Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Kehamilan

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Waspadai hal ini jika sudah lewat hpl tapi bayi belum lahir.

Saat pertama kali memeriksakan diri setelah tahu positif hamil, tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter akan menghitung hari perkiraan lahir (HPL) bayi Bunda. Untuk memperkirakan HPL, bidan akan menghitungnya dari hari pertama haid terakhir (HPHT). 

Biasanya, bidan menggunakan kalender khusus untuk mengalkulasi tanggal HPL dari HPHT. Metode ini bisa jadi tidak akurat jika Bunda lupa tanggal HPHT. Ketika HPHT keliru, otomatis begitu pula dengan HPL-nya. Dan inilah yang biasanya kerap terjadi. Bunda menyangka kehamilan telah lewat HPL atau lewat waktu, padahal perhitungan HPHT-nya lah yang keliru.

Karena itulah, di awal kehamilan, Bunda disarankan memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk melakukan USG. Pemeriksaan USG di awal kehamilan penting untuk memastikan kehamilan terjadi di dalam kandungan dan bukannya di luar kandungan. 

Dengan melakukan USG di awal kehamilan, usia gestasi atau usia kehamilan juga bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Jadi, tidak masalah jika Bunda keliru mengingat tanggal HPHT, dokter bisa memastikannya lewat USG.

Bila di awal kehamilan Bunda telah melalui proses tadi dan saat ini bayi tak kunjung lahir meski sudah lewat HPL, bisa jadi ada penyebab lain selain keliru mengingat HPHT, seperti obesitas atau kelainan genetik pada janin. Jika memang demikian penyebabnya, maka komplikasi-komplikasi yang biasanya terjadi setelah usia kehamilan lewat 42 minggu ini perlu Bunda waspadai.

Makrosomia

Makrosomia adalah kondisi ketika bayi lahir dengan berat di atas 4 kg. Kondisi ini tidak baik bagi bayi karena dapat meningkatkan risiko diabetes, obesitas, dan gangguan metabolisme. Ibu yang melahirkannya pun bukan tanpa risiko. Dengan melahirkan bayi makrosomia, ibu berisiko mengalami sobekan rahim dan juga perdarahan berlebih.

Insufisiensi Plasenta

Insufisiensi plasenta adalah kurang sempurna atau rusaknya plasenta yang bisa mengakibatkan kurang maksimalnya transfer oksigen dan nutrisi kepada janin. Pada kehamilan lewat HPL, hal ini bisa terjadi karena plasenta mencapai perkembangan maksimumnya pada pekan ke-37 dan fungsinya pun mulai mengalami penurunan. Ketika insufisiensi plasenta terjadi, ada banyak masalah kesehatan yang bisa dialami bayi, seperti cerebral palsy dan gangguan kemampuan belajar.

Aspirasi Mekonium

Kondisi ini terjadi ketika bayi meminum air ketuban yang sudah tercampur fesesnya sendiri. Feses pertama bayi atau mekonium biasanya keluar 24-48 jam setelah bayi lahir. Namun, pada beberapa kondisi seperti kehamilan di atas 40 minggu, ada kalanya mekonium keluar saat masih berada di dalam kandungan. Efek aspirasi mekonium pada bayi adalah sulit napas, henti napas, dan tampak lemah setelah melahirkan.

Apa yang Bisa Bunda Lakukan?

Ketika sudah lewat HPL tapi tak ada tanda-tanda melahirkan, hal pertama yang harus Bunda lakukan adalah tetap tenang. Stres akan berdampak tidak baik bagi Bunda dan si kecil dalam kandungan. Tak perlu khawatir berlebihan karena kehamilan lewat waktu lazim terjadi pada ibu yang baru pertama kali hamil. Meski begitu, bukan berarti Bunda lengah, tetaplah proaktif melakukan hal-hal di bawah ini.

  • Periksakan diri ke dokter kandungan. Bila HPL telah berlalu tapi tak kunjung ada tanda melahirkan, segeralah periksakan diri ke dokter kandungan. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan CTG untuk mengetahui kondisi janin di dalam rahim, apakah mengalami stres atau tidak. Jika ternyata janin mengalami stres, dokter akan melakukan tindakan sesegera mungkin.
  • Aktif bergerak. Bila setelah diperiksa janin ternyata masih dalam kondisi baik, dokter biasanya akan memberi waktu hingga seminggu dari HPL untuk memberi kesempatan janin terlahir secara alami tanpa intervensi. Selama periode menunggu ini, baiknya Bunda aktif bergerak, seperti rajin berjalan kaki atau berlatih dengan gym ball.
  • Stimulasi payudara. Ini bisa Bunda lakukan sendiri atau dengan bantuan suami. Pijatlah payudara untuk memunculkan kontraksi secara alami.

Bunda, persalinan lewat dari HPL selama satu atau dua hari biasa terjadi. Jangan terburu panik jika belum ada tanda melahirkan, ya. Namun, tetap waspadai pula dampaknya jika persalinan terlalu jauh dari HPL. Berkonsultasilah selalu dengan tenaga kesehatan yang menangani Bunda. Itu yang paling utama.

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Kehamilan

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Published

1 year ago

on

May 27, 2021

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Efek keguguran tak hanya pada psikis, tapi juga fisik

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John Legend, sempat berbagi cerita pengalamannya melalui keguguran via Instagram maupun Twitter. Dari kisahnya, kita jadi memahami bahwa keguguran bukanlah pengalaman yang mudah untuk dilalui, baik secara psikis maupun fisik. Efek keguguran pada fisik ibu bahkan bisa bertahan hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Bila Bunda adalah salah satu yang baru saja melalui momen berat itu, artikel ini mungkin bisa membantu Bunda memahami perubahan apa saja yang terjadi dan apa yang harus dilakukan karenanya.

Perubahan Fisik setelah Mengalami Keguguran

Di Indonesia, perempuan pekerja yang mengalami keguguran berhak mendapatkan cuti selama 1,5 bulan lamanya. Pemberian waktu istirahat ini bukan tanpa alasan. Selain kondisi emosional yang butuh waktu untuk pulih, kondisi fisik Bunda setelah mengalami keguguran pun akan terasa sangat berbeda.

Dilansir dari Parents.com, semakin lama Bunda mengalami kehamilan sebelum akhirnya keguguran, semakin banyak pula efek keguguran yang akan dirasakan tubuh. Hal paling mungkin yang Bunda rasakan adalah perubahan pada payudara dan kenaikan berat badan. 

Jika Bunda mengalami kematian janin dalam kandungan atau intrauterine fetal death (IUFD) di mana usia kandungan sudah di atas 20 minggu, Bunda mungkin sudah merasakan penuh pada payudara karena ASI sudah mulai dipersiapkan. ASI yang semestinya diperuntukkan bagi bayi, kini tetap tinggal dalam payudara dan bisa menimbulkan rasa sakit.

Tak hanya itu, hal lainnya yang mungkin Bunda alami adalah timbulnya selulit, sakit pada perut, rambut rontok, hingga rasa sakit pada vagina. Rasa sakit pada vagina ini umumnya dirasakan oleh para bunda yang mendapatkan episiotomi (jahitan pada perineum) ketika proses mengeluarkan janin. 

Bunda juga akan merasakan kram perut karena rahim yang berkontraksi untuk mengeluarkan sisa darah. Perdarahan yang lebih banyak dari menstruasi pun akan terjadi. Gumpalan darah pun mungkin akan turut keluar. Bagi Bunda yang sebelumnya pernah melahirkan, rasanya tidak akan jauh berbeda dengan masa nifas. 

Efek keguguran pada tubuh ini bisa bertahan selama beberapa hari bahkan minggu tergantung lamanya kehamilan sebelum mengalami keguguran. Perdarahan yang dialami oleh perempuan saat keguguran di usia 6 minggu biasanya akan lebih sedikit dan singkat dibanding perdarahan pada keguguran di usia 16 minggu.

Kondisi Emosional yang Dialami

Selain perubahan fisik, perubahan emosional tak dapat dinafikan. Rasa bingung, sedih, bahkan bersalah, campur baur jadi satu. Dan rasa duka ini mungkin diperparah dengan kondisi hormon yang berubah tiba-tiba. Saat keguguran terjadi, hormon estrogen dan progesteron turun drastis. Hormon hCG pun pelan-pelan menurun hingga nol. Kondisi emosional yang sudah tak stabil akan bertambah buruk karena hal ini.

Bagaimana Menyelesaikannya?

Kondisi fisik yang melelahkan ditambah dengan kondisi emosional yang masih berduka mungkin membuat Bunda ingin menyendiri dan menjauh dari kehidupan sosial. Its okay, take your time. Namun, jika dirasa Bunda tak dapat menyelesaikannya sendiri, cobalah ungkapkan perasaan kepada orang terdekat yang membuat Bunda nyaman. Entah itu pasangan, orang tua, atau sahabat. 

Tak perlu pula merasa bersalah jika Bunda ingin menerima bantuan sebanyak mungkin. Kondisi fisik yang belum sepenuhnya prima mungkin akan membuat Bunda kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah. Jika sahabat ataupun saudara menawarkan bantuan, terimalah selama Bunda merasa nyaman.
Jika bercerita dengan orang terdekat belum juga mendamaikan hati Bunda, Bunda bisa meminta bantuan profesional, seperti terapis, psikolog, ataupun psikiater. Bergabung dalam support group pun terkadang bisa membantu. Namun, pastikan support group yang Bunda ikuti diampu oleh seorang tenaga ahli, ya.

Kehamilan

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Published

1 year ago

on

May 25, 2021

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri bagi ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan? Begitu pun pada bayi yang baru lahir.

Risiko selama Kehamilan

Dilansir dari mayoclinic.org, risiko penularan Covid-19 pada ibu hamil berada pada level rendah. Namun, kehamilan meningkatkan risiko komplikasi serius pada bumil yang menderita Covid-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, ibu hamil dengan Covid-19 lebih berpotensi mengalami masalah pernapasan yang membutuhkan penanganan intensif dibanding pasien yang tidak dalam keadaan hamil. Ibu hamil dengan Covid-19 juga lebih mungkin membutuhkan ventilator.

Sebuah studi dari para peneliti di University of Jordan menunjukkan sisi lain dampak pandemi bagi ibu hamil. Penelitian yang dilakukan pada sekitar 900 orang ibu hamil ini menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah pemeriksaan kehamilan yang signifikan. Hanya 4% ibu hamil yang menerima pemeriksaan kehamilan selama lockdown. Padahal, ibu hamil saat pandemi sangat membutuhkan pemeriksaan kehamilan tepat waktu dan berkualitas demi kesehatan bayi yang dikandung. 

Di Indonesia sendiri, Bunda bisa melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan yang tentunya lebih dekat dari rumah dan lebih kecil kemungkinannya berkontak dengan pasien lain. Cara ini bisa membuat Bunda tetap mendapatkan pemeriksaan kehamilan meski PSBB diberlakukan. Risiko penularan Covid-19 pun lebih rendah. Dengan catatan, kehamilan Bunda tidak berisiko dan tidak memiliki komplikasi serius ya. Kehamilan dengan risiko sebaiknya langsung diperiksakan ke dokter kandungan.

Persalinan di Tengah Pandemi

Ibu yang hamil saat pandemi berpotensi besar juga melahirkan di kala pandemi. Hal ini bisa menjadi kerugian tersendiri. Mengapa? 

Di masa pandemi, mayoritas faskes hanya memperbolehkan satu pendamping selama persalinan dan selama di ruang perawatan, beberapa faskes bahkan tidak memperbolehkan adanya pendamping sama sekali kala proses melahirkan. Padahal, ibu baru membutuhkan dukungan sebanyak yang diperlukan. Rasa lelah setelah melahirkan ditambah adaptasi dengan kehadiran bayi kadang membuat ibu baru kewalahan. Belum lagi ancaman baby bluesyang bisa berkembang menjadi depresi pasca persalinan bila rasa sedih dan stres tinggal berlarut-larut. Angka depresi pasca persalinan sendiri meningkat selama pandemi, loh.

Dampak Pandemi bagi Bayi yang Baru Lahir

Tak hanya bagi Bunda, pandemi juga memiliki dampak sendiri bagi bayi. Sistem imun yang belum sempurna membuat bayi rentan tertular Covid-19, apalagi anak di bawah usia 2 tahun tidak diperbolehkan menggunakan masker karena khawatir mengganggu jalannya pernapasan. 

Belum lagi jika ada anggota keluarga yang kekeuh ingin menjenguk si kecil di tengah pandemi, risikonya pasti akan berlipat. Sulit pasti menerapkan protokol pada keluarga sendiri, tapi tetap dicoba ya, Bun. Mintalah keluarga yang menjenguk mengenakan masker baru ketika berada di dekat si kecil.

Bagi bayi yang orang tuanya terinfeksi Covid-19, ada kerugian lain yang akan dialami. Biasanya, bayi akan dipisahkan dari ibunya dan tidak bisa dirawat gabung demi mencegah penularan. Ini akan mengurangi peluang bayi untuk melakukan skin to skin contact dengan sang bunda. Pada beberapa kasus, ada pula kemungkinan bayi diperbolehkan pulang terlebih dulu dari rumah sakit, sementara sang ibu masih dirawat, sehingga proses menyusui langsung tidak bisa dilakukan dengan optimal.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19 bagi Bunda yang tengah hamil dan keluarga, hal yang bisa dilakukan adalah mematuhi protokol kesehatan. Hindari bepergian ke luar rumah kecuali ada kebutuhan mendesak. Kalaupun harus ke luar rumah, selalu gunakan masker dan jaga jarak. Minta pula orang-orang yang tinggal serumah melakukan hal yang sama. Jangan lupa cuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum menyentuh wajah atau makan/minum. Konsumsi gizi seimbang agar daya tahan tubuh terjaga.

Yang terpenting tetap semangat ya, Bun. Semoga senantiasa sehat!

Kehamilan

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Published

1 year ago

on

May 13, 2021

Bagaimana jika kehamilan lewat dari HPL?

Apakah vaksin Covid-19 bagi ibu hamil atau menyusui benar aman dan efektif?

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program yang terus bergulir, banyak juga pertanyaan terkait keamanan dan efektivitas vaksin, salah satunya untuk ibu hamil dan menyusui. 

Berikut ini Ibu Sehati merangkumkan beberapa pertanyaan yang kerap muncul mengenai kaitan vaksin Covid-19 dengan ibu hamil dan menyusui. Yuk, disimak. 

Bagaimana cara kerja vaksin Covid-19?

Tujuan vaksin adalah agar penerima dapat memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Untuk Covid-19 itu sendiri, yang menjadi penyebabnya adalah virus SARS CoV-2. Melalui vaksinasi tubuh kita berkenalan dengan virus tersebut. Setelah dikenali, diharapkan tubuh dapat membangun sistem kekebalan untuk melawan virus tersebut. Mereka yang belum menerima vaksin, tubuhnya tidak mengenali virus dan tidak tahu cara melawannya. Itu sebabnya, mereka yang tidak menerima vaksin, dapat jatuh sakit karena tubuh tidak memiliki bekal untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus. 

Akan tetapi, kekebalan tubuh itu tidak datang secara serta-merta. Diperlukan waktu bagi vaksin untuk dapat bekerja maksimal. Vaksin SInovac yang digunakan di Indonesia, misalnya, diperlukan dua kali suntikan dengan jarak antara 28 hingga 40 hari. 

Apakah janin bisa mengidap Covid-19 jika ibu hamil menerima vaksin Covid-19?

Melalui vaksinasi Covid-19, bayi dalam kandungan ibu tidak akan terpapar virus. Virus Covid-19 itu sendiri terbuat dari satu protein yang tidak akan bereplikasi di dalam tubuh manusia. Selain tidak menyebabkan seorang yang divaksin menjadi positif Covid-19, begitupun janin dalam perut ibu hamil. 

Apakah vaksin Covid-19 aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Dalam situasi darurat, uji klinis vaksin tidak akan melibatkan ibu hamil. Itu sebabnya, hingga sekarang tidak ada angka efikasi maupun keamanan vaksin bagi ibu hamil. Dari semua vaksin Covid-19 yang beredar saat ini pun tidak ada yang melibatkan ibu menyusui dalam uji klinisnya. 

Namun, vaksin dari jenis mRNA yang tidak diaktifkan, sehingga tidak dapat bereplikasi dibandingkan vaksin lain dengan jenis yang sama seperti vaksin tetanus, difteri maupun influenza. Sehingga, secara umum vaksin jenis ini aman dan dapat memberikan perlindungan pasif untuk janin, serta tidak menyebabkan keguguran maupun kelainan kongenital. 

Namun demikian, sejumlah badan dunia, organisasi profesi, lembaga kesehatan nasional maupun internasional seperti World Health Organisation (WHO) dan Persatuan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) belum merekomendasikan vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil. Sebaliknya, vaksinasi bagi ibu menyusui diperbolehkan sepanjang tidak ada kontraindikasi. 

Apakah perlu berhenti menyusui setelah divaksin?

Bayi akan mendapatkan segudang manfaat dari air susu ibu. Manfaat ASI bagi tumbuh kembang bayi begitu berlimpah, termasuk di dalamnya antibodi. Itu sebabnya, Bunda tidak perlu berhenti menyusui setelah menerima vaksin Covid-19. Bahkan bayi dapat menerima manfaat vaksin dari ASI Bunda. 

Saya berencana menjalankan program hamil, apakah boleh divaksin?

Jika Bunda berencana menjalankan program kehamilan, sebaiknya tunda terlebih dahulu sampai mendapatkan vaksin Covid-19. Bunda dapat menjalankan program hamil paling lama 4 minggu setelah divaksin untuk menghindari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). 

Saya tengah melaksanakan vaksinasi lain, apakah dapat menerima vaksin Covid-19?

Tergantung vaksinasi apa yang sedang dilaksanakan. Jika dari vaksinasi tersebut diharapkan angkat titer antibodi tinggi dalam waktu yang cepat, maka vaksinasi tersebut perlu diselesaikan terlebih dahulu. Sementara untuk pemberian vaksin yang bersifat booster atau penguat, dapat ditunda.  

Apakah vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan?

Tidak ada bukti bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan. Kabar ini sempat beredar Desember tahun lalu. Dikatakan bahwa kandungan yang ada pada vaksin bisa menyerang protein yang diperlukan untuk perkembangan plasenta. Akan tetapi, direktur WHO menepis kabar tersebut. Menurut situs Healthline, protein vaksin Covid-19 merupakan struktur yang sama sekali berbeda dari protein yang ada di plasenta. Sehingga, keduanya tidak berhubungan. 

Apa yang harus dilakukan jika HPL sudah lewat?

Hal yang Bisa Dilakukan Ketika Sudah Lewat HPL Bayi Masuk Panggul, tapi Belum Kontraksi.
Konsultasi dengan Dokter Saat Usia Kehamilan Lewat HPL. ... .
Melakukan Berbagai Tes. ... .
3. Tetap Tenang saat Usia Kehamilan Lewat HPL. ... .
4. Lakukan Induksi Alami. ... .
Dapatkan Pijatan. ... .
6. Konsumsi Makanan Berempah..

Berapa hari normalnya lewat HPL?

"Waktu persalinan tidak harus sama dengan hari perkiraan lahir (HPL) yang diprediksi oleh dokter kandungan, karena HPL dihitung dengan patokan 40 minggu, sehingga persalinan yang terjadi 3 minggu lebih awal sampai 2 minggu lewat dari HPL masih termasuk kondisi yang normal.

Kenapa sudah lewat HPL tapi belum lahir?

Ada beberapa hal umum yang menjadi penyebab bayi lahir terlambat atau belum kunjung lahir padahal sudah waktunya: Ibu pertama kali hamil. Ibu hamil di usia yang sudah cukup tua, misalnya hamil saat berusia lebih dari 35 tahun. Ibu pernah melahirkan melewati batas HPL di kehamilan sebelumnya.

Bagaimana jika HPL sudah lewat namun tidak ada kontraksi?

Penanganan jika HPL sudah lewat tapi belum ada kontraksi Anda mungkin harus lebih sering melakukan kontrol kehamilan agar dokter kandungan dapat terus memantau kondisi Anda dan bayi. Dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan sebanyak 1-2 kali seminggu.