Berikut ini yang bukan merupakan tokoh Penyebar Islam melalui media wayang ialah

Oleh Muhammad Fernanda Raihan Fadlika

Negara Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduknya mayoritas beragama islam. Islam pada masa modern seperti saat ini muncul melalui fase yang sangat panjang dan beragam karena negara Indonesia memiliki kebudayaan yang beranekaragam sehingga dalam penyebaran agama Islam pun dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya ialah menggunakan budaya yang beragam itu sendiri seperti wayang kulit, kesenian, dan lain sebagainya.

Para tokoh agama terutama di Pulau Jawa pada saat itu menggunakan budaya Jawa lebih mudah diterima oleh masyarakat luas pada saat itu sehingga dapat mempercepat dan mempermudah tokoh tersebut dalam menyebarkan agama Islam. Tokoh agama yang sangat kental metode dakwahnya menggunakan budaya Jawa ialah Raden Sahid atau lebih dikenal dengan Sunan Kalijaga.

Raden Sahid mampu menarik minat dan perhatian masyarakat Jawa pada saat itu dengan menggunakan media wayang kulit. Beliau menciptakan beberapa tokoh pewayangan yang dianalogikan Rukun Islam sehingga secara tidak langsung masyarakat yang melihatnya bisa tahu agama Islam itu apa.

Nama Sunan Kalijaga sendiri tidak lantas disandangnya dengan mudah. Beliau mendapatkan nama itu ketika Sunan Bonang memerintahkannya untuk bertapa di tepi sungai. Sunan Kalijaga tidak boleh beranjak sedikitpun dari tempat pertapaannya sebelum Sunan Bonang datang. Setelah lama tertidur, akar dan rumput mengerubungi badannya sehingga dirinya tertutup oleh rimbunnya tumbuhan. Beberapa tahun kemudian setelah pertapaannya, Sunan Bonang kembali datang dan membangunkan Raden Sahid, karena kisah ini beliau dijuluki Sunan Kalijaga (Penjaga Sungai).

Sunan Kalijaga berdakwah melalui pendekatan budaya Jawa. Beliau memahami budaya-budaya yang ada di masyarakat sehingga dengan melalui budaya Jawa terutama wayang kulit beliau bisa menarik perhatian masyarakat tanpa harus merusak atau merubah tatanan budaya yang ada.

Berbicara tentang wayang kulit, Sunan Kalijaga merupakan dalang yang lihai dan piawai dalam memainkan pewayangannya sehingga banyak masyarakat berbondong-bondong melihat pentas seni wayang kulit. Dia ketika manggung di suatu desa hanya meminta upah berupa ucapan syahadat yang diucapkan para hadirin. Selain pintar mendalang, Raden Sahid juga membuat tokoh-tokoh pewayangan.

Sunan Kalijaga mengarang lakon-lakon pewayangan dengan diselipkan ajaran Islam. Seperti tokoh pewayangan Yudistira yang mempunyai jimat kalimasada. Jimat kalimasada merupakan perlambangan kalimat syahadar, salah satu rukun Islam. Selain Yudistira, Sunan Kalijaga juga membuat tokoh adek-adeknya seperti Werkudara yang dilambangkan salat, Janaka sebagai zakat, nakula menjadi puasa, dan paling bungsu yaitu sadewa menjadi haji. Pengilustrasian tersebut sangat cerdas karena Sunan Kalijaga tidak perlu repot-repot untuk mengenalkan satu persatu rukun Islam, cukup menggunakan media wayang kulit saja.

Selain itu, Sunan Kalijaga juga cerdas dalam membuat wayang kulit. Beliau membuat wayang kulit menggunakan bahan baku kulit kerbau bukan kulit sapi. Pada saat itu masih banyak orang yang memeluk agama Hindu dan menganggap hewan sapi merupakan hewan yang suci dan tidak boleh disakiti sehingga Sunan Kalijaga menyiasatinya menggunakan kulit kerbau. Inilah toleransi yang patut kita contoh

Sunan Kalijaga telah berhasil berdakwah menggunakan wayang kulit. Faktor-faktor berikut merupakan bagaimana Sunan Kalijaga menjadi dalang sekaligus menjadi juru dakwah melalui media pewayangan:

Sunan Kalijaga paham betul karakter-karakter wayang yang dibawakan saat pentas wayang kulit dan juga dia paham isi cerita para lakon yang banyak bertema kehidupan sosial.

