Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta

Oleh Tike Aprillia, ST, Fella Faradiva, dan Mutia Arifah Rachim

Proyeksi peta merupakan model matematis untuk mengkonversi posisi tiga dimensi suatu titik di permukaan bumi ke dalam dua dimensi atau bidang datar. Dalam prosesnya, proyeksi peta menyebabkan distorsi pada aspek-aspek geometri permukaan bumi yaitu distorsi jarak, distorsi arah, distorsi bentuk, dan distorsi skala. Untuk memperoleh peta yang ideal diperlukan:

  1. luas, jarak, arah dan bentuk yang benar
  2. membagi daerah yang dipetakan menjadi daerah yang lebih sempit
  3. menggunakan bidang datar atau bidang yang didatarkan

Proses memproyeksikan peta dibutuhkan model proyeksi, setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apabila satu jenis distorsi diminimalkan maka jenis distorsi lain pasti akan membesar. Distorsi pada proyeksi peta memiliki 4 sifat yaitu:

1. Konform

Konform adalah bentuk yang digambarkan pada proyeksi peta harus sesuai dengan aslinya dan mempertahankan kemiripan dengan bentuk aslinya yang tampak pada bumi.

2. Ekuivalen

Ekuivalen adalah luas yang tergambar pada peta harus sesuai dengan luas yang sama di gambaran aslinya.

3. Ekuidistan

Ekuidistan adalah peta yang digambarkan pada proyeksi peta jaraknya harus sama pada jarak sebenarnya sesudah dikalikan dengan skala yang tercantum pada proyeksi peta.

4. Azimuthal

Azimuthal adalah peta yang digambarkan pada proyeksi peta dengan ketentuan arahnya sama dengan yang sebenarnya.

Berdasarkan Bidang Proyeksi

Berdasarkan bidang proyeksinya, proyeksi peta dibagi menjadi 3 yaitu planar, kerucut dan silinder.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta

Macam Proyeksi Peta

1. Planar

Proyeksi ini sering juga disebut sebagai proyeksi zenithal atau azimuthal. Proyeksi planar merupakan sebuah proyeksi peta yang memakai sebuah bidang datar untuk digunakan sebagai proyeksinya. Pada proyeksi ini membahas mengenai bola bumi yang mana hanya berpusat pada satu titik. Umumnya digunakan untuk menggambarkan lintang kutub atau daerah yang cakupannya kecil. Proyeksi ini cocok untuk pencitraan daerah kutub. Pada proyeksi ini dapat dibagi kembali menjadi 3 jenis berdasarkan sumber cahaya proyeksi yaitu:

Proyeksi orthografik memproyeksikan bumi pada bidang datar dengan sumber titik proyeksi yang tak terhingga.Seluruh titik proyeksi tersebut kemudian ditarik garis orthogonal kedalam bidang datar.

.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Proyeksi Orthografik

Proyeksi stereografik memproyeksikan bumi pada bidang datar dengan satu titik sumber proyeksi.Satu sumber dari titik proyeksi tersebut kemudian dipancarkan ke segala arah..

.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Proyeksi Stereografik

Proyeksi gnomonik memproyeksikan bumi pada bidang datar dengan satu titik sumber proyeksi yang terletak pada pusat bumi. Satu sumber titik proyeksi tersebut kemudian dipancarkan ke segala arah dari pusat bumi ke permukaan bumi.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Proyeksi Gnomonik

2. Kerucut

Proyeksi peta kerucut adalah proyeksi peta menggunakan bentuk kerucut sebagai bidang proyeksi. Proyeksi peta ini digunakan untuk memetakan belahan bumi lintang tengah seperti benua Eropa. Proyeksi peta kerucut tidak dapat digunakan untuk menggambarkan daerah kutub dan juga daerah khatulistiwa.

3. Silinder

Proyeksi peta silinder adalah proyeksi peta menggunakan bentuk silinder sebagai bidang proyeksi. Proyeksi peta ini digunakan untuk memetakan belahan bumi daerah khatulistiwa. Proyeksi peta silinder tidak dapat digunakan untuk memetakan belahan bumi bagian kutub.

Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetri

Berdasarkan kedudukan sumbu simetri, proyeksi peta dibagi menjadi 3, yaitu proyeksi normal, miring, dan transversal.

