Fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Pantun' adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Tautan Luar

  • Pantun Jenaka
  • Pantun Lucu

edunitas.com


Page 2

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Pantun' adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Tautan Luar

  • Pantun Jenaka
  • Pantun Lucu

edunitas.com


Page 3

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Pantun' adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Tautan Luar

  • Pantun Jenaka
  • Pantun Lucu

edunitas.com


Page 4

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Pantun' adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Tautan Luar

  • Pantun Jenaka
  • Pantun Lucu

edunitas.com


Page 5

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Pantun' adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat lapang dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berfaedah "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak kesudahan dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya adalah sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua wujud pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk pendukungnya), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir adalah isi, yang adalah tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun adalah wujud kembangan pantun, dalam arti memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina adalah pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Peran pantun

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Dia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata dapat memiliki kaitan dengan kata lainnya.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan sampai sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun kebanyakan dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Struktur pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama sebagai mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini mampu dipahami karena pantun adalah sastra lisan.

Walaupun kebanyakan sampiran tak mengadakan komunikasi dengan isi kadang-kadang wujud sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalamHujan di hulu belum lagi teduhHati dendam bertambah dendamDendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berupaya mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun kebanyakan terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.

Jenis-jenis Pantun

Artikel atau bagian artikel ini mungkin semakin cocok dipindahkan ke Wikisource[pindah]
Menanam kelapa di pulau BukumTinggi sedepa sudah berbuahNorma budaya berasal dengan hukumHukum bersandar di KitabullahIkan berenang didalam lubukIkan belida dadanya panjangNorma budaya pinang pulang ke tampukNorma budaya sirih pulang ke gagangLebat daun bunga tanjungBerbau harum bunga cempakaNorma budaya diamankan pusaka dijunjungBaru terpelihara norma budaya pusakaBukan lebah sembarang lebahLebah bersarang dibuku buluhBukan sembah sembarang sembahSembah bersarang jari sepuluhPohon nangka berbuah lebatBilalah masak harum jugaBerumpun pusaka berupa norma budayaKawasan berluhak alam berajaBanyak bulan perkara bulanTidak semulia bulan puasaBanyak tuhan perkara tuhanTidak semulia Tuhan Yang EsaDaun terap di atas dulangAnak udang mati ditubaDalam kitab hadir terlarangYang haram jangan dicobaBunga kenanga di atas kuburPucuk sari pandan JawaApa guna sombong dan takaburRusak hati badan binasaAsam kandis asam gelugurKetiga asam si riang-riangMenangis mayat dipintu kuburTeringat badan tidak sembahyangBunga cina di atas batuDaunnya lepas kedalam ruangNorma budaya budaya tidak berlakuKarenanya emas budi terbuangDitengah padi dengan selasihYang mana satu tuan luruhkanDitengah budi dengan kasihYang mana satu tuan turutkanApa guna berkain batikSekiranya tidak dengan sujinyaApa guna beristeri cantikSekiranya tidak dengan budinyaSarat perahu muat pinangSinggah berlabuh di Kuala DaikJahat berlaku lagi dikenangInikan pula budi yang adilAnak angsa mati lemasMati lemas di air masinHilang bahasa karena emasHilang budi karena miskinBiarlah orang bertanam buluhMari kita bertanam padiBiarlah orang bertanam musuhMari kita menanam budiAyam jantan si ayam jalakJaguh siantan nama diberiRezeki tidak saya tolakMusuh tidak saya cariJikalau kita bertanam padiSenanglah makan adik-beradikJikalau kita bertanam budiOrang yang jahat menjadi adilSekiranya keladi sudah ditanamJangan lagi rindu balasSekiranya budi sudah ditanamJangan lagi rindu balas

Pantun Jenaka adalah pantun yang mempunyai tujuan sebagai menghibur orang yang mendengar, terkadang menjadi sebagai media sebagai saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. Contoh:

