Atlet bulutangkis Indonesia yang belum pernah menjuarai Olimpiade adalah

SEBANYAK 5 pebulu tangkis hebat yang belum pernah juara BWF World Championship akan dibahas dalam artikel ini. Beberapa pebulu tangkis memang gagal meraih impiannya menjadi juara dunia meski menduduki peringkat 1 dunia.

Ya, nyatanya banyak mereka yang adalah jagoan-jagoan di bidang bulu tangkis ternyata tanpa mahkota di BWF World Championship. Bahkan, beberapa pebulu tangkis peringkat 1 gagal mewujudkan mimpi menjadi juara dunia.

Menjadi juara dunia adalah impian setiap atlet, tak terkecuali atlet bulu tangkis. Ada saja nasib sial para pebulu tangkis hebat ini saat di kejuaraan dunia.

Lantas, siapa saja pebulu tangkis hebat yang belum pernah juara BWF World Championship? Berikut daftarnya:

5. Peter Gade

Atlet bulutangkis Indonesia yang belum pernah menjuarai Olimpiade adalah

Peter Gade seangkatan dengan Taufik Hidayat. Sayangnya, pebulu tangkis asal Denmark ini tidak pernah mencicipi gelar BWF World Championship.

Medali pertamanya di kejuaraan dunia adalah perunggu pada 1999 di Copenhagen, Denmark. Di semifinal ia kalah dari Fung Permadi yang kala itu membela Chinese Taipei.

Kesempatan terbaiknya adalah sewaktu kejuaraan dunia 2001 di Sevilla, Spanyol. Akan tetapi di final ia kalah dari tunggal putra Indonesia, Hendrawan, dengan skor 6–15, 16–17.

4. Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo

Atlet bulutangkis Indonesia yang belum pernah menjuarai Olimpiade adalah

Rasa penasaran akan gelar ini tentu menggelayut di pikiran Marcus/Kevin. Bagaimana tidak, berstatus peringkat 1 dunia sejak 2017, mereka malah pernah jadi juara dunia.

Pada penyelenggaraan tahun ini, Marcus/Kevin berharap bisa menuntaskan rasa penasarannya. Mereka juga diharapkan tampil dengan performa terbaiknya.

3. Lee Yong-dae

Atlet bulutangkis Indonesia yang belum pernah menjuarai Olimpiade adalah

Lee Yong-dar juga salah satu pebulu tangkis hebat di sektor ganda putra dan ganda campuran. Di saat usianya masih 20 tahun, ia sudah meraih medali emas Olimpiade 2008. Berpasangan dengan Lee Hyo-jung, ia mengalahkan Nova Widianto/Liliyana Natsir.

Namun, gelar juara dunia belum pernah didapatkannya. Pencapaian terbaiknya adalah tiga medali perak pada edisi 2007 (kalah dari Markis Kido/Hendra Setiawan), 2009 (kalah dari Cai Yun/Fu Haifeng), dan 2014 (kalah dari Ko Sung-hyun/Shin Baek-cheol).

2. Li Xuerui

Atlet bulutangkis Indonesia yang belum pernah menjuarai Olimpiade adalah

Li Xuerui juga pebulu tangkis hebat yang gagal meraih gelar juara dunia. Padahal ia pernah menyabet medali emas Olimpiade 2012 sektor tunggal putri.

Ia sebenarnya punya dua kesempatan untuk menjadi juara dunia yakni ada 2013 dan 2014. Akan tetapi, pada edisi 2013, ia kalah dari Ratchanok Intanon (Thailand), dan di 2014 kalah dari Carolina Marin (Spanyol).

1. Lee Chong Wei

Atlet bulutangkis Indonesia yang belum pernah menjuarai Olimpiade adalah

Banyak yang menyayangkan Lee Chong Wei selama kariernya yang gemilang gagal meraih medali emas Olimpiade dan juara dunia. Ia bahkan disebut sebagai juara tanpa mahkota.

Ia sebenarnya punya tiga kesempatan menjadi juara dunia. Pada 2011 ia kalah di final dari Lin Dan. Lalu, pada 2013, lagi-lagi ia juga kalah dari Lin Dan.

Kesempatan terbaik terakhirnya adalah pada 2015. Ia sangat diunggulkan malah tumbang dari Chen Long dengan skor 19–21, 19–21.

Kamis, 7 Mei 2020 07:14 WIB

Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Isman Fadil

Atlet bulutangkis Indonesia yang belum pernah menjuarai Olimpiade adalah
Pebulutangkis Indonesia yang Pernah Bawa Pulang Medali Emas Olimpiade

INDOSPORT.COM - Berikut para atlet badminton asal Indonesia yang pernah membawa pulang medali emas dalam ajang olimpiade. Siapa sajakah mereka?