1. Proyeksi Normal

Garis karakteristik bidang proyeksi berimpitan dengan sumbu bola bumi.

2. Proyeksi Miring

Garis karakteristik bidang proyeksinya membentuk sudut lancip dengan sumbu bola bumi.

3. Proyeksi Transversal

Garis karakteristik bidang proyeksi berpotongan tegak lurus dengan sumbu bola bumi.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Ilustrasi Bidang Proyeksi

Dari penjelasan diatas, maka dalam pembuatan peta harus dipilih model proyeksi peta yang sesuai dengan kebutuhannya agar meminimalkan distorsi fitur-fitur yang dianggap penting. Jenis proyeksi peta dapat diketahui berdasarkan bidang proyeksi dan kedudukan sumbu simetrinya. Proyeksi peta berdasarkan bidang proyeksinya dibagi menjadi 3, yaitu planar, kerucut, dan silinder. Proyeksi peta berdasarkan kedudukan sumbu simetrinya dibagi menjadi 3, yaitu proyeksi normal, proyeksi miring, dan proyeksi transversal.

SUMBER:

Geography, G. (2020, Maret 5). GIS Geography. Dipetik Juli 9, 2020, dari https://gisgeography.com/: https://gisgeography.com/azimuthal-projection-orthographic-stereographic-gnomonic/#:~:text=At%20the%20opposite%20end%20where,it%20preserves%20shapes%20(conformal).

Yuwono, B. D. (2019). Materi Kuliah Proyeksi Peta. Semarang: Universitas Diponegoro.

Ingin lebih paham mengenai proyeksi peta? Kami jelaskan pengertian, fungsi, peranan, jenis, dan contoh sistem proyeksi beserta gambarnya.

Proyeksi peta adalah proses memindahkan paralel dan meridian bumi secara matematis dan sistematis ke penyajian bentuk grid dalam bidang datar.

Sebuah sistem proyeksi tidak akan bisa dengan sempurna melakukan pemindahan tersebut. Pemilihan sistem proyeksi yang akan digunakan dilakaukan berdasarkan ciri asli yang akan dipertahankan, besar dan bentuk daerah yang dipetakan dan letaknya dipermukaan bumi.

Definisi proyeksi peta

Proyeksi Peta, merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat titik-titik yang terletak di atas permukaan suatu kurva (biasanya berupa ellipsoid atau bola) ke koordinat titik-titik yang terletak di atas bidang datar.

Proyeksi peta adalah ilmu yang mempelajari cara pemindahan data topografi dari atas permukaan bumi ke atas permukaan peta (bidang datar), sehingga ada perubahan bentuk, sudut, luas dan perubahan jarak.

Proyeksi peta merupakan bagian penting dalam ilmu kartografi dan proses pembuatan peta.

Jika kita kembalikan ke definisinya, kartografi merupakan ilmu dan seni mengenai perpetaan, baik pembuatan peta, atau mengenai peta itu sendiri.

Sedangkan peta didefinisikan sebagai gambaran abstraksi objek dan fenomena permukaan bumi yang dipilih, diperkecil, dan digambar dalam bidang datar.

Di sini, peta setidaknya memiliki 4 kata kunci yaitu:

  • Abstraksi objek
  • Dipilih
  • Diperkecil
  • Digambar dalam bidang datar.

Proyeksi peta merupakan proses kunci dalam kartografi. Proyeksi peta dalam kartografi diperlukan untuk menggambarkan muka bumi yang bulat ke atas bidang datar. Secara teknis, proyeksi peta dilakukan cara memindahkan jaring-jaring bumi menjadi garis lintang dan garis bujur di peta.

Fungsi proyeksi peta

ProyeksiPeta berfungsi untuk merelasikan koordinat titik-titik yang terletak di atas permukaan suatu kurva (biasanya berupa ellipsoid atau bola) ke koordinat titik-titik yang terletak di atas bidang datar. Dengan demikian, proses pemindahan informasi terkait lokasi dari permukaan bumi ke peta menjadi sangat terbantu oleh adanya proyeksi peta.

