Karakter disiplin dibentuk sejak dini sangat penting sebagai pembiasaan bagi peserta didik agar perilaku menyimpang dan tingkah laku 81 yang merugikan dirinya maupun orang lain dapat dirubah melalui kedisiplinan yang diterapkan. Jika dilihat pergaulan remaja pada saat ini, tidak dapat dipungkiri pengaruh teman dan lingkungan sekitar jika tidak diawasi akan memengaruhi perilaku negatif yang cenderung mengarah pada kenakalan remaja dan bahkan berujung pada tindakan kriminal. Perlu perhatian khusus dan pengawasan yang optimal agar karakter peserta didik khususnya dalam hal kedisiplinan dapat terbentuk. Selain peran orang tua, lingkungan sekolah juga berperan besar dalam membentuk karakter disiplin pada anak agar tidak mengarah kepada perilaku yang menyimpang. Seperti yang dikemukakan oleh wakil kepala bidang kesiswaan, bahwa: Untuk membentuk kedisiplinan itu yang punya peran bukan hanya guru, apalagi waka kesiswaan, tetapi semua orang yang ada di SMAN 1 harus punya peran untuk membentuk agar anak menjadi baik. Baik itu dari kepala sekolahnya, wakanya, guru, kemudian karyawan, teman kelas, kakak kelas, alumni juga punya peran besar untuk membentuk kedisiplinan anak SMA 1. (W/K-BKesis/23/04/19). Peran segenap lingkungan yang ada di sekolah berpengaruh besar dalam membentuk dan memberikan contoh yang baik terhadap kedisiplinan peserta didik, mulai dari kepala sekolah, guru, para staf sekolah, siswanya sendiri, satpam, hingga alumni pun berperan dalam terbentuknya karakter disiplin siswa. Sejalan dengan yang dikemukakan diatas, guru bidang studi PPKn mengemukakan, bahwa: Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan karakter tentang masalah kedisiplinan yaitu selalu memantau siswa dalam keberangkatan, jadi ada pemantauan apakah tepat waktu atau 82 tidak. Jika ada yang tidak tepat waktu akan ditindak lanjuti, artinya tidak kita beri sanksi tetapi kita tindak lanjuti yang bersifat mendidik kemudian kita peringatkan, setelah kita peringatkan satu atau dua sampai tiga kali kemudian menghubungi orang tua untuk mengkoordinasikan terkait masalah anaknya. Kemudian selalu memantau dalam berpakaian sesuai dengan ketentuan-ketentuan sekolah. selanjutnya memantau siswa dalam bersikap, dalam berprilaku, bahwa kami anjurkan anak-anak kami harus memiliki sikap yang menunjukkan karakter kebangsaan atau bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Kemudian juga selalu memantau dari masalah sopan santun dalam berprilaku, hormat pada bapak ibu guru, bagaimana dalam berbicara dengan orang yang lebih tua, bagaimana kalau bertemu dengan bapak ibu guru, jadi itu selalu perhatikan kemudian bagaimana dalam mengikuti pelajaran di kelas, tidak boleh pakai jaket apapun harus sesuai dengan seragam yang telah ditentukan. Itu beberapa hal yang kita upayakan di sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan anak-anak kami (W/DW-PPKn/24/04/19). Seperti yang disampaikan DW diatas dalam meningkatkan karakter disiplin sehingga dapat terbentuk pada siswa, semua komponen sekolah berperan dalam memantau para siswa mulai awal mereka datang ke sekolah hingga mereka pulang sekolah benar-benar diawasi kedisiplinan mereka. Bagi siswa yang kedapatan melanggar aturan, para guru pun akan memberikan sanksi yang sifatnya mendidik agar tidak mengulanginya kembali. Pemantauan yang dilakukan tidak semata-mata dalam hal menaati peraturan saja, tetapi dalam bersikap, berprilaku dan mampu menunjukkan karakter kebangsaan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Koordinasi yang baik antara sekolah dan orang tua dalam memantau dan mengontrol tingkah laku anak akan berdampak positif pada perkembangan anak. 83 Terkait dengan peraturan tata tertib yang ada di sekolah, dalam perumusannya tata tertib dibuat dengan melibatkan siswa yaitu melalui Majelis Perwakilan Kelas (MPK). Semua peraturan tata tertib yang ada di sekolah dibuat langsung oleh para siswa. Peraturan yang sudah dirumuskan oleh siswa kemudian dikonsultasikan kepada guru untuk dipertimbangkan apakah layak untuk diterapkan. Seperti yang dikemukakan oleh waka kesiswaan, yang mengatakan bahwa: SMAN 1 dalam menyusun peraturan itu bukan dari bapak ibu guru, tetapi peraturan itu dibentuk bersama dengan siswa terutama MPK dan PH/OSIS, dimana osis itu terdiri dari PH dan MPK. Mereka mempunyai peran untuk membuat aturan yang akan diberlakukan bagi teman-temannya. Kemudian disamping peraturan itu juga ditindak lanjuti atau dibarengi dengan sanksi yang akan siswa peroleh bagi yang melakukan pelanggaran-pelanggaran, jadi sistemnya sudah dibuat dan sudah tertulis tinggal menerapkannya (W/K-BKesis/23/04/19). Peraturan tata tertib sekolah dirumuskan oleh anggota Majelis Perwakilan Kelas (MPK) yang berasal dari perwakilan siswa setiap kelas. Melalui MPK itulah kemudian tata tertib yang diusulkan kepada guru untuk diterapkan. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh siswa yang merupakan ketua MPK, sebagai berikut: Praturan di SMA 1 yang membuat siswa dan kemudian dikonsultasikan dengan bapak ibu guru dan untuk nanti diresmikan lagi oleh MPK. Dalam membuat peraturan tersebut tidak asal buat peraturan karena juga melihat dari regulasi dinas, dari dikmen dan lain sebagainya. (W/ MAK-S-MPK/26/04/19). Jadi, peraturan yang diusulkan oleh siswa harus dikaji terlebih dahulu dan dikonsultasikan pada guru disekolah agar sesuai dengan ketentuan prosedur dari sekolah maupun dinas terkait apakah layak atau 84 tidak peraturan tersebut diterapkan. Pernyataan MAK diperkuat dengan yang disampaikan oleh guru BK, bahwa: Semua tata tertib sekolah dibuat oleh siswa atas kesepakatan bersama, sehingga siswa tahu betul pelanggaran sanksi yang diberikan. Mulai dari membuat tata tertib hingga ikut menertibkan bagi yang melanggar aturan dilakukan oleh MPK (W/W&ER-BK/29/04/19). Melalui perancangan yang dilakukan oleh siswa yang dilakukan oleh majelis perwakilan kelas dalam merumuskan tata tertib, perlu kesepakatan bersama dari semua elemen sekolah agar tata tertib yang diusulkan benar-benar sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ada. Begitu juga dalam hal kedisiplinan, siswa ikut berperan dalam menegakkan aturan sekolah. Majelis Perwakilan Kelas (MPK) merupakan sebuah organisasi terdiri dari 33 orang yang merupakan perwakilan kelas, setiap kelas minimal mempunyai satu perwakilan di Majelis Perwakilan Kelas (MPK). Sedangkan untuk struktur kepengurusan organisasi terdiri dari tiga ketua, tiga sekretaris, dua bendahara, dan dibagi beberapa komisi. Untuk komisi sendiri ada empat yang terdiri dari komisi aspirasi dan interaksi, komisi strategi dan kebijakan umum, komisi kedisiplinan dan ketertiban, dan komisi pengawasan dan evaluasi. Sedangkan untuk ketuanya sendiri tiga ketua disebut senatatama, untuk ketua umum disebut senata prima, untuk ketua satu disebut senata muda satu, dan ketua dua disebut senata muda dua. Kepengurusan majelis perwakilan kelas menjabat selama satu periode 85 dengan durasi satu tahun ajaran. Berikut dokumentasi struktur dari kepengurusan MPK: Gambar 2. Struktur organisasi Majelis Perwakilan Kelas Sumber: Dokumentasi peneliti tanggal 26/04/2019 Sebagai sebuah organisasi, majelis perwakilan kelas memfasilitasi kepada para siswa yang ingin membuat atau merumuskan tata tertib. Para siswa menyampaikan langsung tata tertib yang ingin diterapkan kepada anggota MPK perwakilan masing-masing kelas, selanjutnya dari anggota MPK tersebut akan dikumpul menjadi satu dari keseluruhan kelas tata tertib yang akan di ajukan kepada guru bagian kesiswaan. Kemudian guru akan meninjau kembali dan mengkaji tata tertib tersebut apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang ada dan boleh untuk diterapkan. Tugas dari MPK sendiri tidak hanya dalam membuat tata tertib, majelis perwakilan kelas juga membantu dalam menegakkan 86 kedisiplinan siswa-siswi SMA 1 Teladan Yogyakarta. Ketika ada pelanggaran dari siswa saat melakukan razia yang dilaksanakan pada saat pagi, razia rutin, dan razia isitendal, MPK akan menindak lanjuti dengan mengambil barang yang disita dari siswa dan menegur bagi siswa yang tidak menaati aturan. Kegiatan tersebut dengan tujuan agar siswa senantiasa tertib. Hal ini seperti yang ungkapkan oleh ketua MPK, bahwa: Kalau dari sekolah sendiri MPK bekerjasama dengan sekolah, jadi kalau melakukan razia keterlambatan itu tidak Cuma murni dari OSIS atau MPK tetapi ada juga bapak ibu guru yang menemani. Jadi bapak ibu guru dan sekolah itu juga ikut andil dalam pembentukan karakter. (W/ MAK-S-MPK/26/04/19). Guru dan MPK memiliki peran dalam mendisiplinkan siswa, antara guru dan MPK saling bekerjasama saling dalam menegakkan kedisiplinan di sekolah baik dari merazia siswa, hingga menegur para siswa yang melanggar aturan sehingga pengawasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan disiplin di SMA 1 Teladan Yogyakarta benar-benar berjalan dengan baik. Sesuai pengamatan terhadap buku peraturan tata tertib di SMAN 1 Teladan Yogyakarta yang berisi 26 pasal yaitu tentang ketentuan umum, tujuan, pakaian seragam, upacara bendera, proses pembelajaran, waktu istirahat, waktu pulang seolah, perizinan meninggalkan proses pembelajaran, penerimaan tamu, pengumuman, sopan santun peserta didik, kebersihan kelas, kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik yang tidak masuk sekolah, tata tertib berkendara, kartu pelajar, kegiatan sosial, peraturan 87 peralatan kelas dan peminjaman kelas, kegiatan keorganisasi, peraturan kegiatan, pengenalan lingkungan sekolah, hal-hal yang dilarang, hal-hal yang di razia, konsekuensi, penegakkan tata tertib peserta didik, dan aturan tentang kesanggupan siswa. Semua peraturan tata tertib tertulis didalam buku peraturan tata tertib sekolah beserta poin pelanggaran yang dikenakan bagi yang melanggar. Tidak hanya peraturan dan poin pelanggaran saja, buku peraturan tata tertib juga berisi penghargaan peserta didik berprestasi dibidang akademik maupun non akademik. Buku teladan peserta didik ini merupakan hasil inovasi dan pemikiran dari para siswa SMAN 1 Teladan Yogyakarta yang sudah legal berlaku untuk mendisiplinkan siswa. Selanjutnya selain membuat dan melakukan pengawasan tentang kedisiplinan, MPK mengawasi program-program umum maupun khusus di PH OSIS. Hal tersebut merupakan bentuk kontroling yang dilakukan majelis perwakilan kelas. Terkait peraturan tata tertib, MPK mengadakan rapat atau sebuah forum ketika akan ada revisi tata tertib dengan jadwal rapat yang disesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa, guru secara rutin dalam memantau dan mengecek baik dari atribut pakaian yang digunakan, tingkah laku siswa baik didalam kelas maupun diluar kelas, dan lain sebagainya. Semua itu benar-benar diperhatikan, Guru dan MPK berperan dalam memantau kedisiplinan siswa lain bahkan pada saat siswa baru masuk sekolah sudah ada 88 pembinaan dari kakak kelas, baik dari OSIS maupun MPK. Melalui pendampingan yang diberikan kepada siswa yang baru masuk tentang aturan-aturan tata terib dan sebagainya akan memberikan pemahaman terkait aturan-aturan yang ada di SMA 1 Teladan Yogyakarta. Untuk kedisiplinan siswa disekolah diperhatikan sejak awal datang masuk sekolah, mulai dari berkendara apakah sudah cukup umur untuk membawa kendaraan sendiri dan memiliki SIM, kemudian dari segi kelengkapan kendaraan termasuk menjadi kontrol dari pihak sekolah. Bagi yang belum memiliki SIM, tidak dibenarkan untuk membawa kendaraan sendirian tetapi diantar oleh orang tua, ataupun menggunakan kendaraan umum/ojek. Peraturan-peraturan seperti ini merupakan suatu cara dalam mengajarkan kebiasaan disiplin pada siswa agar selalu tertib dalam berkendara. Kebiasaan inilah yang akan membentuk karakter disiplin siswa secara perlahan untuk taat terhadap hukum berlalu lintas. Selanjutnya di SMA 1 Teladan Yogyakarta dalam memarkirkan kendaraan bermotor turut diperhatikan pihak sekolah supaya menyusun dengan rapi kendaraan, itu merupakan salah satu bentuk pembiasaan dalam kedisiplinan. Data hasil observasi tersebut didukung dengan hasil dokumentasi sebagai berikut: 89 Gambat 3. Kondisi parkiran motor siswa Sumber: Dokumentasi Peneliti tanggal 01/05/2019 Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa semua kendaraan siswa tersusun secara rapi diparkiran, tanpa adanya pengarahan dari pihak sekolah mereka sudah terbiasa dalam memarkirkan kendaraan dengan rapi dan kendaraan para siswa pun sudah sesuai dengan standar dan kelengkapan kendaraan. Ini bukti bahwa kebiasaan untuk tertib dalam melakukan aktivitas sudah tertanam didalam diri siswa melalui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Selanjutnya para siswa yang baru sampai di sekolah sebelum masuk kedalam kelas, guru sudah menyambut siswa di pekarangan sekolah untuk mengamati para siswa dalam berpakaian, memantau siswa yang terlembat dan sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh guru BK, bahwa: Setiap pagi itu guru menyambut siswa dengan bersalaman di depan, disitu juga sekaligus bisa mengamati bagaimana kondisi anak mulai dari menggunakan pakai sepatu hingga dalam memakai kerudung, Begitu juga dapat diketahui anak-anak yang datang terlambat atau datang dalam kondisi yang kurang sehat 90 bahkan ada anak yang caranya bersalaman juga beda-beda. Kemudian kami juga melakukan pembinaan pada anak-anak yang terlambat, yang minta izin semua dilihat (W/W&ER-BK/29/04/19). Jadi, sebagai seorang pengajar terlebih dahulu memberikan contoh yang baik terhadap siswa, memberikan salam sapa kepada siswa, kemudian bagi siswa yang melanggar aturan atau terlambat akan ditegur dan selanjutnya dibina yang sifatnya membangun. Dengan berinteraksi secara langsung sebelum masuk kelas merupakan hal yang baik agar mempunyai ikatan yang baik antara guru dan siswa sekaligus memantau perilaku siswa. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan observasi dilapangan yang menunjukkan penerapan tata tertib dalam membentuk karakter disiplin siswa dilihat dari guru benar-benar memantau siswa mulai dari kedatangan siswa di sekolah, ada dua sampai tiga orang guru yang menyambut kedatangan siswa dihalaman sekolah sebelum masuk kelas, kegiatan ini dilakukan setiap pagi sebelum bel berbunyi dengan tujuan, selain sebagai pengamatan pada siswa, dapat mempererat hubungan antara guru dan siswa. Kebiasaan tersebut akan memberikan pengaruh positif terhadap siswa. Hal ini selaras dengan hasil dokumentasi dilapangan yang menunjukkan para siswa baru datang bersalaman dengan guru di pekarangan sekolah sebelum masuk ke kelas. 91 Gambar 4. Kedatangan Siswa-Siswi Disambut Oleh Guru Di Pekarangan Sekolah Sumber: Dokumentasi peneliti tanggal 29/04/2019 Gambar di atas menunjukkan para siswa yang baru datang sudah disambut oleh guru dengan salam sapa dan memantau baik atribut yang dikenakan mulai dari baju, celana/rok, sepatu, kerudung, kaos kaki,ikat pinggang dan lain sebagainya apakah sudah sesuai ketentuan peraturan tata tertib sekolah, hingga memantau apakah ada siswa yang telat datang sekolah, barulah kemudian siswa langsung masuk ke kelas masing-masing untuk mempersiapkan diri dalam proses belajar. Kemudian setelah bel berbunyi, di SMA 1 Teladan Yogyakarta berbeda dari sekolah lainnya, siswa tidak langsung masuk jam pelajaran tetapi akan ada pengumandangan lagu Indonesia Raya menggunakan pengeras suara dan semua warga sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, siswa, staf TU, hingga satpam berdiri untuk ikut menyanyikan lagu 92 Indonesia Raya tanpa terkecuali. Hal tersebut terlihat dari hasil dokumentasi sebagai berikut: Gambar 5. Saat Para Siswa Dan Guru Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Sumber: Dokumentasi tanggal 29/04/2019 Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa para siswa menyanyikan lagu Indoenesia Raya tidak terkecuali para guru, baik yang berada diluar ruangan maupun didalam ruangan. Semua berdiri menyanyikan hingga lagu selesai, baru semuanya masuk ke kelas untuk memulai jam pelajaran. Hal tersebut merupakan perwujudan rasa hormat, cinta terhadap tanah air sebagai bangsa Indonesia melalui hal kebiasaan itu menunjukkan sikap disiplin terhadap budaya sekolah yang diterapkan pada semua komponen yang ada. Kemudian penerapan tata tertib dalam membentuk karakter disiplin yaitu menggunakan atribut sekolah seperti pakaian, sepatu, ikat pinggang, kaos kaki dan lainnya harus sesuai dengan ketentuan yang sudah 93 diatur oleh sekolah, sesuai dengan aturan penggunaan setiap harinya. Adapun peraturan tata tertib dalam segi barang bawaan, guru akan melakukan razia rutin terhadap yang di bantu oleh majelis perwakilan kelas untuk mengecek barang bawaan siswa apakah ada yang melanggar aturan atau tidak. Sedangkan untuk kehadiran siswa, guru akan mengecek absensi setiap jam pelajaran apakah ada siswa yang tidak masuk kelas atau tidak hadir sekolah. Selanjutnya didata untuk di proses apakah ketidakhadiran siswa disengaja atau karena ada kepentingan lain dan sudah mendapat izin dari guru yang mengharuskan untuk tidak masuk kelas. Begitu juga bagi siswa yang masuk terlambat, jika kedapatan siswa masuk kelas terlambat pada saat jam pelajaran tanpa alasan dan keterangan yang jelas maka akan dikenakan sanksi atau tindakan dari guru. Jadi siswa harus sudah berada didalam ruangan kelas saat bel jam pelajaran dimulai. Pembentukan karakter disiplin juga diterapkan dalam beribadah, dimana pada saat masuk waktu sholat, bagi yang muslim diwajibkan berbegas untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah. Kebiasaan untuk melaksanakan sholat berjamaah tepat waktu tersebut merupakan salah satu wujud dalam pembentukan karakter disiplin dalam beribadah. Jadi, dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan karakter didisplin melalui tata tertib, sekolah menerapkan strategi dengan melibatkan siswa pada 94 pembuatan kebijakan, ini sebagai salah satu bentuk upaya sekolah agar siswa belajar mendisiplinkan diri sendiri terhadap aturan yang disepakati bersama. Rasa disiplin dalam menaati peraturan timbul dari kesadaran diri tanpa karena sebuah tekanan dan keterpaksaan. Kemudian dalam mendisiplinkan siswa, sekolah membiasakan siswa untuk disiplin sejak mereka mulai datang dan masuk dilingkungan sekolah, menaati peraturan selama proses pembelajaran berlangsung hingga pulang sekolah. Peserta didik benar-benar dibentuk untuk memiliki kedisiplinan yang melekat didalam diri, baik pada proses belajar, interaksi sosial, dan segala kegiatan di sekolah. Guru memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan siswa sehingga tujuan sekolah dalam membentuk karakter disiplin siswa tercapai. Adapun indikator pembentukan karakter disiplin melalui penerapan tata tertib di sekolah yaitu: siswa mengenakan seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, masuk sekolah tepat waktu, tertib, mengikuti setiap kebiasaan di sekolah, beribadah tepat waktu, tidak ada pelanggaran etika, sopan santun, dan berprestasi. 3. Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Melalui Pembelajaran PPKn |