Berikut yang merupakan pengaruh kebijakan monopoli perdagangan bagi bangsa indonesia adalah

Berikut yang merupakan pengaruh kebijakan monopoli perdagangan bagi bangsa indonesia adalah

Berikut yang merupakan pengaruh kebijakan monopoli perdagangan bagi bangsa indonesia adalah
Lihat Foto

dokumen nationalgeographic.grid

ilustrasi perahu VOC.

KOMPAS.com - Ketika Bangsa Eropa seperti Portugis dan Belanda melakukan penjelajahan samudera dan tiba di Asia, mereka merasa menemukan daerah yang sangat kaya.

Pasalnya, daerah di Asia, khususnya Indonesia, merupakan wilayah penghasil rempah-rempah yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Eropa.

Dalam perkembangannya, Portugis dan Belanda mampu menjadikan daerah penghasil rempah-rempah seperti Indonesia sebagai koloninya.

Kebijakan kolonial Portugis yang memicu perlawanan lokal adalah monopoli perdagangan.

Kesamaan kebijakan Portugis dan Belanda dalam bidang ekonomi di Nusantara adalah sama-sama menerapkan sistem monopoli perdagangan.

Monopoli perdagangan oleh Bangsa Portugis

Setelah menguasai Malaka pada 1511, Bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque merencanakan mengirim tiga armada untuk membangun monopoli perdagangan.

Dua armada berhasil dikirim, yaitu ke Maluku (untuk mencari cengkeh) dan ke Sunda Kelapa (untuk mencari lada).

Namun, armada ketiga yang rencananya dikirim ke Timor untuk memonopoli kayu cendana tidak terlaksana karena kekurangan kapal.

Baca juga: Faktor Penjelajahan Samudra Bangsa Eropa

Monopoli perdagangan di Sunda Kelapa

Armada yang dikirim ke Sunda Kelapa pada 1513 terdiri dari empat kapal layar yang dimpimpin oleh de Alvin.

Kala itu, Sunda Kepala adalah sebuah pelabuhan dari Kerajaan Pajajaran, yang oleh penulis Portugis bernama Tome Pires disebut Sunda.

Armada Alvin datang ke Sunda Kelapa atas permintaan Raja Sunda, Sang Hyang Prabu Surawisesa yang merasa terancam oleh Cirebon.

Sang raja meminta Portugis untuk membangun benteng dan sebagai imbalannya Portugis akan mendapat prioritas dalam membeli lada.

Namun, kesepakatan tersebut tidak pernah terlaksana karena Demak mengetahui niat Portugis untuk memonopoli perdagangan di Sunda Kelapa.

Dengan demikian, Portugis tidak pernah berhasil menjalankan monopolinya di Sunda Kelapa.

Monopoli di Maluku

Pada 1512, Alfonso de Albuquerque mengirim tiga kapal layar yang dipimpin oleh Antonio de Abreu untuk membangun monopoli perdagangan di Maluku.

Namun, dua dari tiga kapal tersebut karam dalam perjalanan, sementara satu kapal tiba di Maluku dan mengadakan hubungan dengan Sultan Aby Lais.

Sultan Ternate itu berjanji akan menyediakan cengkeh bagi Portugis setiap tahun dengan syarat dibangunnya sebuah benteng di Pulau Ternate.

Alhasil, sejak 1522 hingga 1570 terjalin hubungan dagang antara Portugis dan Ternate.

Pada periode itu, tidak jarang timbul konflik karena Portugis terus berupaya melakukan monopoli.

Konflik antara Ternate dan Portugis terus meruncing hingga pada pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1584), hak monopoli Portugis berhasil dihapus.

Baca juga: Penjelajahan Samudra oleh Portugis: Latar Belakang dan Kronologi

Sejak mendarat di Banten pada 1596, banyak pedagang Belanda terlibat persaingan untuk memperebutkan perdagangan rempah-rempah.

Penjajahan Bangsa Belanda di nusantara berawal dari terbentuknya VOC (Vereenidge Oost Indische Compagnie) pada 1602.

Salah satu tujuan pembentukan VOC adalah untuk memperkuat posisi Belanda sehingga dapat melaksanakan monopoli perdagangan.

Dapat dikatakan VOC mengalami kemajuan pesat dalam waktu singkat.

Di Indonesia bagian timur, VOC memusatkan kedudukannya di Ambon.

Keberhasilannya membantu Sultan Baabullah mengusir Portugis membuka jalan bagi VOC untuk menerapkan monopoli di Maluku.

Untuk merealisasikan niatnya tersebut, VOC menerapkan beberapa kebijakan sebagai berikut.

  1. Hongi tochten (Pelayaran Hongi), yaitu pelayaran pantai yang dilengkapi angkatan perang untuk mengawasi para pedagang Maluku agar tidak menjual rempah-rempah kepada pedagang lain dan jika melanggar akan mendapat hukuman berat.
  2. Ekstirpasi, yaitu menebang tanaman rempah-rempah penduduk agar produksinya tidak berlebihan.
  3. Contingenten, yaitu kewajiban rakyat membayar pajak dalam bentuk hasil bumi.

Baca juga: Perlawanan Terhadap VOC di Maluku, Makassar, Mataram, dan Banten

Pada 1641, VOC berhasil menggantikan posisi Potugis di Malaka.