Dengan menggunakan proyeksi yang tepat, pembuat peta dapat meminimalisasi atau bahkan menghilangkan kesalahan atau distorsi yang mungkin terjadi saat proses proyeksi peta.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta

Distorsi dalam proyeksi peta

Secara konsep, proyeksi peta dilakukan melalui 2 tahap : pertama, bumi dianggap dipetakan pada globe (selanjutnya disebut globe referensi) yang diskalakan sesuai dengan skala peta yang akan dipetakan.

Kedua, memindahkan titik-titik pada permukaan globe ke permukaan datar secara matematis, sehingga permukaan 3 dimensi dapat menjadi permukaan 2 dimensi.

Tidak ada sistem proyeksi yang sempurna, yaitu sebuah sistem proyeksi tidak akan bisa dengan sempurna melakukan pemindahan ke bidang datar.

Terdapat 4 jenis distorsi yang bisa terjadi, yaitu:

  • Distorsi sudut
  • Distorsi area
  • Distorsi jarak
  • Distorsi arah

Distorsi sudut

Distorsi sudut terjadi jika sudut-sudut garis pada peta berubah jika dibandingkan dengan sudut sebenarnya di permukaan bumi.

BACA JUGA:  Model Bentuk Bumi dan Penggunaannya dalam Kartografi

Logika yang digunakan untuk mepertahankan hubungan sudut adalah bahwa setiap kompas akan menunjukkan arah yang sama di tiap titik di bumi (kecuali kutub), yaitu pembagian arah selalu 90o.

Jika arah dipertahankan, maka proyeksi merupakan conformal atau orthomorphic, yang berarti mempertahankan bentuk. Bentuk yang dipertahankan hanya berlaku untuk area yang kecil dan bentuk bisa berubah pada daerah yang lain dengan suatu ukuran yang signifikan.

Distorsi Area

Distorsi area terjadi jika luas area secara relatif peta berubah jika dibandingkan dengan luas area sebenarnya di permukaan bumi.

Proyeksi yang mempertahankan representasi area (luas secara relatife) disebut proyeksi equal-area atau equivalent.

Tidak ada proyeksi yang merupakan proyeksi conformal dan equivalent sekaligus. Hal ini juga mengindikasikan bahwa semua proyeksi conformal akan menampilkan area bumi yang sama dengan ukuran yang tidak sama, dan semua proyeksi equivalent akan mengubah sebagian besar sudut.

Distorsi Jarak

Distorsi area terjadi jika jarak antar dua titik pada peta berubah jika dibandingkan dengan jarak titik yang sama sebenarnya di permukaan bumi setelah diskalakan.

Masalah skala diperhatikan untuk mempertahankan aspek jarak. Untuk mendapatkan jarak yang benar-benar merepresentasikan jarak sebenarnya pada dua titik, maka skala harus seragam pada sepanjang batas pada garis yang menghubungkan dua titik tersebut. Skala ini juga harus sama dengan skala pada globe referensi.

Proyeksi peta yang mempertahankan aspek jarak disebut equidistant.

Distorsi Arah

Distorsi arah terjadi jika arah pada peta berubah jika dibandingkan dengan arah sebenarnya di permukaan bumi.

Proyeksi peta yang mempertahankan aspek arah adalah proyeksi azimuthal.

Jenis-jenis proyeksi peta

Sistem proyeksi dapat dibandingkan berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta

Berdasarkan unsur intrinsik

Berdasarkan unsur intriksik, sistem proyeksi dapat dibagi berdasarkan:

  • Sifat yang dipertahankan (jarak, luas, bentuk)
  • Cara generasi atau cara pembuatannya (matematis, geometris)

Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan

Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan, sistem proyeksi dapat dibagi menjadi:

  • Sistem proyeksi yang mempertahankan jarak (equidistant),
  • Sistem proyeksi yang mempertahankan luas (equivalent) dan
  • Sistem proyeksi yang mempertahankan bentuk (conform).

Berdasarkan generasi atau cara pembuatannya

Berdasarkan generasi atau cara pembuatannya, sistem proyeksi dapat dibagi menjadi:

  • Matematis (menggunakan perhitungan)
  • Geometris (berdasarkan penggambarannya).

Berdasarkan Unsur Ekstrinsik

Sedangkan berdasarkan unsur ekstrinsik, sistem proyeksi dapat dibagi berdasarkan:

  • Bidang proyeksi (bidang planar, silinder, kerucut)
  • Posisi bidang proyeksi (normal, transversal).
  • Persinggungan dengan sumbu bumi (secantial, tangensial).

