Faktor yang melatarbelakangi berdirinya muhammadiyah, yaitu

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

KOMPAS.com - Muhammadiyah adalah organisasi sekaligus gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia.

Sejak awal pendiriannya hingga saat ini, kontribusi Muhammadiyah dalam pembangunan selalu terlihat dari waktu ke waktu.

Baca juga: Muhadjir Effendy Resmikan Museum Muhammadiyah di Yogya, Sebut Pemberian Jokowi

Peran Muhammadiyah di berbagai bidang kehidupan termasuk keterlibatannya di ranah politik membuat makin dikenal dan diperhitungkan.

Baca juga: Ketua PP Muhammadiyah Resmikan Serambi Buya Syafii

Jelang Hari Lahir Muhammadiyah yang diperingati tiap 18 November, simak sejarah singkat berdirinya organisasi ini.

Baca juga: 10 Universitas Muhammadiyah Terbaik di Indonesia Versi Webometrics 2022

Latar Belakang Pendirian Muhammadiyah

Keberadaan Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari sosok pendirinya yaitu Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis yang berasal dari kota santri Kauman di Yogyakarta.

Dikutip dari laman resminya, gagasan tersebut diperoleh Kyai Haji Ahmad Dahlan setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903.

Ide gerakan tersebut didapatkan beliau setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang.

Beliau juga membaca pemikiran-pemikiran para pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Awal mula lahirnya Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi adalah hasil interaksi Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yaitu R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo.

Gagasan pendirian Muhammadiyah juga merupakan saran dari salah seorang siswanya di Kweekscholl Jetis yang menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis beliau tidak diurus sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah beliau wafat.

Menurut Adaby Darban, gagasan pendirian organisasi Muhammadiyah tersebut selain bertujuan untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan juga secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikan pada 1 Desember 1911.

Sekolah tersebut adalah rintisan lanjutan dari kegiatan Kyai Dahlan dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya.

Sementara dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma, sekolah yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan dengan menggunakan meja dan papan tulis, untuk mengajarkan agama dengan dengan cara baru serta ilmu-ilmu umum.

Muhammadiyah Resmi Berdiri sebagai Organisasi

Selanjutnya pada tanggal 18 November 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 H selalu diingat sebagai momentum penting lahirnya Muhammadiyah.

Muhammadiyah sebagai organisasi kemudian diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah).

Muhammadiyah kemudian disahkan sebagai organisasi oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.

Faktor yang melatarbelakangi berdirinya muhammadiyah, yaitu
muhammadiyah.or.id Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Asal Usul Nama Muhammadiyah

Nama ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad” yang dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.

Dalam catatan Adaby Darban, seorang ahli sejarah dari UGM, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu.

Muhammad Sangidu adalah seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta,

Usulan nama tersebut kemudian diputuskan Kyai Haji Ahmad Dahlanan setelah melalui shalat istikharah.

Sementara menurut H. Djarnawi Hadikusuma, nama Muhammadiyah memiliki maksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu adalah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad SAW, yaitu Islam.

Lebih lanjut,dengan nama tersebut maka tujuan pendirian Muhammadiyah adalah untuk memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW agar dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.

Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Faktor Pendukung dan Tujuan Berdirinya Muhammadiyah

Dikutip dari laman Gramedia, kelahiran Muhammadiyah didorong oleh beberapa faktor- faktor pendukung, antara lain:

1. Islam tidak lagi bersinar dalam cahaya murninya

2. Kurangnya persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai akibat gagalnya penegakan Uhuwah Islamiyah dan lemahnya organisasi yang kuat

3. Beberapa lembaga pendidikan Islam tidak mampu menghasilkan eksekutif-eksekutif Islam karena tidak lagi memenuhi tuntutan zaman

4. Sebagian besar umat Islam hidup dalam kisaran sempit fanatisme, keyakinan buta, pemikiran dogmatis, konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme

5. Dari persepsi bahaya Islam yang mengancam jiwa, dan sehubungan dengan misi dan kegiatan pusat Kristen di Indonesia yang semakin mempengaruhi penduduk

Lebih lanjut, maksud didirikan organisasi Muhammadiyah ini adalah sebagai berikut:

1. Menyebarkan pengajaran Agama islam berdasarkan panutan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta

2. Memajukan hal Agama kepada anggota-anggotanya, yakni memajukan pendidikan dan pembelajaran agama di Hindia Belanda

3. Memajukan dan menikmati hidup (way of life) selama kehendak Islam mencapai akhir

Sementara dikutip dari laman Muhammadiyah, organisasi ini memiliki alasan dan tujuan sebagai berikut:

1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam.

2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern.

3. Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

4 Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.

Peran Muhammadiyah dalam Pembangunan

Peran Muhammadiyah juga memiliki pengaruh besar di bidang kemasyarakatan dan pendidikan.

Muhammadiyah telah mendirikan klinik-klinik perawatan kesehatan, panti asuhan, dan sekolah dari jenjang pendidikan usia dini hingga universitas.

Muhammadiyah juga membentuk ‘Aisyiyah, sebuah organisasi perempuan yang didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan pada 19 Mei 1917 yang bergerak dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.

Sumber:
muhammadiyah.or.id  
gramedia.com  

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


1.    Faktor Subyektif

  (Berkenaan pribadi pendiri Muhammadiyah – KH. Ahmad Dahlan). Faktor-faktor tersebut antara lain :

a.       Faktor keluarga (keluarga yang taat beragama)

b.      Faktor lingkungan (Lingkungan Kampung Kauman Yogyakarta dikenal sebagai kampung yang agamis, terpelajar).

c.       Faktor Kepribadian (Mature personality)

d.      Faktor Kecerdasan (Memahami al-qur’an khususnya surat Al-Imran ayat 104)

e.       Faktor Pemahaman Agama (Islam pembaharu).


2.    Faktor Obyektif

       (Yang terjadi diluar Pribadi KH. Ahmad Dahlan).

a.       Setting realitas keummatan :

1)     Internal Ummat Islam

-          Islam sinkritis, sufidtik

-          Kejunudan (beku berfikir) karena pintu Ijtihad tertutup

-          Terbelenggu oleh Madzhab, menganggap yang paling benar

-          Konflik akibat khilafiyah, menyebabkan energi banyak terkuras

-          Islam ritual dan Islam budaya difasilitasi atau dibiarkan berkembang, (mesjid dibangun dekat Makam, menunaikan Ibadah Haji diseleksi, dll).

2)     Antar Ummat beragama

-          Misi Kristenisasi

-          Hubungan Islam dan Kristen, akibat kolonialisasi.

b.      Setting realitas Kebangsaan

1)     Imperialis, akibatnya : bodoh, miskin dan terbelakang

2)     Politik Hindia Belanda : Islam Politik dibungkam, islam ritual dan budaya difasilitasi, pembanguan Mesjid dilakukan dekat makam, menunaikan Haji diperbolehkan, tetapi diseleksi.

Tujuan Muhammadiyah :

Tujuan Muhammadiyah mengalami perubahan secara substansial dan redaksional sesuai perkembangan jaman.

Ø Muhammadiyah hanya untuk residensi Yogyakarta

Ø Muhammadiyah berkembang keluar Yogya, purworejo, pekajangan, solo dll.

Ø Muhammadiyah berkembang keluar Jawa, Padang, Bukit Tinggi, sumatera barat.

Ø Muhammadiyah menghadapi UU Keormasan.