Sudah bukan rahasia umum lagi, bahwa badminton merupakan salah satu olahraga terfavorit serta paling diunggulkan oleh Indonesia ketika tampil dalam berbagai event internasional.

Tidak heran jika banyak para atlet badminton Indonesia yang kerap naik podium juara pada sejumlah turnamen dunia, dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya.

Baca Juga

  • Kristin Yunita, Juara Dunia Badminton Junior Pertama yang Meredup

Baca Juga

  • 3 Pemain Badminton Wanita dengan Gelar Terlengkap dalam Sejarah

Termasuk pada kejuaraan multi event terbesar empat tahunan sekelas Olimpiade, kontingen Indonesia tercatat selalu rutin menggondol pulang medali juara ke Tanah Air dari cabang badminton.

Melansir laman resmi Olimpiade, secara keseluruhan kontingen Indonesia dari cabor badminton telah mengumpulkan 19 medali juara sejak 1992, sekaligus menempati peringkat kedua negara terbanyak peraih medali di bawah China.

China sendiri memang sangat adidaya dalam pesta olahraga multi event terbesar di dunia ini, total hingga olimpiade 2016 berhasil mengumpulkan 41 medali juara hanya dari ajang badminton.

Meski kalah jauh dari China, namun raihan kontingen Indonesia yang mampu menempati peringkat kedua perolehan total medali di ajang badminton tetap layak mendapat apresiasi.

Lantas siapa sajakah para wakil Indonesia cabor badminton yang berhasil menyumbang medali emas sepanjang gelaran olimpiade tersebut? Berikut INDOSPORT.com merangkumnya.

Indonesia sendiri pertama kali meraih medali emas badminton dalam ajang olimpiade terjadi pada tahun 1972, melalui nomor ganda putra serta tunggal putra.

Pada kategori tunggal putra, medali emas badminton pertama Indonesia pada olimpiade disumbangkan Rudy Hartono usai mengalahkan tunggal putra Denmark, Svend Pri dalam partai final.

Sementara kategori ganda putra, medali emas badminton Indonesia disumbangkan Ade Chandra/Christian Hadinata yang berhasil mengalahkan Ng Boon Bee/Punch Gunalan asal Malaysia. Namun cabor badminton di tahun itu, belum masuk agenda resmi Olimpiade melainkan hanya dimainkan dalam status demonstration sports.

Badminton sendiri sempat tidak ambil bagian dalam beberapa gelaran olimpiade pasca edisi 1972 silam, namun akhirnya kembali menjadi cabor olimpiade pada tahun 1992 hingga sekarang.

Menariknya, sejak tahun 1992 hingga 2008, kontingen Indonesia hampir selalu mendapatkan minimal satu emas dari berbagai nomor. 

Meski sempat terhenti di tahun 2012, namun pada olimpiade 2016 pasangan ganda campuran Liliyana Natsir & Tontowi Ahmad kembali mengharumkan Merah-Putih di podium juara.

Dimulai dari Susy Susanti yang meraih medali emas dari nomor tunggal putri, serta Alan Budikusuma di nomor tunggal putra tahun 1992. Diikuti oleh ganda putra Rexy Mainaky dan Ricky Subagja di olimpiade 1996.

Ganda putra kembali mengharumkan Indonesia usai meraih emas pada olimpiade 2000, melalui Tony Gunawan/Candra Wijaya. Keduanya meraih juara setelah mengalahkan ganda putra Korea Selatan,  Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung.

Baca Juga

  • Tjun Tjun/Johan Wahjudi, Juara Dunia Badminton Pertama Indonesia

Baca Juga

  • Mitos Atau Fakta? Vitamin C Bisa Bantu Tubuh Cegah Corona

Setelah lama absen, akhirnya tunggal putra kembali menyumbang medali emas melalui Taufik Hidayat pada olimpiade 2004. Sedangkan dua medali emas terakhir disumbangan ganda putra Hendra Setiawan & Markis Kido, serta ganda campuran Liliyana Natsir & Tontowi Ahmad

Tabel perolehan medali emas kontingen Indonesia di cabor badminton ajang Olimpiade:

No Tahun Atlet Ket
1 1972 Rudy Hartono Tungal Putra
2 1972 Ade Chandra & Christian Hadinata Ganda Putra
3 1992 Susi Susanti Tunggal Putri
4 1992 Alan Budikusuma Tunggal Putra
5 1996 Rexy Mainaky & Ricky Subagja Ganda Putra
6 2000 Tony Gunawan & Candra Wijaya Ganda Putra
7 2004

Taufik Hidayat

Tunggal Putra
8 2008 Hendra Setiawan & Markis Kido Ganda Putra
9 2016 Liliyana Natsir & Tontowi Ahmad Ganda Campuran

OlimpiadeMedali OlimpiadeBulutangkisBerita Bulutangkis

Selasa, 12 Mei 2020 16:16 WIB

Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak

Atlet bulutangkis Indonesia yang belum pernah menjuarai Olimpiade adalah
Jadi salah satu legenda badminton Indonesia dan dunia, Taufik Hidayat ternyata belum sempat meraih dua gelar bergengsi berikut.