Berdasarkan bidang proyeksinya

Berdasarkan bidang proyeksinya, sistem proyeksi dapat dibagi menjadi:

  • Bidang planar
  • Silinder
  • Kerucut

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Proyeksi peta berdasarkan bidang proyeksi. Sumber: Unstat

Berdasarkan posisi bidang proyeksi

Berdasarkan posisi bidang proyeksi, sistem proyeksi dapat dibagi menjadi:

  • Normal (sumbu bidang proyeksinya berimpit dengan sumbu bumi)
  • Transversal (sumbu bidang proyeksi tegak lurus dengan sumbu bumi)
  • Oblique (sumbu bidang proyeksi miring)

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Proyeksi peta berdasarkan posisi bidang proyeksi. Sumber: Unomaha.edu

Berdasarkan persinggungan dengan sumbu bumi

Berdasarkan persinggungan dengan sumbu bumi, sistem proyeksi dapat dibagi menjadi:

  • Secantial (bidang proyeksi memotong lengkung bumi)
  • Tangensial (bidang proyeksi menyinggung lengkung bumi)

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Proyeksi peta berdasarkan persinggungan bidang proyeksi dengan sumbu bumi. Sumber: Daylot, dkk, 2009

Dalam prakteknya, setiap sistem proyeksi dapat dibagi berdasarkan semua kriteria di atas.

Kita ambil contoh sistem proyeksi yang paling familiar dan paling  banyak digunakan di Indonesia, yaitu sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM).

Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM).

  • Sifat yang dipertahankan = bentuk/ konformal.
  • Cara pembuatannya = matematis.
  • Bidang proyeksi = silinder.
  • Posisi bidang proyeksi = transversal.
  • Persinggungan dengan sumbu bumi = secantial.

Secara umum, masing-masing sistem proyeksi memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda pula.

Memilih sistem proyeksi peta

Mengapa kita perlu memilih proyeksi peta?

Dan juga…

Mengapa setiap wilayah memiliki kesesuaian sistem proyeksi berbeda beda?

Itu karena:

  • Tergantung tujuan peta itu dibuat.
  • Letak dan luas daerah yang dipetakan mempengaruhi pemilihan proyeksi.
  • Setiap sistem proyeksi memiliki karakteristik berbeda.

BACA JUGA:  Apa itu Peta: Pengertian, Fungsi, Kelebihan dan Sumber Datanya

Bagaimana kita memilih sistem proyeksi peta yang sesuai?

Dasar pemilihan proyeksi peta adalah bahwa setiap transformasi akan menyebabkan pengaruh pada representasi jarak, arah, sudut dan area.

Dengan memiliki pengatahuan mengenai ini, pemilihan proyeksi akan lebih sesuai sehingga hasil pemetaan menjadi lebih akurat sesuai dengan tujuan pemetaan.

Pemilihan ini membutuhkan penyesuaian karakteristik sistem proyeksi dengan tujuan pemetaan.

Banyak factor mempengaruhi pemilihan proyeksi peta, antara lain :

  • Tujuan pemetaan
  • Nilai dan pengaturan distorsi setiap sistem proyeksi
  • Bentuk daerah secara keseluruhan.

Ahli geografi dan ekologi akan menekankan pada luasan relatif daerah. Navigator, ahli meteorology, astronot akan mengutamakan jarak dan sudut. Pemilihan didasarkan pada beberapa aspek utama, missal kesesuaian bentuk (conformal), equivalent, azimuthal , kewajaran penampilan dan sebagainya.

Nilai dan pengaturan distorsi

Beberapa jenis proyeksi memiliki pola dan pengaturan spesifik terhadap distorsi, sehingga dengan mengetahui hal ini, pemilihan proyeksi akan menjadi efektif dan optimal. Kesesuaian antara bentuk daerah yang dipetakan dengan hasil proyeksi merupakan sesuatu yang diinginkan.

Hal ini menjadi penting ketika peta dibuat dalam bentuk seri. Untuk peta berseri, proyeksi yang dipilih sebaiknya memiliki pola distorsi yang sama baik pada daerah yang besar maupun kecil.