Wayang merupakan budaya Jawa dari zaman sebelum Islam masuk di pulau Jawa sehingga masyarakat sudah sangat lekat dengan namanya budaya wayang. Sunan Kalijaga melihat ini sebagai peluang untuk media berdakwahnya sehingga beliau memilih untuk berdakwah menggunakan wayang kulit.

Tema yang dibawakan Raden Sahid ketika mendalang adalah tema-tema tentang kehidupan sosial sehingga dengan tema tersebut dapat membius para penonton yang hadir pada pentas seni wayang dan juga dengan ditambah tokoh pewayangan yang dikarang oleh Sunan Kalijaga menarik perhatian para kalangan dari rakyat biasa hingga para Adipati.

Sebelum paragraf penutup lebih baiknya kita awali dahulu dengan memberikan quote dari Sunan Kalijaga

Beliau sangat cerdas dalam berdakwah, tanpa menggunakan kekerasan tanpa menimbulkan pertumpahan darah dia berhasil dalam menyebarkan Islam di utara pulau Jawa. Pada saat ini, banyak peziarah-peziarah dari dalam maupun luar kota berbondong-bondong untuk mendoakan beliau karena jasa-jasanya yang cukup besar pada tanah Jawa. Semoga kita bisa mengambil ketauladanan dari Sunan Kalijaga. Amin

Sumber: //kmnu.or.id/sunan-kalijaga-dengan-wayang-kulitnya/



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Wali Songo merupakan tokoh penting dalam penyebaran Islam khususnya di pulau Jawa di abad ke-14. Ada beragam warisan dari para wali mulai dari wayang hingga bangunan masjid yang dulunya dipakai sebagai media dakwah.  Bersumber dari Instagram Kemendikbud Ristek, Wali Songo berarti sembilan penyebar agama Islam di pulau Jawa. Nama dari masing-masing wali dikenal sesuai dengan nama tempat penyebaran agamanya.  Dalam menyebarkan ajaran Islam, Wali Songo menggunakan pendekatan kebudayaan serta profesionalitas dari para wali di bidangnya masing-masing. Gending (lagu instrumental Jawa), tradisi kebudayaan, hingga permainan, menjadi media Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam kala itu.  Dengan menyisipkan unsur seni dan budaya dakwah yang disampaikan menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Hal ini juga mempermudah para wali karena dakwah menjadi lebih mudah dipahami dan dekat dengan rakyat Jawa. Mari simak daftar warisan kultural Wali Songo yang digunakan saat berdakwah di bawah ini dirangkum dari Instagram Kemendikbud Ristek Sunan Gresik merupakan wali pertama yang menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa. Beliau berdakwah menggunakan cara berdagang, memberikan pengobatan gratis, dan mengajarkan cara baru bercocok-tanam. Sunan Gresik juga merangkul masyarakat bawah yang disisihkan saat mengajarkan ajaran-ajaran Islam. Selain dakwah, Sunan Gresik juga mendirikan pondok pesantren dan Masjid Pesucinan di Leran, Gresik. Masjid tersebut diyakini sebagai masjid tertua yang ada di pulau Jawa. Baca Juga: Mahasiswa, begini cara dapat bantuan UKT hingga Rp 2,4 juta dari Kemendikbud Ristek Wali Songo yang selanjutnya adalah Sunan Ampel. Beliau berhasil mengembangkan dan mewariskan konsep pesantren yang digunakan hingga saat ini.  Agar bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat pada masa tersebut, Sunan Ampel mendekatkan istilah Islam dengan bahasa setempat.  Contoh pendekatan bahasa Sunan Ampel diantaranya kata "sembahyang", "langgar", dan "santri". Cara dakwahnya dikenal dengan falsafah "Moh Limo" atau artinya tidak melakukan 5 hal tercela. Sunan Kudus menggunakan pendekatan budaya dengan mengganti sapi atau lembu dengan kerbau untuk disembelih. Cara ini merupakan cara Sunan Kudus untuk menghormati masyarakat Hindu yang menganggap sapi atau lembu sebagai hewan suci. Selain mengganti tradisi menyembelih sapi, Sunan Kudus juga menyesuaikan bangunan Masjid Menara Kudus dengan seni bangunan/arsitektur Hindu-Budha. Beliau juga membuat Tradisi Dandangan yang digelar setiap satu tahun sekali menjelang bulan Ramadhan.


