Dari tabel diatas nama kerajaan dan nama raja yang benar yaitu

Jakarta -

Kerajaan Majapahit lahir saat Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama. Raden Wijaya kemudian bertahta pada 1293 hingga 1309 dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Dalam catatan sejarah, mulanya kerajaan Majapahit berpusat di Mojokerto, Jawa Timur. Namun, pada era Jayanegara (1309-1328), ibu kota dipindahkan ke Trowulan sejak Girindrawardhana berkuasa dan pusat Majapahit berpindah lagi ke Kediri.

Dari 12 raja yang berkuasa hingga akhirnya Majapahit runtuh, ada beberapa raja yang dikenal berkuasa paling lama. Siapa saja itu? Berikut ini rangkumannya dikutip dari buku Sejarah raja-raja Majapahit karya Sri Wintala Achmad.

1. Hayam Wuruk (1350-1389)

Raja Majapahit yang paling lama memerintah adalah Hayam Wuruk, yakni 39 tahun. Karena lamanya memerintah tersebut, Hayam Wuruk yang mendapat dukungan Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada berhasil membawa Majapahit pada puncak kejayaannya.

2. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1486-1517)

Meski berkuasa selama 41 tahun, tapi Dyah Ranawijaya memerintah sebagai Raja Majapahit hanya selama 29 tahun. Sedangkan 10 tahun sisanya adalah sebagai adipati bawahan Kesultanan Demak Bintara.

Berbanding terbalik dengan Hayam Wuruk, Dyah Ranawijaya membawa Majapahit pada kehancuran. Kerajaan ini runtuh di tangan Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak Bintara.

3. Jayanegara (1309-1328)

Jayanagara merupakan raja Majapahit II yang menggunakan nama Abhiseka Anantawikramottunggadewa Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Ewa Adiswara. Jayanagara yang memerintah dari tahun 1309 hingga 1328.

Selama berkuasa, Jayanegara dihadapkan pada sejumlah pemberontakan. Misalnya Mandana, Pawagal, Ra Semi, Pu Nambi, Ra Kuti, dan Dharmaputra Winehsuka yang memiliki kisah serta latar belakang sendiri.

4. Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350)

Tribhuwana Tunggadewi atau Sri Tribhuwananottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani merupakan raja Majapahit III. Sebagai ratu, dia memerintah selama 22 tahun dari tahun 1328 hingga 1350.

Semasa berkuasa, Tribhuwana didampingi oleh suaminya yakni Cakradhara atau Kertawardhana. Setelah turun takhta, dia menobatkan Hayam Wuruk sebagai penggantinya di puncak pimpinan Majapahit.

5. Wikramawardhana (1390-1428)

Wikramawardhana (Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama) merupakan raja Majapahit V yang berkuasa dari tahun 1390 hingga 1428. Raja Wikramawardhana adalah suami Kusumawardhani, yang merupakan purti Hayam Wuruk.

Saat berkuasa, Wikramawardhana menghadapi pemberontakan Bhre Wirabhumi yang merupakan putra Hayam Wuruk dari seorang selir. Pemberontakan bernama Perang Paregreg ini melibatkan Majapahit Barat dan Timur.

Menurut sejarah, beberapa raja Majapahit usai Wikramawardhana memerintah dalam kurun waktu singkat. Hal ini menunjukkan gejolak politik yang tidak juga usai di negeri bentukan Dyah Wijaya tersebut.

Disebutkan penguasa Kerajaan Majapahit tidak ada yang setangguh Hayam Wuruk. Seorang raja yang dapat menjaga stabilitas politik di dalam negeri sehingga tidak timbul makar dan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.

Simak Video "Megahnya Arsitrktur Istana Siak Bergaya Eropa dan Timur Tengah, Riau"



(faz/row)

Page 2

Jakarta -

Kerajaan Majapahit lahir saat Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama. Raden Wijaya kemudian bertahta pada 1293 hingga 1309 dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Dalam catatan sejarah, mulanya kerajaan Majapahit berpusat di Mojokerto, Jawa Timur. Namun, pada era Jayanegara (1309-1328), ibu kota dipindahkan ke Trowulan sejak Girindrawardhana berkuasa dan pusat Majapahit berpindah lagi ke Kediri.

Dari 12 raja yang berkuasa hingga akhirnya Majapahit runtuh, ada beberapa raja yang dikenal berkuasa paling lama. Siapa saja itu? Berikut ini rangkumannya dikutip dari buku Sejarah raja-raja Majapahit karya Sri Wintala Achmad.

1. Hayam Wuruk (1350-1389)

Raja Majapahit yang paling lama memerintah adalah Hayam Wuruk, yakni 39 tahun. Karena lamanya memerintah tersebut, Hayam Wuruk yang mendapat dukungan Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada berhasil membawa Majapahit pada puncak kejayaannya.

2. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1486-1517)

Meski berkuasa selama 41 tahun, tapi Dyah Ranawijaya memerintah sebagai Raja Majapahit hanya selama 29 tahun. Sedangkan 10 tahun sisanya adalah sebagai adipati bawahan Kesultanan Demak Bintara.

Berbanding terbalik dengan Hayam Wuruk, Dyah Ranawijaya membawa Majapahit pada kehancuran. Kerajaan ini runtuh di tangan Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak Bintara.