Bentuk daerah secara keseluruhan

Bentuk daerah dapat disesuaikan dengan ukuran dan format kertas. Dengan memilih proyeksi yang cocok, terdapat kemungkinan untuk menampilkan peta dala skala yang lebih besar, sehingga peta dengan banyak detil dapat ditampilkan dengan lebih optimal.

Bagaimana jika menggunakan proyeksi yang tidak sesuai?

Pemilihan teknik proyeksi peta harus sesuai dengan tujuan pemetaan.

Kita harus memilih aspek apa yang akan kita pertahankan. Apakah jarak (equidistant), atau luas (equivalent) atau bentuknya (conform)?

Akibat dari penggunaan proyeksi peta yang salah adalah akan terjadi distorsi yang lebih besar yaitu kesalahan baik dari segi bentuk, luas maupun jarak pada peta, dibandingkan dengan keadaan sebenarnya.

Keseuaian proyeksi peta berdasarkan letak wilayah

Sistem proyeksi peta dunia yang sering digunakan adalah:

  • Mercator
  • Web Mercator
  • World Mercator

Sedangkan, untuk peta-peta yang memuat beberapa negara atau daerah yang luas, kita bisa menggunakan proyeksi berdasarkan letak lintangnya.

  • Proyeksi peta yang digunakan untuk memetakan daerah kutub atau daerah lintang tinggi adalah proyeksi peta yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya, atau sering disebut disebut dengan proyeksi azimutal, contohnya proyeksi Lambert Equal Area, Azimutal Equidistant.
  • Proyeksi peta yang sesuai untuk daerah lintang sedang adalah proyeksi peta dengan bidang proyeksi kerucut, seperti proyeksi polyconic, Lambert equal area.
  • Sedangkan proyeksi peta yang sesuai untuk memetakan wilayah ekuator atau daerah lintang rendah adalah proyeksi yang menggunakan bidang proyeksi silinder seperti proyeksi Mercator,  Transverse Mercator dan Universal Transverse Mercator (UTM).

Sistem proyeksi peta yang sesuai untuk Indonesia

Indonesia adalah negara yang terletak di wilayah ekuator atau lintang rendah, sehingga proyeksi yang cocok untuk Indonesia adalah proyeksi dengan bidang proyeksi berupa tabung, atau proyeksi silindris.

Lebih lanjut, bentuknya yang memanjang dari barat ke timur, sehingga lebih sesuai lagi jika sumbu proyeksinya tegak lurus dengan sumbu bumi, atau proyeksi transversal.

Proyeksi yang merupakan proyeksi silinder dan proyeksi transversal adalah proyeksi Transverse Mercator.

Untuk lebih memperkecil distorsi, karena daerah Indonesia luas, maka proyeksi secantial, atau proyeksi yang bidang proyeksinya memotong permukaan bumi.

Salah satu sistem proyeksi yang menggunakan bidang proyeksi berupa silinder, transversal dan sekantial adalah Universal Transverse Mercator (UTM).

Jadi kesimpulannya, jika ingin memetakan seluruh negara Indonesia, gunakan sistem proyeksi silindris sepeti Mercator.

Jika ingin memetakan wilayah yang lebih sempit seperti provinsi dan kabupaten, gunakan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator atau sistem proyeksi Transverse Mercator.

BACA JUGA:  Fungsi dan Keunggulan SIG Beserta Kelemahannya

Contoh proyeksi peta dan gambarnya

Proyeksi Mercator

Proyeksi Mercator menggunakan silinder sebagai bidang proyeksi. Pada proyeksi ini, semua garis rhumb tampak sebagai garis lurus. Sedangkan garis dari lingkaran besar tidak tampak lurus, kecuali pada ekuator dan meridian.

Pada proyeksi Mercator normal, garis standar adalah ekuator, dimana sepanjang garis tersebut memiliki factor skala = 1.0. Nilai factor skala hanya berubah sangat kecil pada sekitar ekuator, sehinga proyeksi ini sangat cocok untuk daerah di ekuator.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Gambar Proyeksi Mercator

Proyeksi Transverse Mercator

Proyeksi Transverse Mercator merupakan proyeksi Mercator yang bidang proyeksinya diputar 90O, sehingga garis standar merupakan meridian, bukan parallel. Proyeksi ini sangat cocok untuk daerah kecil di sekitar meridian standar.

Proyeksi ini banyak digunakan dalam pemetaan topografi, dan telah menjadi dasar dari system koordinat Universal Transverse Mercator (UTM)

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Gambar proyeksi Transverse Mercator

Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi dengan bidang proyeksi silinder, posisi bidang proyeksinya transversal, dan menyinggung permukaan bumi (sekansial).

Proyeksi ini sangat cocok digunakan di daerah ekuator, seperti di Indonesia. Peta RBI keluaran BIG juga menggunakan sistem proyeksi ini.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Gambar proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Proyeksi Space Oblique Mercator

Proyeksi ini muncul sebagai respon dari keberadaan citra satelit penginderaan jauh. Proyeksi ini merupakan proyeksi Mercator yang garis standarnya dibuat miring mengikuti lintasan dari satelit. Hal ini menyebabkan kesalahan koreksi geometric pada citra menjadi minimal. Sistem proyeksi ini memiliki sifat conformal.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Gambar Proyeksi Space Oblique Mercator

Proyeksi Albers Equal Area

Sistem ini menggunakan dua parallel standar. 2 Lingkaran kecil yang berdekatan bisa dipilih sebagai parallel standar. Semakin dekat kedua garis, semakin bagus representasi pada daerah disekitar garis tersebut secara langsung. Sistem ini memiliki nilai distorsi yang rendah.

Penampilannya mirip graticule bumi, yaitu meridian lurus secara konvergen dan parallel melengkung secara konsentris dan berpotongan dengan meridian di sudut yang tepat. Di luar parallel standar, nilai factor skala mengecil, sedangkan diantara parallel standar, nilai factor skala membesar.

Proyeksi ini sangat bagus untuk daerah di lintang tengah yang memiliki batas timur-barat lebih besar daripada batas utara selatan.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Gambar proyeksi Albers equal area

Proyeksi Lamberts Equal Area      

Proyeksi ini juga umum digunakan, termasuk azimuthal yang bersifat equifalen. Distorsi secara simetris mengelilingi titik pusat, dan dapat berlokasi dimanapun. Oleh karena itu, proyeksi berguna untuk daerah yang memanjang timur-barat dan berdimensi dimensi utara selatan.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Gambar proyeksi Lambert equal area

Proyeksi Polyconic

Semakin besar skala pemetaan, maka semakin banyak hal-hal yang harus diperhatikan, di antaranya kesamaan bentuk merupakan factor yang penting, distori secara keseluruhan harus minimal, dan peta-peta yang berdekatan harus dapat disandingkan dengan sesuai.

Proyeksi Polyconic dipilih untuk mengatasi hal ini. Namun, proyeksi ini hanya akan menghasilkan peta-peta berdekatan dapat disandingkan pada arah tertentu dan tidak pada arah yang lain.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Gambar proyeksi polyconic

Proyeksi Robinson

Proyeksi ini dicetuskan pada tahun 1961. berbeda dengan proyeksi conformal equal area namun merupakan perpaduan antara keduanya. ciri khas proyeksi ini adalah mendistorsi bentuk, luas, skala dan jarak dalam upaya menyeimbangkan kesalahan sifat dari proyeksi. garis parallel standar akan dipertimbangakan ketika proyeksi tersebut menggambarkan permukaan bumi dalam skala kecil. Keuntungan menggunakan sistem proyeksi ini adalah ¾ permukaan bumi dapat tergambarkan dengan tingkat kebenaran 20 persen pada skala sebenarnya.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan proyeksi peta
Gambar proyeksi robinson

Kesimpulan

Proyeksi peta adalah proses memindahkan paralel dan meridian bumi secara matematis dan sistematis ke penyajian bentuk grid dalam bidang datar.

Proyeksi peta merupakan bagian penting dalam ilmu kartografi dan proses pembuatan peta.

Dasar pemilihan proyeksi peta adalah bahwa setiap transformasi akan menyebabkan pengaruh pada representasi jarak, arah, sudut dan area.

Dengan memiliki pengatahuan proyeksi peta, pemilihan proyeksi peta akan lebih sesuai sehingga hasil pemetaan menjadi lebih akurat sesuai dengan tujuan pemetaan.