Jalur transportasi dan perdagangan masa kolonialisme Portugis dan Belanda

Indonesia merupakan salah satu negara dengan wilayah sangat luas yang terdiri dari berbagai macam pulau.

Jika di total, jumlah pulau dari Sabang sampai Merauke jumlahnya lebih dari 10.000 pulau, baik pulau besar maupun pulau kecil.

Hal inilah yang menjadikan laut sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Indonesia.

Selain negara kepulauan, Indonesia juga berada terletak pada jalur sutra perdangan internasional.Hal inilah yang menjadikan Indonesia terkenal sejak zaman dahulu.

Berikut adalah sejarah mengenai perkembangan jalur tansportasi dan perdangan Internasioal di Indonesia.

Masa Kerajaan

Jalur transportasi dan perdagangan masa kolonialisme Portugis dan Belanda
Candi Muara Takus Peninggalan Kerajaan Sriwijaya (twitter.com/UmmuKifa)

Seperti yang kita tahu, dahulu Indonesia merupakan wilayah yang terdiri dari berbagai macam kerajaan dan pada masa ini juga terjadi perkembangan dalam dunia matritim.

Hal ini bisa kita lihat ketika kerajaan Sriwijaya berkuasa pada abad ke-6 hingga 10 Masehi, kerajaan ini berhasil menguasai seluruh jalur pedangan maritim di Asia Tenggara. Melalui Selat Malaka dan Selat Sunda.

Disusul pada abad ke-13 hingga 16 Masehi kerajaan Majapahit berhasil melakukan kegiatan ekspor rempah-rempah dengan pelabihan tersibuk di daerah Bubat dan Canggu.

Selain itu, pada masa kerajaan ini juga terjadi Sumpah Palapa yang isinya ingin menyatukan wilayah-wilayah yang ada di Nusantara.

Masa Kolonialisme

Jalur transportasi dan perdagangan masa kolonialisme Portugis dan Belanda

Indonesia memasuki masa kolonialisme atau sering dikenal dengan masa pejajahan yang dimulai sejak Belanda masuk ke Indonesia hingga masa kependudukan Jepang.

Pada masa ini, terjadi kemunduran maritim di Indonesia.

Kolonialisme dan imperialisme Belanda mulai masuk pada tahun1595 yang pada awalnya hanya untuk berdagang.

Selanjutnya pada tahun 1602 dibentuklah VOC yang akhirnya bisa menguasai jalur perdagangan dan sumber daya milik Indonesia.

Jepang yang pada awalnya mengaku sebagai saudara yang akan membebaskan Indonesia dari jerat kolonialisme Belanda, ternyata sama saja melakukan penjajahan.

Pada masa ini jepang menyita kapal penting Indonesia bernama Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) dan menjadikan jalur sutra perdangan Internasional di Indonesia menjadi jarang dilalui kapal-kapal asing.

Masa Orde Lama

Jalur transportasi dan perdagangan masa kolonialisme Portugis dan Belanda
Ir. Soekarno (news.detik.com)

Masa orde lama terjadi pada masa kepemimpinan presiden Ir. Soekarno. Pada masa ini terjadi penataan kembali jalur maritim.

Karena seperti yang kita ketahui, Indonesia berada pada jalur sutra perdangan Internasional. Jika potensi itu dimaksimalkan maka Indonesia menjadi negara yang besar.

Upaya yang dilakukan untuk penataan kembali kondisi maritim Indoneisa, melalui dua tahap, yaitu:

  • Pembentukan Deklarasi Djuanda yang berisikan hukum laut Indonesia dan pentingnya sektor ekonomi maritim,
  • Melakukan nasionalisasi perusaahan maritim Belanda.

Masa Orde Baru

Jalur transportasi dan perdagangan masa kolonialisme Portugis dan Belanda
Presiden Soeharto (kompas.com)

Masa orde baru dimulai ketika masa kepemimpinan presiden Soeharto. Pada masa ini terjadi peralihan pembangunan dari sektor maritim ke sektor darat.

Akibat peralihan pembangunan yang dilakukan pada masa ini, maka terjadi kemunduran kembali pada sektor maritim.