Keberhasilan ini mampu memperkuat kedudukan VOC di wilayah Indonesia bagian barat,
Setelah berhasil menguasai Malaka, VOC menaklukkan Aceh.

Pada 1667, VOC memaksa Sultan Hasanuddin, penguasa Makassar, menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya.

Perjanjian itu menandai kekuasaan VOC di Makassar.

Kekuasaan VOC kemudian meluas ke Kalimantan setelah Raja Sulaiman terpaksa memberikan hak monopoli dagang kepada VOC.

Untuk mengawasi kegiatan monopoli perdagangan di beberapa wilayah di nusantara, VOC tetap menjalankan Pelayaran Hongi.

Puncaknya pada abad ke-18, VOC telah menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia.

Referensi:

  • Makfi, Samsudar. (2019). Masa Penjajahan Kolonial. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia (1700-1900). Jakarta: Balai Pustaka.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Apa saja dampak positif dan negatif monopoli perdagangan yang dilakukan oleh VOC di Indonesia? Kongsi Dagang Belanda atau lebih kita kenal dengan nama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) merupakan sebuah perusahaan Hindia Timur Belanda yang bergerak dalam bidang perdagangan di wilayah Asia. Dibentuk pada tanggal 20 Maret 1602, uniknya kongsi dagang ini memiliki pasukan tentara dan mempunyai hak-hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda.

Berdirinya VOC kemudian ditindaklanjuti dengan mendirikan beberapa markas, seperti di Batavia (Jakarta sekarang), Maluku, Kepulauan Banda, dan Banten. Dalam menjalankan tugasnya, perusahaan ini melakukan monopoli perdagangan dengan cara-cara licik dan kejam. Mulai dari melakukan pemerasan, pembunuhan massal, sampai-sampai melakukan tindakan kekerasan terhadap penduduk lokal. Adanya monopoli perdagangan di wilayah Nusantara oleh VOC tentu memiliki dampak yang cukup besar, lalu apa saja dampaknya? berikut penjelasan singkatnya.

Baca Juga : Sejarah Kebijakan Sistem Tanam Paksa

Berikut yang merupakan pengaruh kebijakan monopoli perdagangan bagi bangsa indonesia adalah

Baca Juga :
  • 8 Hak Istimewa VOC
  • Sejarah Berdirinya VOC

Dampak kegiatan monopoli perdagangan yang dilakukan VOC di Indonesia (nusantara saat itu) memang lebih condong ke sisi negatif (bisa dibilang kebanyakan dampak buruknya), namun disisi lain ada juga dampak positif yang dapat dipetik dan diambil pelajarannya. 

  1. Banyak bangsa asing (eropa, asia, timur tengah) yang melakukan kegiatan perdagangan di Nusantara, akibatnya aktivitas dagang menjadi semakin ramai.
  2. Pedagang pribumi memperoleh informasi hasil rempah-rempah yang laku dipasar internasional.
  3. Selain itu, mereka juga lebih mengetahui tata cara perdagangan.
  4. Pedagang pribumi melakukan hubungan dengan bangsa lain.

Baca Juga :

1. Dampak Penjajahan Belanda di Indonesia

2. Dempak Penjajahan Jepang di Indonesia

3. Organisasi Militer dan Semi Militer Bentukan Jepang

  1. Rakyat harus menjual hasil rempah-rempah kepada pihak VOC
  2. Pendapatan menurun karena harga ditentukan oleh VOC
  3. Menurunnya jumlah penduduk, disebabkan karena pembantaian massal.
  4. Penderitaan fisik (kelelahan) karena bekerja terlalu keras.
  5. Produksi padi menurun, karena tanaman ini tidak laku di pasaran internasional. Sebab lainnya karena gagal panen.
  6. Dampak lainnya menjadikan rakyat kelaparan dan kematian.

Pada perkembangan selanjutnya, VOC mengalami kemunduran, tepat pada tanggal 1 Januari 1800 kongsi dagang Belanda ini secara resmi dibubarkan. Beberapa sebab yang melatarbelakangi pembubaran VOC antara lain : kerugian akibat adanya pemberontakan dan peperangan, banyak pegawai VOC melakukan korupsi, pengeluaran gaji pegawai semakin meningkat, dan adanya persaingan dari bangsa lain seperti Perancis dan Inggris.

Pembubaran VOC kemudian meninggalkan banyaknya utang, jumlahnya sekitar 136,7 juta gulden. Tapi, kongsi dagang ini meninggalkan kekayaan cukup banyak, berupa bangunan seperti kantor dagang, kapal, benteng. Semua aset tersebut kemudian dialihkan kepada pemerintah Belanda. Pada tahun-tahun berikutnya, penjajahan di Nusantara dilanjutkan oleh pemerintah Belanda.

Rekomendasi artikel untuk Anda, Baca Juga :

Nah, itulah beberapa Dampak Positif dan Negatif Monopoli Perdagangan VOC di Indonesia. Semoga berguna dan dapat menambah wawasan sejarah kita. Baca juga artikel menarik lainnya terkait sejarah penjajahan Belanda di Indonesia.

Share ke teman kamu:

Tags :