Di mana kuang berhasrat bertelurDi atas lata dirongga batuDi mana tuan berhasrat tidurDi atas dada dirongga susuAdil berlaku kota tuaKiri kanan berbatang sepatAdil berbini orang tuaPerut kenyang nasihat mampuSakit kaki ditikam jerujuJeruju hadir didalam payaSakit hati memandang susuSusu hadir dalam kebayaNaik kebukit memainkan pembelian ladaLada sebiji dibelah tujuhApanya sakit berbini jandaAnak tiri boleh disuruhOrang Sasak pergi ke BaliMembawa pelita semuanyaBerbisik pekak dengan tuliTertawa si buta melihatnyaJalan-jalan ke rawa-rawaJika capai duduk di pohon palmGeli hati menahan tawaMelihat katak memakai helmLimau purut di tepi rawa,buah dilanting belum masakSakit perut karena tertawa,melihat kucing duduk berbedakjangan suka makan mentimunkarna banyak getahnyahai kawan jangan melamunmelamun itu tak hadir gunanya

Pantun kepahlawanan adalah pantun yang isinya mengadakan komunikasi dengan semangat kepahlawanan

Adakah perisai memakai tali rambutRambut dipintal akan cemaraAdakah misai kenal takutKamipun muda lagi perkasaHang Jebat Hang KesturiBudak-budak raja MelakaJika berhasrat jangan dicuriMari kita bertentang mataSekiranya orang menjaring ungkaRebung seiris akan pengukusnyaSekiranya arang tercorong kemukaUjung keris akan penghapusnyaRedup bintang haripun subuhSubuh tiba bintang tak nampakHidup pantang mencari musuhMusuh tiba pantang tidak diterimaEsa elang kedua belalangTakkan kayu berbatang jeramiEsa hilang dua terbilangTakkan Melayu hilang dibumiAyam sabung jangan dipautJika ditambat kalah laganyaAsam digunung ikan dilautDalam belanga berjumpa jugaBerburu kepadang datarDapatkan rusa belang kakiBerguru kepalang ajarBagaikan bunga kembang tak berlakuAnak Madras menggetah punaiPunai terbang mengirap buluBerapa deras arus sungaiTidak diterima pasang balik kehuluKayu tempinis dari kualaDibawa orang pergi MelakaBerapa manis bernama niraSimpan lama menjadi cukaDisangka nenas di tengah padangAgaknya urat jawi-jawiDisangka panas sampai petangKira-kiranya hujan tengah hariKayu cendana di atas batuSudah diikat dibawa pulangNorma budaya alam memang begituBenda yang buruk memang terbuangKemuning di tengah balaiBertumbuh terus semakin tinggiBerunding dengan orang tak bijakBagaikan alu pencungkil duriParang ditetak kebatang senaBelah buluh taruhlah temuBarang dikerja takkan sempurnaBila tak penuh menaruh ilmuPadang temu padang baiduriTempat raja membangun kotaBijak berjumpa dengan jauhariBagaikan cincin dengan permataNgun Syah Betara SaktiPanahnya bernama Nila GandiBilanya emas banyak dipetiSembarang kerja boleh menjadiJalan-jalan ke kota Blitarjangan lepas dari ingatan beli sukunJika kamu mau pintarbelajarlah dengan tekunCoba-coba menanam mumbangMoga-moga tumbuh kelapaCoba-coba bertanam sayangMoga-moga menjadi cintaLimau purut lebat dipangkalSayang selasih condong uratnyaAngin ribut mampu ditangkalHati yang kasih apa obatnyaIkan belanak hilir berenangBurung dara membuat sarangMakan tak enak tidur tak tenangHanya teringat dinda seorangAnak kera di atas bukitDipanah oleh Indera SaktiDipandang muka senyum sedikitKarena sama menaruh hatiIkan sepat dimasak berladaKutunggu di gulai anak seberangJika tak mampu di masa mudaKutunggu sampai beranak seorangSekiranya tuan pergi ke TanjungKirim saya sehelai bajuSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi ranting kayu.Sekiranya tuan pergi ke TanjungBelikan sahaya pisau lipatSekiranya tuan menjadi burungSahaya menjadi benang pengikatSekiranya tuan mencari buahSahaya pun mencari pandanJikalau tuan menjadi nyawaSahaya pun menjadi badan.Berakit-rakit kehuluBerenang-renang ke tepianBersakit-sakit dahuluBersenang-senang pengahabisanKe hulu memotong pagarJangan terpotong batang durianCari guru tempat berupaya bisaJangan berlaku sesal pengahabisanKerat kerat kayu diladangBerhasrat dibuat hulu cangkulBerapa berat mata memandangBarat lagi bahu memikulHarapkan untung menggamitKain dibadan didedahkanHarapkan guruh dilangitAir tempayan dicurahkanPohon pepaya didalam semakPohon manggis sebasar lenganKawan tertawa memang banyakKawan menangis diharap janganPucuk pauh delima batuAnak sembilang ditapak tanganBiar jauh dinegeri satuHilang dimata dihati janganBagaimana tidak dikenangPucuknya pauh selasih JambiBagaimana tidak terkenangDagang yang jauh kekasih hatiDuhai selasih janganlah tinggiKalaupun tinggi berdaun janganDuhai kekasih janganlah pergiKalaupun pergi bertahun janganBatang selasih mainan budakBerdaun sehelai dimakan kudaBercerai kasih bertalak tidakSeribu tahun kembali jugaBunga Cina bunga karanganTanamlah rapat tepi perigiAdinda dimana akang geranganBilalah mampu berjumpa lagiSekiranya hadir sumur di ladangBolehlah kita menumpang mandiSekiranya hadir umurku panjangBolehlah kita berjumpa lagiSekiranya tuan tinggikan keladiBawakan juga si pucuk rebungSekiranya tuan bijak bestariBinatang apa tanduk dihidung ?Beras ladang sulung tahunMalam malam memasak nasiDalam batang hadir daunDalam daun hadir isiTerendak bentan lalu dibeliSebagai pakaian saya turun kesawahKalaulah tuan bijak bestariApa binatang kepala dibawah ?Sekiranya tuan muda terunaPakai seluar dengan gayanyaSekiranya tuan bijak laksanaBiji diluar apa buahnyaTugal padi jangan bertangguhKunyit kebun siapa galinyaSekiranya tuan cerdik sungguhLangit tergantung mana talinya ?

Tautan Luar

  • Pantun Jenaka
  • Pantun Lucu

edunitas.com


Page 6

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 7

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 8

Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, utama, agama, astronomi, bahasa, biografi, biologi, budaya, bengkulu, jambi, kepulauan, bangka, belitung, riau, kong, india, indonesia, iran, iraq, israel, jepang, kamboja, tunisia, afrika, barat, benin, burkina, faso, gambia, ghana, asia, ateisme, atheis, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, ensiklopedia


Page 9

Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, indonesia, sumatera, jabodetabek, kalimantan, wayang, maluku, utara, papua, barat, negara, peru, suriname, uruguay, venezuela, wilayah, lesotho, namibia, swaziland, territorial, islam, jawa, jepang, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, ensiklopedia


Page 10

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM, Judul Topik (Artikel) 3, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) 3, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 11

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM, Judul Topik (Artikel) 3, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) 3, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 12

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan, Judul Topik (Artikel) A, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) A, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 13

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan, Judul Topik (Artikel) A, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) A, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 14

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus, Judul Topik (Artikel) B, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) B, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 15

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus, Judul Topik (Artikel) B, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) B, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 16

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero, Judul Topik (Artikel) C, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) C, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 17

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero, Judul Topik (Artikel) C, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) C, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 18

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur, Judul Topik (Artikel) H, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) H, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 19

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur, Judul Topik (Artikel) H, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) H, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) I, I Got a Boy, I Got a Boy (lagu), I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai, I Gusti Ketut Jelantik, Ibrahim al-Imam, Ibrahim al-Jaafari, Ibrahim al-Maimuni, Ibrahim al-Marhumi, Ie Mirah, Pasie Raja, Aceh Selatan, Ie Relop, Pegasing, Aceh Tengah, Ie Rhob Babah Lueng, Simpang Mamplam, Bireuen, Ie Rhob Barat, Simpang Mamplam, Bireuen, Ikatan non kovalen, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Pencak Silat Indonesia, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Ilyas, Ilyas Karim, Ilyas Ruhiat, Ilyas Ya'kub, Judul Topik (Artikel) I, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) I, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) I, I Got a Boy, I Got a Boy (lagu), I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai, I Gusti Ketut Jelantik, Ibrahim al-Imam, Ibrahim al-Jaafari, Ibrahim al-Maimuni, Ibrahim al-Marhumi, Ie Mirah, Pasie Raja, Aceh Selatan, Ie Relop, Pegasing, Aceh Tengah, Ie Rhob Babah Lueng, Simpang Mamplam, Bireuen, Ie Rhob Barat, Simpang Mamplam, Bireuen, Ikatan non kovalen, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Pencak Silat Indonesia, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Ilyas, Ilyas Karim, Ilyas Ruhiat, Ilyas Ya'kub, Judul Topik (Artikel) I, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) I, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 22

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) J, J. Willard Marriott, J.A.K.Q. Dengekitai, J.A.K.Q. Dengekitai vs. Goranger, J.B. Jeyaretnam, Jagson Airlines, Jaguar, Jaguar (perusahaan otomotif), Jaguar Cars, Jalan Dago, Jalan dan Jembatan, Jalan dan Jembatan Kelok Sembilan, Jalan di Kota Surakarta, Jalur kereta api di Indonesia, Jalur kereta api di Sydney, Jalur kereta api Duri-Tanahabang, Jalur kereta api Eritrea, Jambu Kulon, Ceper, Klaten, Jambu Luwuk, Ciawi, Bogor, Jambu mawar, Jambu mede, Judul Topik (Artikel) J, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) J, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 23

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) J, J. Willard Marriott, J.A.K.Q. Dengekitai, J.A.K.Q. Dengekitai vs. Goranger, J.B. Jeyaretnam, Jagson Airlines, Jaguar, Jaguar (perusahaan otomotif), Jaguar Cars, Jalan Dago, Jalan dan Jembatan, Jalan dan Jembatan Kelok Sembilan, Jalan di Kota Surakarta, Jalur kereta api di Indonesia, Jalur kereta api di Sydney, Jalur kereta api Duri-Tanahabang, Jalur kereta api Eritrea, Jambu Kulon, Ceper, Klaten, Jambu Luwuk, Ciawi, Bogor, Jambu mawar, Jambu mede, Judul Topik (Artikel) J, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) J, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) O, OB Shift 2, Oba Selatan, Tidore Kepulauan, Oba Tengah, Tidore Kepulauan, Oba Utara, Tidore, Oda Nobunaga, Odair Fortes, Odalengo Grande, Odalengo Piccolo, Oktaf, Oktaf Paskah, Oktal, Oktan, Olivia Dewi, Olivia Lubis Jensen, Olivia Newton John, Olivia Newton-John, Onozalukhu You, Moro O, Nias Barat, Onozalukhu, Lahewa, Nias Utara, Onozitoli Sawo, Sawo, Nias Utara, Onta, Judul Topik (Artikel) O, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) O, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) O, OB Shift 2, Oba Selatan, Tidore Kepulauan, Oba Tengah, Tidore Kepulauan, Oba Utara, Tidore, Oda Nobunaga, Odair Fortes, Odalengo Grande, Odalengo Piccolo, Oktaf, Oktaf Paskah, Oktal, Oktan, Olivia Dewi, Olivia Lubis Jensen, Olivia Newton John, Olivia Newton-John, Onozalukhu You, Moro O, Nias Barat, Onozalukhu, Lahewa, Nias Utara, Onozitoli Sawo, Sawo, Nias Utara, Onta, Judul Topik (Artikel) O, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) O, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) P, Pa Padi, Krayan, Nunukan, Pa Pala, Krayan, Nunukan, Pa' Amai, Krayan Selatan, Nunukan, Pa' Dalan, Krayan Selatan, Nunukan, Padang Barat, Bintauna, Bolaang Mongondow Utara, Padang Barat, Padang, Padang Baru, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Padang Baru, Merapi Selatan, Lahat, Padi (band), Padi (disambiguasi), Padi (grup musik), Padi emas, Pahae Julu, Pahae Julu, Tapanuli Utara, Pahala, Pahala Tambunan, Pakpahan, Onan Runggu, Samosir, Pakpahan, Pangaribuan, Tapanuli Utara, Pakpak, Pakpak Bharat, Judul Topik (Artikel) P, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) P, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id