INDOSPORT.COM - Menjadi salah satu legenda badminton Indonesia dan dunia, Taufik Hidayat ternyata belum sempat meraih dua gelar bergengsi berikut sebelum pensiun.

Nama Taufik Hidayat sendiri belakangan ramai diperbincangkan, lantaran dirinya sempat menjadi saksi kasus dana suap yang dilakukan mantan Menpora, Imam Nahrawi.

Diketahui usai gantung raket, Taufik Hidayat banyak membantu Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terutama saat perannya menjadi Wakil Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) periode 2016-2017.

Baca Juga

  • Taufik Hidayat Singgung 'Beda Warna' Politik di Asian Games 2018

Baca Juga

  • Taufik Hidayat: Sampai Kiamat Olahraga Indonesia Tak Akan Maju

Namun, di balik kasus tersebut, Taufik Hidayat semasa aktif sebagai pemain merupakan salah satu atlet tunggal putra terbaik milik Indonesia bahkan diakui oleh dunia.

Sejumlah gelar bergengsi berhasil ia menangkan, seperti medali emas Olimpiade 2004 di Athens, kejuaraan dunia tahun 2005, serta membantu Indonesia meraih Piala Thomas sebanyak dua kali pada tahun 2000 dan 2002.

Selain itu, Taufik Hidayat juga meraih medali emas ajang SEA Games dan Asian Games. Jika ditotal, pebulutangkis kelahiran Bandung tersebut telah meraih lima medali emas nomor perorangan di dua event tersebut.

Meski sukses merengkuh berbagai gelar juara, namun tunggal putra yang terkenal akan backhand smash ini punya dua turnamen yang belum dimenangkan hingga ia pensiun. Dua gelar tersebut adalah Sudirman Cup serta All England.

Sejatinya pada dua ajang tersebut Taufik Hidayat punya peluang besar untuk memenangkan, namun nasib baik masih belum berpihak kepadanya.

Di mulai dari Sudirman Cup, pada turnamen dua tahunan tersebut Taufik Hidayat dan kolega berhasil mengantarkan Tim Indonesia melangkah ke semifinal sebanyak enam kali, dan tiga diantaranya mampu menembus final.

Namun sayang, dari tiga partai final yang dimainkan tersebut tidak satu pun yang berakhir dengan juara. Menariknya lagi, Indonesia selalu kalah dari lawan yang sama di partai puncak yakni China.

Kemudian pada ajang All England, nasib kurang beruntung juga dialami Taufik Hidayat lantaran dalam dua partai final yang ia mainkan, selalu berakhir dengan tempat kedua.

Meski begitu, Taufik Hidayat tetap membuat catatan impresif dengan lolos dua kali ke final All England pada saat usianya masih di bawah 20 tahun. Pada final All England pertama tahun 1999, usia Taufik Hidayat saat itu masih 18 tahun.

Dengan usia yang masih sangat belia, Taufik Hidayat melangkah ke final usai menaklukkan sejumlah tunggal putra dunia seperti Park Tae-sang asal Korea Selatan, hingga Høyer Larsen dari Denmark di semifinal. 

Sayangnya, kegemilangan Taufik terhenti setelah bertemu pebulutangkis senior Peter Gade di partai puncak dan harus puas menempati tempat kedua usai kalah 15–11, 7–15, dan 15–10.

Baca Juga

  • Kapok! Taufik Hidayat Mengaku Menyesal Masuk ke Pemerintahan

Baca Juga

  • Mitos Atau Fakta? Vitamin C Bisa Bantu Tubuh Cegah Corona

Pada All England berikutnya di tahun 2000, Taufik Hidayat kembali masuk final di usianya yang masih 19 tahun. Lagi-lagi, nasib mujur tidak berpihak kepadanya, meski mengalahkan dua pebulutangkis China di babak sebelumnya namun saat berhadapan dengan Xia Xuanze magis Taufik yang mendapat julukan Golden Boy saat itu sirna.

Akhirnya pada partai final All England 2000, Taufik Hidayat harus kembali puas meraih tempat kedua usai kalah dengan skor 15–6, 15–13.

Taufik HidayatPiala SudirmanAll EnglandBulutangkisBerita Bulutangkis