Sekolah yaitu sebuah daerah dimana siswa mencar ilmu dan mendapatkan pengetahuan. Tentu saja, saat tujuan siswa pergi ke sekolah yaitu belajar, maka banyak sekali hal yang menganggu kegiatan mencar ilmu siswa di sekolah seharusnya dihilangkan. Salah satu gangguan yang ada yaitu telepon genggam. Tetapi, benar atau tidak bila kita menganggap telepon genggam yaitu gangguan yang harus dihilangkan? Saya beropini bahwa perangkat ini bukanlah gangguan dan bahkan siswa harus membawanya ke sekolah. Mengapa? Pertama, telepon genggam memmenolong komunikasi antar siswa. Sebagai contoh, saat mitra saya tidak masuk sekolah alasannya sakit, namun ia tidak sempat mengirim surat izin, maka ia bisa berkomunikasi dengan aku, untuk memberikan izin kepada guru. Kedua, ponsel memmenolong komunikasi antara guru dan siswa. Misalkan saya yaitu seorang ketua di kelas Matematika. Sesudah 10 menit menunggu, guru Matematika tidak hadir dan ia mengirim email yang saya buka melalui ponsel. Email tersebut meliputi kiprah Matematika yang harus diselesaikan pada hari itu. Ketiga, telepon genggam sanggup meningkatkan efektivitas komunikasi antara orang bau tanah dan siswa. Ketika siswa harus pulang terlambat alasannya mengikuti pelajaran tambahan, mencar ilmu kelompok di rumah kawan, atau kegiatan ekstrakulikuler yang mendadak, maka orang bau tanah tidak perlu kebingungan dan mengunjungi mereka di sekolah untuk memastikan mereka berada dimana. Mereka spesialuntuk perlu menghubungi dan kemudian mendapatkan kabar terkena keadaan bawah umur mereka melalui telepon genggam. Keempat, ponsel remaja ini semakin canggih. Ada banyak aplikasi di dalam telepon genggam yang sanggup meningkatkan efektivitas mencar ilmu siswa. Salah satu aplikasi yang mempunyai kegunaan yaitu aplikasi browser yang bisa dipakai untuk mencari materi-materi pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa di kelas. Itulah empat dari sekian banyak manfaat telepon genggam bagi siswa, dan klarifikasi di atas yaitu alasan berpengaruh mengapa siswa diperbolehkan membawa perangkat modern ini ke sekolah. Kendati saya sudah menjabarkan banyak sekali manfaatnya, ada seorang mitra saya yang tidak setuju. Ia menyampaikan bahwa telepon genggam bisa berakibat sangat negatif bagi moral dan perkembangan mencar ilmu siswa di sekolah. Mengapa ia berkata demikian? Berikut yaitu alasan yang ia kemukakan untuk memperkuat pendapatnya. Pertama, ia menyampaikan bahwa komunikasi telepon genggam yang dilakukan oleh siswa yaitu kegiatan yang penuh risiko kebohongan. Siswa SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas yaitu remaja yang belum bisa membedakan perbuatan yang baik dan jelek sepenuhnya. Mereka yaitu remaja yang simpel terpengaruh oleh kawan-kawannya. Ketika seorang siswa terlambat pulang ke rumah dan bahu-membahu ia spesialuntuk ingin bermain game di rumah kawannya, ia biasanya berbohong kepada orang tuanya. Orang bau tanah yang tidak suka apabila anaknya terlalu banyak bermain video game, mendapatkan pesan singkat "kebohongan" dari anak tersebut. Pesan yang disampaikan meliputi izin bahwa sang anak tidak sanggup pulang sempurna waktu alasannya harus mengerjakan kiprah di rumah kawan. Padahal, anaknya spesialuntuk bermain game. AdvertisementMungkin kegiatan kebohongan tersebut masih wajar, alasannya yang menjadi alasan spesialuntuk game, namun bagaimana bila kebohongan yang ada sudah meluas menjadi kebohongan merokok, perkelahian, balapan sepeda motor, dan bahkan narkoba? Seorang siswa bisa mengirim pesan singkat kepada orang tuanya bahwa ia akan mencar ilmu kelompok bersama kawan. Padahal ia spesialuntuk mau merokok dan balapan sepeda motor di jalan kosong yang lokasinya jauh dari sekolah. Tentu saja, ini yaitu sikap jelek yang tidak boleh terjadi. Kedua, aplikasi browser dan koneksi internet yang ada di telepon genggam, berdasarkan mitra saya yaitu dua hal yang sanggup menghancurkan moral siswa. Sedikit berlebihan, namun saya sanggup memahaminya setelah ia mengungkapkan alasan. Dia menyampaikan bahwa, aplikasi browser dan koneksi internet bisa mempersembahkan ruang bagi siswa untuk berkreasi seluas mungkin. Siswa sanggup melaksanakan hal baik dan hal buruk. Sayangnya, data mencatat bahwa dengan adanya dua hal tersebut, seorang siswa cenderung melaksanakan hal buruk. Mereka secara konsisten mengakses konten-konten p*rnografi yang membuat degradasi mental. Mereka remaja lebih cepat dan yang paling parah, inilah penyebab mengapa pem*rkosaan terjadi dimana-mana, s*ks bebas dilakukan oleh para remaja, dan kesepakatan nikah dini akhir hamil diluar nikah semakin banyak kita jumpai. melaluiataubersamaini alasan-alasan yang masuk nalar di atas, mitra saya ternyata belum selesai. Ia masih menambahkan satu alasan lagi dimana telepon genggam yang dibawa ke sekolah bisa membuat siswa tidak lagi menjadi makhluk sosial. Penggunaan telepon genggam terutama pada kategori games dan media sosial, membuat seorang siswa bisa berdiam diri di suatu tempat, tanpa interaksi dengan kawan-kawannya, dalam waktu yang lama. Ketika hal ini terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin, siswa-siswa yang seharusnya menjadi makhluk sosial dalam artian peduli dengan dunianya yang "nyata" malah akan meninggalkan dunianya yang konkret dan terus menerus terbuai dengan dunia maya yang ada di genggamannya. Saya tidak menampik alasan ini, alasannya memang saya lihat ada banyak sekali kasus menyerupai itu. Kita tentu sering melihat remaja-remaja yang berkumpul di sutu tempat, namun bukannya mengobrol, mereka justru sibuk terhadap ponselnya masing-masing. Mendengar tiga alasan berpengaruh milik mitra saya tersebut, saya paham mengapa penerapan telepon genggam di sekolah [oleh siswa] dilarang. Tetapi saya beropini bahwa penerapan telepon genggam di sekolah sebaiknya diperbolehkan, dengan catatan telepon genggam tersebut spesialuntuk bisa berfungsi untuk mengirim pesan singkat dan menelepon. Karena berdasarkan aku, kegunaan utama sebuah ponsel yaitu alat komunikasi. Kemudian, setiap dua kali seminggu, pihak sekolah mengadakan razia rutin yang tujuannya menyita telepon genggam yang sudah mempunyai bermacam-macam kegunaan [canggih]. Agak guah memang, tetapi tidak ada salahnya dicoba bukan? Sekian, biar goresan pena ini sanggup mempersembahkan acuan yang baik bagi dilema apakah siswa diperbolehkan membawa telepon genggam atau tidak. Setelah membaca teks diskusi ‘’Bolehkah Anak Sekolah Membawa Telepon Seluler ke Sekolah? Jawablah pertanyaan berikut! 1] Dapatkah kamu menyusun struktur teks diskusi ‘’Bolehkah Anak Sekolah Membawa Telepon seluler ke Sekolah?” ke dalam isu, argumen yang mendukung, argumen menentang, dan simpulan? 2] Bandingkan jawaban kamu dengan struktur teks berikut ini! Perhatikan bagianbagian yang dicetak tebal! Tahukah kamu, bagian-bagian yang dicetak tebal itu merupakan tanda tertentu? Hubungkan penjelasan kamu dengan struktur teks tersebut. 2 Klik Lihat Jawaban
Pada bagian simpulan [conclusion], penulis menyimpulkan dan merekomendasikan posisi atau pendapat akhir penulis mengenai isu yang akan dibahas. Pada bagian itu, alangkah baiknya kamu mengambil jalan tengah mengenai masalah yang sedang dibahas agar simpulan yang kamu ambil tidak lagi menimbulkan masalah baru. Adsevertisement Video yang berhubungan |