Selain itu, pada masa orde baru lebih menekankan pada stabilitas ekonomi dan politik.

Masa Reformasi

Jalur transportasi dan perdagangan masa kolonialisme Portugis dan Belanda
Aksi Mahasiswa di Gedung DPR (koran.tempo.co)

Masa reformasi dimulai ketika presiden Soeharto turun jabatan dan digantikan oleh wakilnya pada saat itu, yaitu bapak B.J Habibie.

Pada masa ini mulai dibangkitkan kembali sektor maritim di Indonesia. Karena wilayah Indonesia yang berada pada jalur tranportasi perdangan dunia.

  • Pada era presiden B.J Habibie, Indonesia melakukan Deklarasi Bunaken.
  • Pada era presiden Abdurrahman Wahid, mendirikan Departemen Eksplorasi Laut.
  • Pada era presiden Megawati Soekarno Putri, mengadakan Deklarasi Maritim Seruan Sunda Kelapa.
  • Pada era preisden Susilo Bambang Yudhoyono, mengadakan Konferensi Laut Dunia.
  • Pada era Joko Widodo, menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Setelah tadi membahas mengenai sejarah singkat mengenai perkembangan jalur transportasi perdagangan Internasional di Indonesia.

Kalian juga harus tahu tentang apa itu perdangan Internasional.

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Nah, demikian adalah penjelasan mengenai perkembangan transportasi perdagangan Indonesia, semoga informasi di atas bisa membantu kamu dalam belajar.

Daftar Pustaka

Somantri, Lili. Nurul Huda. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belahar Geografi 2. Bandung: Grafindo Media Pratama

Destinasi

Sejarah Perkembangan Jalur Transportasi dan Perdagangan Internasional di Indonesia

Foto: Sejarah perkembangan jalur transportasi dan perdagangan Internasional. (Foto: celebrities.id/freepik)

JAKARTA, celebrities.id - Sejarah perkembangan jalur transportasi dan perdagangan Internasional masih banyak yang belum tahu. Padahal, Indonesia menjadi jalur transportasi dan perdagangan yang menghubungkan Shina dan India.

Sejak zaman kerajaan Nusantara, masa kolonial, kemerdekaan dan sampai saat ini jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi karena luasnya Indonesia dan letaknya yang strategis.

Dilansir dari beberapa sumber, Rabu (24/8/2022), celebrities.id telah merangkum sejarah perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia

Pada zaman dahulu Indonesia menjadi jalur transportasi dan perdagangan yang menghubungkan Cina dan India. Karena letak Indonesia yang strategis itulah yang membuat bangsa Eropa menjelajah hingga sampai ke Nusantara. 

Saat sampai di Nusantara, kemudian bangsa Eropa mulai melakukan perdagangan dengan jalur transportasi lautan Indonesia. Hal tersebut karena Indonesia merupakan negara maritim dengan perairan yang sangat luas dan menjadi tempat lalu lintas dan negara asing untuk bersinggah dengan kapalnya. Karena letak geografisnya yang strategis, maka Indonesia dan negara asing mulai melakukan perdagangan.

Hingga pada saat Indonesia diberikan fasilitas transportasi oleh negara, maka muncul peraturan untuk para pelaut dari negara asing, harus meminta izin terlebih dahulu jika ingin datang ke perairan Indonesia untuk berdagang.

Saat ini Indonesia sudah memiliki program tol laut dengan harga yang tentunya lebih terjangkau dan murah. Program ini dibuat untuk para pedagang baik domestik maupun pedagang internasional. Dengan adanya program tol laut tentunya akan membantu keefektifan dari biaya perjalanan untuk kegiatan berdagang. Tidak hanya memberikan keuntungan untuk para pedagang yang dari Indonesia saja, namun tol laut juga memberikan keuntungan bagi pedagang asing yang melalui perairan Indonesia untuk melakukan kegiatan berdagang.

Hingga sampai sekarang, perairan Indonesia masih menjadi jalur yang digunakan untuk bangsa asing melakukan kegiatan berdagang. Baik sesama negara Asia bahkan yang berada di luar benua Asia. Saat ini jalur perdagangan di Indonesia sudah ramai dan kemungkinan lagi akan semakin ramai kedepannya.

Itulah sejarah perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional. Semoga bermanfaat
 

Transjakarta Siapkan Transportasi Ramah Lingkungan, Armada Mikrotrans Berbasis Listrik Bakal Mengaspal September 2022 

Editor : Endang Oktaviyanti

Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia mengalami pertumbuhan dari masa ke masa. Sejarah jalur transportasi dan perdagangan di tanah air mengalami perkembangan sejak zaman kerajaan di Nusantara, era kolonial, kemerdekaan, hingga sekarang ini.

Jaman dahulu, Indonesia menjadi jalur transportasi dan pedagangan (Jalur Sutera) yang menghubungkan Cina dan India. Lalu, karena hal itu, bangsa Eropa melakukan penjelajahan dan sampailah di Nusantara dan mengadakan perdagangan dengan jalur transportasi lautan hingga sekarang.

Baca juga:Pengertian dan Manfaat Perdagangan Internasional

Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional Indonesia

a. Masa Klasik Hindu-Buddha

Sebagai negara maritim, nenek moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung. Kaum pelaut sangat mengandalkan kapal sebagai alat transportasi untuk melakukan perjalanan laut alias pelayaran.

Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, 2 kerajaan yang kuat dalam maritim adalah Sriwijaya (abad ke 8-9 M) dan Majapahit (Abad ke-13 M). Pada masa itu mereka juga melakukan perdagangan Internasional.

Menurut buku Posisi Strategis Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia (2019:39-40) karya Nurbidawati, bukti pertama yang menunjukkan orang-orang Indonesia memanfaatkan kapal dalam jalur transportasinya terlihat pada relief di Candi Borobudur.

Di relief candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, itu, tampak gambar yang menggambarkan kehidupan nenek moyang di masa lalu, yakni perahu atau kapal orang Nusantara yang sudah pernah sampai ke Madagaskar, Afrika.

Baca juga:Karakteristik Daratan dan Lautan Indonesia

b. Masa Kolonialisme (Abad ke-16)

Kemudian, perkembangan terjadi ketika bangsa asing datang dan Indonesia mendapat pengetahuan baru terkait teknologi navigasi dan pelayaran. Negara Barat saat itu memiliki armada niaga dan militer yang lebih kuat dan peralatan yang lebih modern.

PT. PAL Indonesia yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) misalnya. Pada masa kolonial Hindia Belanda, perusahaan ini merupakan bengkel reparasi kapal yang didirikan pada 1823 oleh V.D. Capellen dengan nama NV. Nederlandsch Indische Industri.

Setelah itu, dikutip dari website PT PAL, perusahaan berubah nama menjadi Marine Establishment (ME) yang diresmikan oleh Pemerintah Belanda pada 1939.

c. Masa Orde Lama atau Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan tahun 1945, Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan Marine Establishment (ME) dan mengubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).

Adanya Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957 yang membuat kekuatan maritim Indonesia kembali. Pulau-pulau dan wilayah perairan Indonesia menjadi bagian dari NKRI. Kemudian Deklarasi ini semakin diperkuat dengan UU no.4 Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.

Baca juga:Letak dan Batas Wilayah Indonesia

d. Masa Orde Baru (1966 - 1998)

Pada masa orde baru, perkembangan kekuatan maritim mengalami kemunduran dikarenakan program-program Orde Baru yang mengutamakan Pembangunan Darat.

Tahun 1982, Indonesia menyepakati United Nation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) dalam Konverensi yang diadakan PBB.

e. Masa Reformasi Hingga sekarang

Beberapa kebijakan yang sudah dilakukan oleh para pemimpin guna mengembangkan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia, antara lain:

- Deklarasi Bunaken pada Pemerintahan B.J. Habibie

- Dibentuk Departemen Eksplorasi Laut pada Pemerintahan Abdurrahman Wahid

- Dikeluarkan Seruan Sunda Kelapa pada masa Pemerintahan Megawati

- Worls Ocean Conference oleh Dewan Kelautan Indonesia pada Masa Pemerintahan SBY

- Pembangunan Maritim dengan 5 Pilar Utama oleh Jokowi

Baca juga:Faktor Pendorong dan Penghambat Perdagangan Internasional

Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara maritim yang perlu diperhitungkan. Penyebabnya karena Indonesia memiliki 4chokepointdari 10chokepointdi seluruh dunia.

Keempatchokepointtersebut berada di Selat Malaka (antara dataran Asia dan Pulau Sumatera), Selat Sunda (antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa), Selat Lombok (antara Pulau Bali dan Nusa Tenggara Barat), dan Selat Ombai-Wetar (antara Pulau Alor dan dataran Sunda Kecil).

Selain empat lokasi tersebut, berikut ini adalah berbagai jalur transportasi dan perdagangan internasional Indonesia saat ini:

1. Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)adalah alur laut yang ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut internasional. Di Indonesia, terdapat ALKI I (Selat Sunda), ALKI II (Selat Lombok), dan ALKI III (Selat Ombai-Wetar).

2. Indonesiaterletak pada posisi silangdi antara Benua Asia dan Australia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

3. Jalur laut adalah jalur yang paling efisienuntuk mengangkut barang dalam jumlah besar.

4.Indonesia terletak di jalur strategis perdagangan internasional yang disebutjalur sutra laut, yaitu dari Tiongkok dan Indonesia, melalui Selat Malaka ke India.

5. Berkaitan dengan jalur perdagangan laut, pemerintah Indonesia memiliki rencana membanguntol laut untuk meratakan distribusi orang, barang maupun jasa melalui jalur laut ke seluruh Indonesia dengan biaya terjangkau dan efisien.

Zona Geografi - Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan internasional di Indonesia - Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa di era Sriwijaya, Majapahit, hingga Demak “Indonesia” (kerajaankerajaan besar di nusantara) yang merupakan cikal bakal Indonesia pernah menjadi center of excellence di bidang kemaritiman, kebudayaan, dan agama di Asia Tenggara. Kejadian-kejadian besar tersebut pernah menyatukan wilayah kekuasaan yang luas dan disegani bangsa lain karena kehebatan armada niaga laut dan armada militer yang tangguh. Namun, di sisi lain hingga saat ini sebagian masyarakat Indonesia masih mengidentifikasikan negaranya sebagai negara agraris, yaitu suatu negara yang sebagian besar kehidupan rakyatnya menggantungkan diri dari bidang pertanian. Dari kajian antropologis, hal tersebut telah menjadi fakta dan telah terjadi jauh lebih lama sebelum kedatangan bangsa kolonial. Hal tersebut bukan saja dibuktikan dari data statistik mayoritas matapencaharian penduduk Indonesia sebagai petani namun oleh keberadaan berbagai peninggalan sejarahdi pedalaman (kawasan agraris) yang berupa monumenmonumen raksasa seperti Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Prambanan, Kalasan dan sebagainya. Argumentasi yang dibangun sangat kuat bahwa monumen-monumen keagamaan ini merupakan karya masyarakat agraris di masa lampau. Tanpa dasar pertanian (persawahan) yang kuat dan surplus pangan yang melimpah, bangunan-bangunan semacam itu mustahil dapat didirikan.

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa pada saat ini gambaran masyarakat Indonesia sebagai bangsa pelaut atau bangsa maritim, bukan gambaran yang umum. Namun demikian, sudah barang tentu pandangan tersebut tidak berlaku side by side atau saling menegasikan. Dari sisi geografis, laut menjadi kawasan dominan di wilayah nusantara. Laut tidak hanya menjadi sumber daya makanan dan rekreasi yang luas namun merupakan ‘jalan raya’ untuk perdagangan dan komunikasi antar bangsa (konektivitas).

1. Pengaruh Posisi Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit terhadap kejayaan pelayaran dan perdagangan

a. Pelayaran Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya diperkirakan terletak di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Pada mulanya masyarakat Sriwijaya hidup dengan bertani. Namun karena berdekatan dengan pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian perdagangan menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Sriwijaya.

Perkembagan perdagangan didukung oleh letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak dipersimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang dari India ke Cina atau dari Cina ke India singgah dulu di Sriwijaya, begitu juga pada pedagang yang akan ke Cina. Para pedagang melakukan bongkar muatan barang dagangan di Sriwijaya. Dengan demikian Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu menguasai kawasan perairan Asia Tenggara, Perairan laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Jawa.

b. Pelayaran Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit menjadi pusat kerajaan maritim Nusantara yang berperan melindungi jalur perdagangan laut sebagai jalur utama perdagangan dan menghilangkan ancaman jalur laut di sepanjang wilayah laut Nusantara hingga kawasan di sekitarnya. Armada laut Majapahit sangat besar di masa itu. Besarnya armada Majapahit memudahkan untuk mengontrol pelabuhan-pelabuhan yang mengganggu aktivitas bisnisnya. Majapahit membutuhkan armada agar mampu untuk membeli dan menjual komoditas utama perdagangan dunia dalam partai besar, melarang negara lain membuat armada besar, mengatur seluruh perdagangan laut dalam kontrol Majapahit, dan menjaga mitranya agar tidak langsung berhubungan dengan produsen. Keberhasilan Majapahit dalam mengembangkan teknologi bahari dengan membangun kapal bercadik menjadi tumpuan utama kekuatan armada lautnya. Di relief candi Borobudur kita dapat melihat pahatan kapal ini yang dibangun dengan pasak kayu, tanpa menggunakan paku. Layarnya terbuat dari tanaman yang dianyam yang mudah digerakkan sesuai arah angin, sehingga laju kapal dapat bergerak lincah sesuai tujuan. Armada laut Majapahit juga didukung oleh persenjataan meriam hasil rampasan dari bala tentara Kubilai Khan ketika menyerang Kediri. Kapalkapal Jawa berukuran raksasa dengan tiga-empat layar ini dikagumi dan dipuji kehebatannya oleh para penjelajah dunia di abad ke-14 seperti Rahib Odrico, Jonhan de Marignolli, dan Ibnu Battuta. Kapal raksasa dengan panjang 70 meter dan berat lebih dari 500 ton ini mampu memuat 600 penumpang. Bisa dibayangkan betapa sudah majunya teknologi perkapalan waktu itu. Nusantara di bawah Majapahit tujuh abad yang lalu! Irawan Djoko Nugroho (2011) menyebutkan bahwa jumlah armada Jong Majapahit ketika itu mencapai 400 kapal. Di abad ke 12, Jawa sudah dikenal di jagat raya.

2. Pelayaran Masa Kolonial

Pelayaran bangsa Eropa ke Nusantara dipelopori oleh Bartolomeu Dias dari bangsa Portugis. Pelayaran pertama ini dimulai dari Lisbon, Portugal menyusuri pantai barat Afrika hingga sampai ke Tanjung Harapan yang terletak di Afrika Selatan, berupa tanjung bebatuan yang menghadap ke Samudra Atlantik. Dias masih ingin meneruskan perjalanan ke Asia, hanya saja kapal dihadang oleh cuaca buruk, adanya topan sehingga awak kapal memberontak dan memutuskan untuk kembali ke portugis.

Sepuluh tahun kemudian, perjalanan Dias yang belum tuntas dilanjutkan oleh Vasco da Gama. Dengan titik awal yang sama yaitu dari Lisbon, berlayar ke kepulauan Tanjung Verde, dilanjutkan ke arah selatan dan berbelok ke timur hingga sampai pada titik akhir Dias, di Tanjung Harapan. Dari tanjung harapan, Da Gama berlayar ke utara menyusuri pantai timur Afrika. Melintasi daerah Kenya, ia banyak membuang sauh, hingga mengambil seorang muslim Kenya sebagai penunjuk jalan ketika menyusuri Laut Arab. Pada akhirnya, 10 bulan sejjak keberangkatan dari Portugis Da Gama sampai di Calicut, yaitu pusat kota perdagangan paling penting di India bagian selatan. Karena adanya pedagang-pedagang kejam di Samudra Hindia, Da Gama tidak melanjutkan perjalanan, dan memutuskan kembali. Perjalanan pulang lebih banyak kendala dan kekurangan nutrisi, sehingga hanya kurang sepertiga awak kapal yang dapat selamat. Alfonso de Albuquerque melanjutkan pelayaran bangsa portugis menuju Samudra Hindia. Pada tahun 1511 Alfonso berhasil menguasai selat Malaka, dan merambah ke kawasan Indonesia timur, yakni menguasai Maluku. 

Christopher Colombus pelopor bangsa Spanyol dalam melakukan pelayaran. Colombus meyakini bahwa bumi bulat, jika kita berjalan ke barat maka akan muncul dari timur. Colombus juga meyakini baahwa bukan mustahil menemukan jalan yang lebih praktis ke daerah Asia di timur, yaitu dengan berlayar ke arah barat melintasi Samudra Atlantik. Tahun 1942 di pelabuhan Paulus Spanyol Colombus melepas sauh, berlayar ke arah barat mengarungi Samudra Atlantik. Selang tiga puluh hari, mereka menemukan daratan yang awalnya disangka India, tapi ternyata Kepulauan Salvador, di tenggara Amerika Utara. Tahun 1519 pelayaran dilanjutkan oleh Ferdinand Magelhaens dengan mengarungi Samudra Atlantik, hingga tiba di Argentina, Amerika Selatan. Armadanya berlayar ke arah selatan menyusuri pantai timur Amerika Selatan. Perjalanan ke arah selatan berakhir ketika sampai di ujung benua, kemudian berbelok ke barat, mulai mengarungi Samudra Pasifik. Magelhaens mengira bahwa ia sudah dekat dengan kepulauan rempah-rempah, namun ternyata perlu waktu 96 hari hingga kabal berlabuh di daratan. Kepulauan Massava atau yang sekarang lebih dikenal dengan Filipina, menjadi daratan Asia pertama yang mereka datangi. Kedatangan Magelhaens disambut baik, hanya saja Magelhaens ikut dalam pertempuran daerah yang menyebabkan ia meninggal di tempat tersebut. Pelayaran dilanjutkan oleh Juan Sebastian del Cano,menuju ke selatan, hingga sampai di Nusantara, di Kepulauan Maluku. Di Samudra Hindia, Juan menghindari bangsa Portugis untuk bertahan, agar bisa kembali pulang ke Spanyol dengan selamat meski hanya tinggal satu armada saja.

Pada bulan April 1595, Cornelis de Houtman dan de Keyzer memimpin pelayaran menuju nusantara dengan 4 buah kapal. Pelayaran tersebut menempuh rute Belanda – Pantai barat Afrika – Tanjung Harapan– Samudra Hindia – Selat Sunda – Banten. Pada tahun 1596, Cornelis de Houtman dengan empat buah kapal berawak kapal 249 orang mendarat di Banten. Kehadiran Belanda di Nusantara mengawali penjajahan di Indonesia ditandai dengan terbentuknya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) tahun 1602. Seiring dengan perubahan permintaan dan kebutuhan di Eropa dari rempah- rempah ke tanaman industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada abad 18 VOC mengalihkan perhatiannya untuk menanam ke tiga jenis barang komoditi tersebut. Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar Batavia), kopi dan teh daerah Priangan.

B. Masa Indonesia Setelah Merdeka

1. Era orde lama (1945-1965)

Pada era ini indonesia menjalankan hukum dari pemerintahan Hindia belanda. Hukum yang dijalankan oleh Indonesia pada era ini sangat merugikan Indonesia. Hal tersebut karena wilayah Indonesia dianggap tidak utuh dengan adanya aturan antara pulau – pulau. Pada tanggal 13 Desember 1957 Indonesia mencetuskan Deklarasi Djuanda. Dalam deklarasi ini menyebutkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan.

