaknya betul-betul dilaksakan secara serius agar tujuan perkuliahan dapat dicapai sebagaimana mestinya. Bukan hanya itu saja, perkuliahan juga hendaknya mengintegrasikan setiap mata kuliah termasuk mata kuliah Bahasa Indonesia dengan mata kuliah lainnya agar mahasiswa sebagai subjek memiliki keterampilan yang bermakna, kreatif, dan produktif, bukan sekadar pandai komunikasi tanpa ada konteksnya. Dengan demikian, pada akhirnya mahasiswa diharapkan akan lebih mampu menghadapi setiap tantangan dan bersaing secara sehat dalam berbagai situasi dan kondisi, seperti halnya dalam memasuki ajang MEA. 10

Daftar Pustaka Amri, I. S. (2015). Mea Peluang Bersyarat. Masyarakat ASEAN, Sebelumnya: Buletin komunitas ASEAN edisi 7/Maret 2015. Jakarta: Kemenlu RI. Tersedia: http://www.kemlu.go.id/majalah/asean%207%202015.pdf. [diakses 17 November 2015]. Azis, A. L. (2014). Penguatan Identitas Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional dan Bahasa Persatuan Jelang Penerapan Masyrakat Ekonomi Asean (MEA 2015). Jurnal Studi Sosial T.6 No. 1, Mei 2014. Tersedia: http://lp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/31.pdf. [diakses 15 November 2015]. Dirjen Dikti. (2013). Materi Kuliah Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud RI. Hadi, S. P. (2014). Pergulatan Pemikiran Tentang Pendidikan Tinggi. Yogyakarta: Thafa Media. Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Sukmadinata, N. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 11