3. Jayanegara (1309-1328)

Jayanagara merupakan raja Majapahit II yang menggunakan nama Abhiseka Anantawikramottunggadewa Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Ewa Adiswara. Jayanagara yang memerintah dari tahun 1309 hingga 1328.

Selama berkuasa, Jayanegara dihadapkan pada sejumlah pemberontakan. Misalnya Mandana, Pawagal, Ra Semi, Pu Nambi, Ra Kuti, dan Dharmaputra Winehsuka yang memiliki kisah serta latar belakang sendiri.

4. Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350)

Tribhuwana Tunggadewi atau Sri Tribhuwananottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani merupakan raja Majapahit III. Sebagai ratu, dia memerintah selama 22 tahun dari tahun 1328 hingga 1350.

Semasa berkuasa, Tribhuwana didampingi oleh suaminya yakni Cakradhara atau Kertawardhana. Setelah turun takhta, dia menobatkan Hayam Wuruk sebagai penggantinya di puncak pimpinan Majapahit.

5. Wikramawardhana (1390-1428)

Wikramawardhana (Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama) merupakan raja Majapahit V yang berkuasa dari tahun 1390 hingga 1428. Raja Wikramawardhana adalah suami Kusumawardhani, yang merupakan purti Hayam Wuruk.

Saat berkuasa, Wikramawardhana menghadapi pemberontakan Bhre Wirabhumi yang merupakan putra Hayam Wuruk dari seorang selir. Pemberontakan bernama Perang Paregreg ini melibatkan Majapahit Barat dan Timur.

Menurut sejarah, beberapa raja Majapahit usai Wikramawardhana memerintah dalam kurun waktu singkat. Hal ini menunjukkan gejolak politik yang tidak juga usai di negeri bentukan Dyah Wijaya tersebut.

Disebutkan penguasa Kerajaan Majapahit tidak ada yang setangguh Hayam Wuruk. Seorang raja yang dapat menjaga stabilitas politik di dalam negeri sehingga tidak timbul makar dan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.

Simak Video "Megahnya Arsitrktur Istana Siak Bergaya Eropa dan Timur Tengah, Riau"


[Gambas:Video 20detik]
(faz/row)

          Sejak abad VII, banyak terdapat pemerintahan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah (Central Java), yaitu: Kerajaan Budha Kalingga, Jepara yang diperintah oleh Ratu Sima pada tahun 674. Menurut naskah/prasasti Canggah tahun 732, kerajaan Hindu lahir di Medang Kamulan, Jawa Tengah dengan nama Raja Sanjaya atau Rakai Mataram. Dibawah pemerintahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, ia membangun Candi Rorojonggrang atau Candi Prambanan. Kerajaan Mataram Budha yang juga lahir di Jawa Tengah selama era pemerintahan Dinasti Syailendra, mereka membangun candi-candi seperi Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan dll.

          Pada abad 16 setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak itulah Agama Islam disebarkan di Jawa Tengah. Setelah kerajaan Demak runtuh, Djoko Tingkir anak menantu Raja Demak (Sultan Trenggono) memindahkan kerajaan Demak ke Pajang (dekat Solo). Dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya. Selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan Aryo Penangsang. Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo Penangsang. Dikarenakan jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa Tengah dan bergelar Panembahan Senopati.

          Di pertengahan abad 16 bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dalam usaha mencari rempah-rempah yang akan diperdagangkan di Eropa. Pada saat yang sama, bangsa Inggris dan kemudian bangsa Belanda datang ke Indonesia juga. Dengan VOC-nya bangsa Belanda menindas bangsa Indonesia termasuk rakyat Jawa Tengah baik dibidang politik maupun ekonomi.

          Di awal abad 18 Kerajaan Mataram diperintah oleh Sri Sunan Pakubuwono II, setelah beliau wafat muncul perselisihan diantara keluarga raja yang ingin memilih/menunjuk raja baru. Perselisihan bertambah keruh setelah adanya campur tangan pemerintah Kolonial Belanda pada perselisihan keluarga raja tersebut. Pertikaian ini akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Gianti tahun 1755. Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua kerajaan yang lebih kecil yaitu Surakarta Hadiningrat atau Kraton Kasunanan di Surakarta dan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Kasultanan di Yogyakarta.

          Sampai sekarang daerah Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah propinsi yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 10/1950 tanggal 4 Juli 1950.

          Jawa Tengah sebagai salah satu Propinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya 5º40′ dan 8º30′ Lintang Selatan dan antara 108º30′ dan 111º30′ Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).

          Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.

          Menurut penggunaannya, luas lahan sawah terbesar berpengairan teknis (38,26 persen), selainnya berpengairan setengah teknis, tadah hujan dan lain-lain. Dengan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar 69,56 persen.

          Berikutnya lahan kering yang dipakai untuk tegalan/kebun/ladang/huma sebesar 34,36 persen dari total bukan lahan sawah. Persentase tersebut merupakan yang terbesar, dibandingkan presentase penggunaan bukan lahan sawah yang lain.

          Menurut Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18ºC sampai 28ºC. Tempat-tempat yang letaknya dekat pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Sementara itu, suhu rata-rata tanah berumput (kedalaman 5 Cm), berkisar antara 17ºC sampai 35ºC. Rata-rata suhu air berkisar antara 21ºC sampai 28ºC. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen samapai 94 persen. Curah hujan terbanyak terdapat di Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3.990 mm, dengan hari hujan 195 hari.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA