Bagaimana Ibu Fatmawati menjahit bendera Merah Putih

Bendera Pusaka Merah Putih yang berkibar saat proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 memiliki sejarah tersendiri. Bendera sang saka Merah Putih sangat lekat dengan Ibu Fatmawati, istri dari presiden Soekarno, yang juga merupakan orang yang menjahit bendera tersebut dengan tangannya. Tapi, tahukah kamu kenapa bendera pusaka Merah Putih dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati?

Setiap tanggal 17 Agustus, setiap Warga Negara bersuka cita merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Upacara untuk memperingati detik-detik proklamasi selalu dilakukan setiap tahunnya, bukan saja di Istana Merdeka tetapi juga banyak tempat lainnya. Puncak acaranya adalah pengibaran bendera merah putih oleh Kelompok Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.

Meskipun bendera Merah Putih yang dikibarkan bukan lagi Bendera Pusaka sebagaimana yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945, namun pelaksanaan upacara bendera tetaplah khidmat. Sejak tahun 1969, bendera yang dikibarkan di Istana Kepresidenan bukanlah bendera pusaka yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945, melainkan duplikatnya. Bendera pusaka telah dipensiunkan untuk menjaga ketahanannnya sebagai benda sejarah.

Mengenal Bendera Pusaka Merah Putih sangat lekat dengan nama besar Ibu Negara RI pertama, Fatmawati Soekarno. Sebab, Fatmawati merupakan tokoh yang menjahit Bendera tersebut dengan tangannya.

Meskipun memiliki mesin jahit, Fatmawati tidak diperkenankan menggunakannya sebab saat itu tengah menanti kelahiran Guntur Soekarnoputra, yang memang sudah bulannya untuk melahirkan.

Pengaturan Bendera Dan Lagu Kebangsaan

Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, setelah Indonesia diperkenankan merdeka oleh Jepang, terdapat penyelenggaran sidang tidak resmi pada tanggal 12 September 1944 yang dipimpin Ir. Soekarno.

Hal yang dibahas pada sidang tersebut adalah pengaturan pemakaian bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh Indonesia. Hasil dari sidang ini adalah pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan panitia lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Baca juga: Sama-sama Merah Putih, Ini Beda Bendera Indonesia dan Monako

Setelah hasil rapat ditentukan, panitia bendera kebangsaan merah putih memilih warna merah dan warna putih sebagai simbol. Merah berarti berani dan putih berarti suci. Kedua warna ini sampai saat ini menjadi jati diri bangsa.

Atas permintaan Soekarno kepada Shimizu, kepala barisan propaganda Jepang (Sendenbu), Chaerul Basri diperintahkan mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air. Kemudian bendera Pusaka Merah Putih dijahit oleh Ibu Fatmawati dari kain tersebut. Bendera Pusaka Merah Putih yang dijahit Fatmawati terbuat dari bahan katun Jepang berukuran 276 x 200 cm.

Bendera tersebut dikibarkan pertama kali pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi), Jakarta oleh Latief Hendraningrat dan Suhud.

Pada tahun 1946-1968, bendera tersebut dikibarkan hanya pada saat 17 Agustus saja. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak berkibar lagi karena sobek, tapi disimpan di Istana Merdeka. Sesudah tahun 1969, bendera merah putih duplikat dikibarkan tiap 17 Agustus. Bendera duplikat terbuat dari sutera.

Bendera Pusaka Dipisahkan Antara Merah dan Putih

Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Belanda melakukan agresi keduanya dengan alasan masih tetap ingin menguasai Indonesia sehingga mendapatkan perlawana  sendiri dengan terjadinya pertempuran dan perjuangan masih berlanjut dari para pejuang.

Pada 4 Januari 1946, situasi Jakarta sangat genting, Presiden RI Soekarno dan Wakil Presiden RI Mohammad Hatta meninggalkan Jakarta menunju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Bendera Pusaka Merah Putih juga turut dibawa dan dimasukkan dalam koper pribadi Soekarno. Selanjutnya, Ibu Kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

Setelah berpindah ke Yogyakarta pun, pada 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer ke-2 di kota ini. Serangan militer dilakukan pada 19 Desember 1948 ini akhirnya menjatuhkan Yogyakarta ke tangan Belanda.

Presiden Soekarno yang mengetahui bahwa dirinya akan ditawan, kemudian memanggil ajudannya Husein Mutahar untuk diberikan tugas kepadanya yaitu mengamankan bendera pusaka agar tidak sampai jatuh ke tangan Belanda.

Dalam keadaan genting itu, Husein Mutahar berpikir cepat untuk menemukan cara mengamankan bendera pusaka tersebut, yaitu dengan membuka jahitan bendera, memisahkan warna merah dan putih dengan bantuan Ibu Pema Dinata.

Husein Mutahar kemudian meletakkan masing-masing carik kain pada bagian dasar dua tas yang diisi dengan pakaian pribadinya. Husein Mutahar berpikir bila bendera pusaka dipisahkan, tidak dapat disebut bendera karena hanya dua carik kain merah dan putih untuk menghindari penyitaan dari Belanda.

Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta beberapa pemimpin RI diasingkan tiba di Yogyakarta. Bulan Agustus 1949, pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Keempat Bendera Pusaka kembali dikibarkan di Istana Gedung Agung.

Setelah penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949, Ibu Kota dikembalikan ke Jakarta. Presiden Soekarno pun ikut membawa Bendera Pusaka ke Jakarta. Bendera ini lalu disimpan di dalam sebuah peti berukir untuk diterbangkan dari Yogyakarta ke Jakarta dengan pesawat Garuda Indonesia Airways.

Bendera pusaka terakhir dikibarkan pada 17 Agustus 1968 di Istana Merdeka. Setelah itu,  tidak lagi dikibarkan karena rapuh. Bendera merah pusaka kemudian disimpan dalam vitrin terbuat dari flexi glass berbentuk trapesium di Ruang Bendera Pusaka di Istana Merdeka. Bendera pusaka disimpan dalam suhu ruangan 22,7 derajat celcius dengan kelembaban ruang penyimpanan 62 persen.

Kamis, 04 Agustus 2022 - 06:05 WIB

Fatmawati Soekarno merupakan penjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Bendera tersebut kemudian dikenal sebagai Bendera Sang Saka Merah Putih.. Foto/kebudayaan.kemdikbud.go.id

JAKARTA - Fatmawati Soekarno merupakan penjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Bendera tersebut kemudian dikenal sebagai Bendera Sang Saka Merah Putih.

Fatmawati Soekarno merupakan istri ketiga dari Presiden Soekarno . Fatmawati lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923. Fatmawati merupakan anak dari pasangan Hasan Din dan Siti Chadijah.

Dikutip dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, pada usia enam tahun Fatmawati dimasukkan ke Sekolah Gedang (Sekolah Rakyat). Namun, pada tahun 1930 dia dipindahkan ke sekolah berbahasa Belanda (HIS). Saat duduk di kelas tiga, Fatmawati dipindahkan lagi oleh ayahnya ke sekolah HIS Muhammadiyah.Saat ayahnya menghadapi masalah ekonomi yang cukup berat, Fatmawati membantu menjajakan kacang bawang yang digoreng oleh ibunya atau menunggui warung kecil di depan rumahnya. Keluarga Hasan Din kemudian pindah ke Kota Palembang dan mencoba membuka usaha percetakan. Fatmawati melanjutkan sekolah kelas 4 dan kelas 5 di HIS Muhammadiyah Palembang. Fatmawati pertama kali bertemu Soekarno pada 1938. Singkat cerita, Fatmawati menikah dengan Soekarno pada 1943. Pasangan ini dikaruniai lima anak yakni Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.Puan Maharani, cucu Fatmawati, mengenang neneknya itu sebagai sosok yang membanggakan. "Salah satu cerita yang paling menginspirasi dari Ibu Fatmawati adalah bagaimana ia turut menjahit bendera Merah Putih, yang dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan," kata Puan, 14 Mei 2022.

Baca juga: Mengenang Ibu Negara Pertama Fatmawati, Puan: Nenek Sekaligus Inspirasi

Dikutip dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id, atas permintaan Soekarno kepada Shimizu, kepala barisan propaganda Jepang (Sendenbu), Chaerul Basri diperintahkan mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air untuk diantarkan ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.

Kain ini kemudian dijahit oleh Fatmawati menjadi bendera, lalu dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi), Jakarta. Pengibar bendera tersebut adalah Latief Hendraningrat dan Suhud.


Page 2

Terpopuler

1

Di Balik Konflik Jenderal M Yusuf Versus LB Moerdani

3

Mahfud MD Buka-bukaan soal Denny Siregar: Tak Mewakili Negara

4

Mengulas Surat Jenderal Besar (Purn) AH Nasution di Tengah Badai Mei 1998

Senin, 29 Agustus 2022 | 12:30 WIB

Senin, 29 Agustus 2022 | 11:15 WIB

Minggu, 28 Agustus 2022 | 22:15 WIB

Minggu, 28 Agustus 2022 | 17:15 WIB

Sabtu, 27 Agustus 2022 | 05:45 WIB

Jumat, 26 Agustus 2022 | 06:30 WIB

Rabu, 24 Agustus 2022 | 08:30 WIB

Selasa, 23 Agustus 2022 | 10:30 WIB

Selasa, 23 Agustus 2022 | 10:00 WIB

Selasa, 23 Agustus 2022 | 06:45 WIB

Senin, 22 Agustus 2022 | 19:40 WIB

Senin, 22 Agustus 2022 | 17:55 WIB

Senin, 22 Agustus 2022 | 17:15 WIB

Senin, 22 Agustus 2022 | 16:45 WIB

Senin, 22 Agustus 2022 | 09:30 WIB

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 17:50 WIB

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 16:50 WIB

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 13:15 WIB

Kamis, 18 Agustus 2022 | 20:39 WIB

Rabu, 17 Agustus 2022 | 14:52 WIB


Page 2


Page 3

Kustaryo mengklaim telah mengkonfirmasikannya kepada Fatmawati.

"Benar, kain merah putih yang saya jahit itulah pemberian saudara," kata Fatmawati, seperti ditirukan Kustaryo.

Baca Juga: Lebih Seram Mana Film Pengabdi Setan 1980 dan Pengabdi Setan 2017, Bagaimana dengan Film Pengabdi Setan 2?

Baca Juga: Ini Momen Saat Gus Dur Tertidur Dalam Forum, Tapi Saat Bangun Jawabannya Nyambung dengan Materi

Benar atau tidak klaim Kustaryo, wartawan Intisari jelas tak bisa mengkonfirmasikannya kepada Fatmawati yang wafat pada 14 Mei 1980.

Yang pasti, Fatmawati sendiri menceritakan dari mana dia mendapatkan kain untuk bendera merah putih.

Dalam catatan kecil bersama Bung Karno, Volume 1, yang tertulis pada tahun 1978.

Menurut Fatmawati, suatu hari, Oktober 1944, tatkala kandungannya berumur sembilan bulan (Guntur lahir pada 3 November 1944).

Datanglah seorang perwira Jepang membawa kain dua blok.

Baca Juga: Jika Kiamat Tiba, Inilah Sosok Terakhir Manusia yang Ada di Bumi, Siapa?


Page 4