2. Era orde baru (1966- 1998)

Pembangunan pembangunan laut mengalami pengunduran. Hal tersebut dikarenakan pada era ini pembangunan mengutamakan pada pembangunan darat. Pada tahun 1982 diadakan konvensi PBB, dimana Indonesia menandatangani hukum laut 1982 atau yang lebih dikenal dengan United Nation Convention On the law Of the Sea (UNCLOS 1982). Pada perjanjian ini terdapat 9 pasal, yang salah satu pasalnya menyatakan bahwa laut bukan sebagai alat pemisah, melainkan alat untuk menyatukan pulau – pulau yang satu dengan lainnya (Wawasa Nusantara).

3. Era reformasi dan setelahnya

a. Era reformasi pada pemerintahan B.J Habibie

Pada era ini dicetuskan Deklarasi Bunaken. Deklarani ini menghasilkan 2 pokok bahasan, yaitu: kesadaran kondisi geografis Indonesia dan potensi kelautan.

b. Masa pemerintahan Abdurahman Wahid

Pada era ini masalah kelautan di Indonesia mendapat perhatian yang lebih. Hal tersebut dapat dilihat dengan perhatian pemerintah membentuk Departemen Eksplorasi Laut. Departemen ini seiring dengan waktu berubah menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan.

c. Masa pemerintahan Megawati

Pada era ini dicetuskan “Seruan Sunda Kelapa”. Seruan ini mengajak seluruh bangsa Indonesia bekerjasama untuk membangun kekuatan maritim.

d. Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Pada pemerintahan ini Indonesia mengadakan konfrensi internasional, yaitu World Ocean Conference. Momentum ini dihadiri 423 delegasi dari berbagai negara. Dari konfrensi ini menghasilan Deklarasi Kelautan Manado, yang memuat:

1) Menyelamatkan planet bumi dan kelangsungan generasi penerus di masa yang akan datang.

2) Menyelamtkan keaneka ragaman sumber daya hayati laut dunia, utamanya ikan dan terumbu karang.

e. Masa pemerintahan Joko Widodo – sekarang

Pada masa ini pembangunan sektor laut dikenal dengan poros ma ritim

Choke point adalah titik alur distribusi minyak untuk melakukan pembatasan kapasitas penyebaran untuk menjaga ketersediaan minyak. Terdapat sepuluh choke point didunia, yaitu: Selat Girbaltar, Selat Bosforus, Terusan Suez, Selat Bab Al-Mandap, Terusan Panama dan empat choke point yang ada di Indonesia. Empat choke point yang dimaksud di sini adalah Selat Malaka, Selat Makassar, Selat Sunda dan Selat Lombok. Keempat selat itu sering dijadikan sebagai jalur pelayaran internasional. Dengan kepemilikan selat yang begitu banyak, dan empat diantaranya merupakan choke point, Indonesia menjadi barometer kawasan dan kunci stabilitas kawasan.

Selat ini terletak di antara Semenanjung Malaysia (Thailand, Malaysia dan Singapura) dan Sumatera (Indonesia). Selat ini menghubungkan negara – negara di Asia Timur, Asia Tengah dan Asia Barat. Selat ini merupakan salah satu selat tertua dan tersibuk di dunia. Di Indonesia selat Malaka ini merupakan selat utama lalu lintas kargo dan manusia antara wilayah Indonesia- Eropa, wilayah lain di Asia dan Australia. Selat ini disebut juga “sunda hotspot”, yaitu hotspot keanekaragaman hayati.

Selat ini lebih sempit bila dibandingkan dengan Selat Malaka. Selat ini merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia 1 (ALKA 1) yaitu menghubungkan laut cina selatan dan samudera hindia, melalui Selat Natuna, Selat Karimata, laut jawa dan Selat Sunda.

Selat ini merupakan ALKA II yang menghubungkan Laut Jawa dengan Samudera Hindia. Selat ini terletak antara pulau Bali dan Pulau Lombok. Pada selat ini juga terjadi pertukaran air antara Samudera Hindia dan Samudera Fasifik.

Selat ini terletak dibagian selatan Pulau Alor, Pulau Pantar, dan Pulau Wetar. Selat ini merupakan ALKA III yang melalui Laut Maluku, Laut Seram, Selat Ombai dan Laut Sawu. 

Video yang berhubungan