Mereka mengenalkan ajaran Islam melalui budaya

Ada beragam cara yang dapat orang tua lakukan untuk menambah ilmu pengetahuan agama Islam pada anak. Salah satunya dengan mengenalkan mereka pada sejarah 9 Wali Songo.

Menurut sejarah, 9 Wali Songo berperan dalam penyebaran Islam di pulau Jawa.

Jika sebelum 9 Wali Songo masih menggunakan sistem dakwah dengan pola mengajak komunitas masyarakat dari berbagai kepercayaan untuk mengikuti ajaran Islam. Kedatangan 9 Wali Songo justru melakukan hal yang berbeda.

Mereka menyebarkan dan mengenalkan ajaran agama Islam melalui budaya. Dengan lebih menekankan pada pola mengenalkan budaya baru di tengah institusi kuasa kerajaan, yaitu budaya agama Islam yang berintegrasi dengan budaya lokal atau nilai-nilai kearifan lokal sehingga dapat lebih diterima oleh masyarakat pada saat itu.

Baca Juga: 8 Cara Mengenalkan Agama Islam Sejak dalam Kandungan

9 Wali Songo

Foto: SejarahNegara.com

Berdasarkan informasi dari Jurnal STAIN Kudus, Jawa Tengah 9 Wali Songo adalah sebutan untuk para wali yang dikenal jumlahnya sembilan (wali songo = wali Sembilan).

Strategi dakwah yang digunakan oleh 9 Wali Songo tergantung pada daerah dan juga kondisi masyarakatnya.

Mereka mengajarkan agama Islam yang mudah diterima oleh masyarakat sehingga Islam dapat menyebar di seluruh Nusantara hingga saat ini.

Baca Juga: 15 Nama-nama Nabi, Bisa Menjadi Kisah Inspiratif untuk Si Kecil

Nama 9 Wali Songo dan Strategi Dakwahnya

Menurut Agus Sunyoto dalam bukunya yang berjudul Atlas Wali ada banyak pendapat tentang jumlah dan nama 9 Wali Songo ini.

Menurut kitab Walisana, anggota Walisana berjumlah delapan. Sedangkan menurut Babad Tanah Jawi dan Babad Cirebon jumlah wali dalam Wali Songo adalah sembilan orang.

Perbedaan nama-nama tokoh Wali Songo itu menimbulkan kesulitan untuk mengidentifikasi siapa sebenarnya yang benar-benar merupakan tokoh lembaga dakwah Islam tersebut. Namun, wali songo lebih dikenal sebagai pendakwah atau penyebar agama Islam Nusantara dengan jumlah 9 orang.

Lalu, siapa saja kah 9 Wali Songo tersebut dan bagaimana strategi dakwah mereka dalam menyebarkan Islam di Indonesia, khususnya pulau Jawa? Simak selengkapnya, Moms.

1. Sunan Gresik

Foto: wikipedia.org

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim menyebarkan Islam di wilayah Gresik, Jawa Timur. Salah satu tokoh 9 Wali Songo ini berdakwah dengan cara berbarur dalam pergaulan di masyarakat sekitar.

Selain itu, Sunan Gresik turut mengajarkan cara bercocok ke masyarakat untuk mengambil hati masyarakat sehingga rencana dakwah Islamnya dapat diterima dengan baik.

Sunan Gresik yang juga dianggap sebagai orang pertama yang menyebarkan Islam di Jawa mendirikan pondok pesantren dan masjid sebagai tempat untuk mengajarkan agama Islam.

Baca Juga: Indah dan Penuh Makna, Ini 7 Nama Anak Perempuan Islam Menurut Alquran

2. Sunan Ampel

Foto: tribunnews.com

Sunan Ampel putra Syaikh Ibrahim As-Samarkandi adalah tokoh 9 Wali Songo tertua yang berperan besar dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa dan tempat lain di Nusantara.

Melalui Pesantren Ampeldenta, Sunan Ampel mendidik kader-kader penggerak dakwah Islam seperti Sunan Giri, Raden Patah, Raden Kusen, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.

Dengan cara menikahkan juru dakwah Islam dengan putri-putri penguasa bawahan Majapahit, Sunan Ampel membentuk keluarga-keluarga muslim dalam suatu jaringan kekerabatan yang menjadi cikal bakal dakwah Islam di berbagai daerah.

Sunan Ampel sendiri menikahi putri Arya Teja, Bupati Tuban, yang juga cucu Arya Lembu Sura Raja Surabaya yang muslim.

Jejak dakwah Sunan Ampel tidak hanya di Surabaya dan ibu kota Majapahit, melainkan meluas sampai ke daerah Sukadana di Kalimantan.

Baca Juga: 11+ Ide Nama Bayi Perempuan Islami dari Istri Nabi Muhammad SAW

3. Sunan Giri

Foto: wikipedia.org

Sunan Giri putra Syaikh Maulana Ishak adalah tokoh Wali Songo yang berkedudukan sebagai raja sekaligus guru suci (pandhita ratu).

Ia memiliki peran penting dalam pengembangan dakwah Islam di Nusantara dengan memanfaatkan kekuasaan dan jalur perniagaan.

Sebagaimana guru sekaligus mertuanya, Sunan Ampel, Sunan Giri mengembangkan pendidikan dengan menerima murid-murid dari berbagai daerah di Nusantara.

Sunan Giri mengembangkan dakwah Islam melalui pendidikan masyarakat dengan memanfaatkan seni pertunjukan yang sangat menarik minat masyarakat.

Sunan Giri tidak saja dikenal sebagai pencipta tembang-tembang dolanan anak-anak, tembang tengahan dengan metrum Asmaradhana dan Pucung yang sangat digemari masyarakat, melainkan telah pula melakukan perubahan reformatif atas seni pertunjukan wayang.

Sejarah mencatat, jejak dakwah Sunan Giri beserta keturunannya mencapai daerah Banjar, Martapura, Pasir, dan Kutai di Kalimantan, Buton dan Gowa di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara, bahkan Kepulauan Maluku.

Baca Juga: 9+ Tips dan Ramuan Agar Cepat Hamil dalam Islam, Alami Tanpa Obat-obatan!

4. Sunan Bonang

Foto: wikipedia.org

Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dari pernikahan dengan Nyai Ageng Manila putri Arya Teja Bupati Tuban.

Sunan Bonang dikenal sebagai tokoh 9 Wali Songo yang ulung dalam berdakwah dan menguasai ilmu fikih, ushuludin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan berbagai ilmu kesaktian, dan kedigdayaan.

Dakwah awal dilakukan Sunan Bonang di daerah Kediri yang menjadi pusat ajaran Bhairawa-Tantra. Dengan membangun masjid di Singkal yang terletak di sebelah barat Kediri, Sunan Bonang mengembangkan dakwah Islam di pedalaman yang masyarakatnya masih menganut ajaran Tantrayana. Setelah meninggalkan Kediri, Sunan Bonang berdakwah di Lasem.

Sunan Bonang dikenal mengajarkan Islam melalui wayang tasawuf, tembang, dan sastra sufstik. Karya sastra sufstik yang digubah Sunan Bonang dikenal dengan nama Suluk Wujil.

Baca Juga: 80 Inspirasi Nama Bayi Laki-laki Islam 2 kata

5. Sunan Kalijaga

Foto: wikipedia.org

Sunan Kalijaga adalah putra Tumenggung Wilatikta Bupati Tuban. Sunan Kalijaga dikenal sebagai tokoh 9 Wali Songo yang mengembangkan dakwah Islam melalui seni dan budaya.

Sunan Kalijaga termasyhur sebagai juru dakwah yang tidak saja piawai mendalang melainkan dikenal pula sebagai pencipta bentuk-bentuk wayang dan lakon-lakon carangan yang dimasuki ajaran Islam.

Melalui pertunjukan wayang, Sunan Kalijaga mengajarkan tasawuf kepada masyarakat.

Baca Juga: 12 Kewajiban Suami Terhadap Istri dalam Islam, Wajib Tahu!

6. Sunan Gunung Jati

Foto: wikipedia.org

Sunan Gunung Jati adalah putra Sultan Hud yang berkuasa di wilayah Bani Israil, yang masuk wilayah Mesir.

Sunan Gunung Jati dikenal sebagai tokoh 9 Wali Songo yang menurunkan sultan-sultan Banten dan Cirebon.

Strategi dakwah yang dijalankan Sunan Gunung Jati adalah memperkuat kedudukan politis sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon, Banten, dan Demak melalui pernikahan.

Selain itu, Sunan Gunung Jati menggalang kekuatan dengan menghimpun orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang memiliki kesaktian dan kedigdayaan.

Baca Juga: Berdebat dengan Suami dalam Islam, Apakah Diperbolehkan?

7. Sunan Drajat

Foto: thegorbalsla.com

Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel dan adik dari Sunan Bonang. Sunan Drajat dikenal sebagai tokoh 9 Wali Songo yang mengembangkan dakwah Islam melalui pendidikan akhlak bagi masyarakat.

Sunan Drajat dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib fakir miskin. Sunan Drajat mendidik masyarakat sekitar untuk memperhatikan nasib kaum fakir miskin, mengutamakan kesejahteraan umat, memiliki rasa empati etos kerja keras, kedermawanan, pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong royong.

Sunan Drajat juga mengajarkan kepada masyarakat teknik-teknik membuat rumah dan membuat tandu.

Baca Juga: Ini Tugas Istri dalam Islam Menurut Para Ulama, Wajib Tahu!

8. Sunan Kudus

Foto: takwilsantri.blogspot.com

Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung. Sunan Kudus dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang tegas dalam menegakkan syariat.

Sama seperti wali yang lain, Sunan Kudus dalam berdakwah berusaha mendekati masyarakat untuk menyelami serta memahami kebutuhan apa yang diharapkan masyarakat.

Itu sebabnya, Sunan Kudus dalam dakwahnya mengajarkan penyempurnaan alat-alat pertukangan, kerajinan emas, pande besi, membuat keris pusaka, dan mengajarkan hukum-hukum agama yang tegas.

Baca Juga: 5 Perbedaan Nabi dan Rasul, Yuk Ajarkan pada Si Kecil!

9. Sunan Muria

Foto: jamaluddinab.blogspot.com

Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Sunan Muria merupakan tokoh 9 Wali Songo yang paling muda usianya. Sebagaimana Sunan Kalijaga Sunan Muria berdakwah melalui jalur budaya.

Sunan Muria dikenal sangat piawai menciptakan berbagai jenis tembang cilik (sekar alit) jenis sinom dan kinanthi yang berisi nasehat-nasehat dan ajaran Tauhid.

Seperti ayahnya, Sunan Muria juga dikenal pintar mendalang dengan membawakan lakon-lakon carangan karya Sunan Kalijaga.

Itulah nama-nama 9 Wali Songo dan strategi dakwahnya saat menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Semoga informasinya bisa bermanfaat sebagai edukasi bagi anak-anak Moms, ya.

  • //journal.iainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/view/602/615
  • //nuponorogo.or.id/wp-content/uploads/2020/09/ATLAS-WALISONGO.pdf

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA