Argumen apa yang digunakan penulis untuk menguatkan pendapatnya tentang covid -19

Tidak cuma terjadi di dunia nyata aja, keberadaan media sosial juga memberikan wadah baru bagi kita untuk berdiskusi dan beradu argumen.

Sayangnya, bentuk kebebasan berkomunikasi ini sering disalahgunakan dan kerap kali hanya berujung ke permusuhan dan sindir-menyindir.

Apakah kamu juga pernah mengalaminya? Kalau iya, jangan-jangan ada yang salah dengan caramu berargumen. Supaya kamu kelihatan lebih pandai ketika berargumen, coba gunakan delapan cara ini!

1. Selalu gunakan tutur kata yang halus dan sopan

bigthink.com

Terima kasih atas ide segar yang kamu ajukan. Namun, sepertinya ada beberapa poin yang aku kurang setuju, berikut alasanku...

Menggunakan bahasa yang sopan merupakan awal yang baik dalam memulai debat. Perlu diingat ya, debat itu bukan berarti mencari musuh, kamu dan lawanmu sama-sama sedang berusaha mencari satu jawaban.

Dengan menggunakan tutur kata yang sopan, kamu tidak hanya membuat orang lain lebih memahami maksud perkataanmu, tapi kamu juga akan lebih dihargai. Setiap orang pasti tidak menyukai mereka yang gemar menghujat dan bernada merendahkan bukan?

Kalau semuanya menggunakan bahasa yang halus dan sopan, berdebat akan terasa lebih bersahabat tentunya.

moneycrashers.com

Kenapa aku harus setuju dengan pendapatmu? Kamu bahkan belum punya gelar apa pun, kerja saja belum.

Mempertahankan pendirian kamu dalam berdebat itu harus. Tapi jangan sampai dalih tersebut kamu gunakan untuk menjatuhkan lawanmu secara personal.

Kalimat di atas merupakan salah satu contoh bentuk pembelaan yang tidak logis karena menyerang hal-hal yang menjadi privasi lawan. Terlebih, hal itu juga tidak membuatmu menjadi lebih benar.

Etika berdebat yang baik adalah kamu harus bisa menciptakan kontra argumen yang sesuai dengan topik perdebatan itu sendiri. Ingat ya, jangan sampai argumenmu malah keluar jalur!

3. Pastikan juga bahwa argumenmu berlandaskan bukti

practicallystrategic.com

Menurutku, A sama dengan C. Karena berdasarkan penelitian X, B lah yang membuat A menjadi C.

Semua orang bisa saja mengeluarkan pendapat, tapi pendapat mereka belum tentu valid selama tidak ada bukti. Hal ini yang membedakan antara debat kusir dan debat sungguhan.

Kalau kamu ingin debatmu berbobot dan ilmiah, kamu harus menghadirkan bukti yang kredibel, tidak diragukan keabsahannya dan disertai penjelasan ilmiah ataupun empiris.

4. Ikutan nimbrung boleh, asal jangan asal bunyi

sjsu.edu

Alah, dari tadi kalian cuma ngomong aja. Mana action-nya nih?

Ini merupakan salah satu contoh ngeselin yang kerap dilakukan mereka yang asal bunyi. Sesungguhnya dalam suatu debat atau bahkan diskusi, yang mutlak dilakukan ya berbicara.

Mereka yang asal bunyi itu sama saja dengan memaksakan konseptor menjadi eksekutor. Tentunya gak relevan, dong!

Daripada kamu asal nimbrung hanya untuk memberi komentar yang gak penting, kenapa gak kamu mengutarakan argumenmu sendiri supaya forum diskusi menjadi lebih interaktif?

Baca Juga: 5 Suka Duka Jadi Mahasiswa Hukum, Dikira Suka Demo dan Debat Saja

5. Tetap tenang dan sabar. Jangan mudah terpancing emosi

entrepreneur.com

Mendengar pendapat yang bertolak belakang dengan pendapat kita sendiri, memang terkadang bisa bikin emosi. Tapi emosimu jangan sampai dibiarkan karena emosi bisa menjadi sumber berbagai masalah.

Kamu gak hanya jadi sulit berpikir jernih tapi juga bisa memicu konflik. Tetaplah menghadapi argumen dengan berkepala dingin dan jangan mudah tersinggung, ya!

6. Jangan dikit-dikit baper!

reasonandmeaning.com

Duh, kok gak ada yang setuju sama pendapatku ya? Apa jangan-jangan mereka gak suka sama aku?

Jangan hanya karena pendapatmu ditolak, kamu berpikir kalau orang-orang tidak menyukaimu. Begitu juga sebaliknya, jangan hanya karena kamu gak suka sama orang tersebut, lantas setiap argumennya kamu tolak mentah-mentah! Sangat tidak logis bukan?

Dalam berdebat, kamu juga harus bisa menjadi profesional. Profesional dalam arti bahwa kamu gak melibatkan perasaanmu, hanya sebatas logika berpikir dan pengetahuanmu saja.

7. Mengalah bukan berarti kalah

quietrev.com

Aku akuin deh kamu memang lebih tahu dalam hal ini. Mungkin aku harus lebih banyak belajar lagi.

Di dalam debat, sesungguhnya tidak ada yang menang dan yang kalah. Apabila argumenmu berhasil terbantahkan, jangan dianggap sebagai suatu kekalahan. Anggaplah sebagai sebuah pelajaran baru bagimu.

Jangan terlalu berbesar hati juga ketika argumenmu ternyata dibenarkan, karena belum tentu kamu akan benar di lain kesempatan.

8. Ketika akhirnya debatmu tidak menghasilkan kesepakatan, agree to disagree aja

cmsmasters.net

Wah sepertinya aku masih belum bisa sependapat denganmu karena beberapa alasan. Semoga kita bisa satu suara di lain kesempatan ya.

Debat juga tidak melulu harus menghasilkan kesepakatan, kok! Bahkan jika kamu lihat dari sisi positifnya, debat yang tidak berujung membuktikan keberagaman pendapat dan tentunya patut dihargai.

Debat juga bukan untuk menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan membuatmu melihat suatu hal dari perspektif lain dan juga membuka wawasanmu.

Jadi, tetaplah rendah hati dan jangan takut kalau pendapatmu disanggah dan dilawan, karena hal itu cuma ditakutkan oleh orang-orang yang berpikiran sempit.

Kalau dari delapan cara di atas, sudah menjadi orang pandai belum kamu dalam berargumen?

Baca Juga: Gak Usah Emosi, 5 Cara Menghadapi Teman yang Suka Mengajak Debat Kusir

Sugiyono (2016:305-307) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif pada awalnya terdapat permasalahan yang belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Instrumen dapat dikembangkan setelah masalah yang akan dipelajari jelas. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan dokumen.

3.3.1 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono 2016:310). Dokumen biasanya berbentuk tulisan gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mendokumentasikan data yang diperlukan kedalam bentuk dokumen. Penelitian ini peneliti mendokumentasikan wacana pada koran daring Mediaindonesia.com edisi Maret-Juni 2020 untuk dapat dianalisis lebih dalam. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat data yang diperoleh, kemudian dianalisis dengan cara dimasukkan ke dalam kartu data.

3.4 Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono 2017:148). Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.

Instrumen penelitian diperlukan untuk mendukung langkah-langkah operasional penelitian terutama yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data. Instrumen kualitatif digunakan oleh peneliti untuk membantu proses menganalisis prinsip relevansi berkaitan ciri isi, struktur, dan kaidah kebahasaan teks eksposisi. Serta, kesesuaian wacana dengan prinsip relevansi, prinsip konsistensi dan prinsip kemudahan. Penelitian ini menggunakan kartu data yang digunakan untuk membantu proses analisis. Kartu data yang digunakan untuk menganalisis kesesuaian wacana yaitu, materi yang terdapat dalam kompetensi dasar teks eksposisi (isi, struktur dan kaidah kebahasaan).

Tabel 3.1

Kartu Data Analisis Kesesuaian Wacana dengan Materi Teks Eksposisi

No Data : Judul :

Edisi : Penulis :

Indikator Kutipan Teks

Kesesuaian Wacana Dengan Ciri Isi Teks Eksposisi Permasalahan Argumentasi Pengetahuan Rekomendasi Kesesuaian Wacana Dengan Struktur Teks Tesis Rangkaian Argumen

Eksposisi Penegasan Ulang Keseuaian wacana dengan kaidah kebahasaan teks eksposisi Menggunakan kata teknis Menggunakan kausalitas (hubungan argumentasi) Menggunakan kata kerja mental Menggunakan kata perujukan Menggunakan kata persuasif

Kecukupan isi materi dalam wacana dengan jenjang pendidikan siswa

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Kegiatan ini dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono 2016:334).

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis wacana eksposisi dalam Mediaindonesia.com edisi maret-juni 2020 adalah menggunakan model Miles dan Huberman. Sugiyono (2016:337) menjelaskan model ini mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kuantitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.model interaktif dalam analisis data terdapat tiga kativitas analisisnya yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Langkah-langkah tersebut yaitu: 1) Reduksi Data (Data Reduction)

Pada tahap reduksi data, peneliti melakukan penyeleksian data. Seluruh data yang sudah diperoleh tidak serta merta disajikan semua. Peneliti memilih data-data yang mana dianggap tepat untuk disajikan dan dianalisis lebih lanjut. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Oleh karena itu, bagi peneliti yang masih baru dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikannya pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

2) Penyajian Data (Data Display)

Pada bagian ini, data yang telah diseleksi kemudian disajikan dan dianalisis penyajian data dalam penelitian ini berupa teks yang bersifat naratif. Peneliti menganalisis secara keseluruhan wacana yang dimuat dalam Mediaindonesia.com menurut prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kemudahan kemudian disajikan dalam pembahasan.

3) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification).

Setelah melewati tahap sebelumnya, dalam tahap ini peneliti dapat menarik kesimpulan terkait wacana dalam Mediaindonesia.com yang layak dijadikan sebagai alternatif sumber belajar siswa kelas X SMA.

Wacana dalam Mediaindonesia.com akan dibedah dan dianalisis kelayakannya untuk dijadikan sumber belajar. Analisis yang dilakukan adalah untuk melihat apakah wacana yang telah dipilih layak dijadikan bacaan untuk siswa kelas X SMA, serta akan dianalisis apakah di dalam wacana memuat isi

yang mendukung materi yang akan diajar dalam pembelajaran teks eksposisi atau tidak. Teknik ini digunakan untuk menguraikan permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian, sehingga diperoleh pembahasan yang lebih terperinci.

Secara garis besar analisis dilakukan dengan langkah sebagai berikut. 1) Membaca wacana dalam kolom opini yang termuat dalam

Mediaindonesia.com edisi Maret-Juni secara keseluruhan dari masing-masing judul, untuk mengetahui isi wacana tersebut.

2) Menyeleksi wacana-wacana tersebut yang diperkirakan sesuai dengan kriteria. 3) Membaca berulang-ulang wacana untuk memahami isinya secara menyeluruh

untuk memastikan isi yang termuat dalam wacana yang sudah dipilih.

4) Melakukan analisis data dengan prinsip relevansi. Meliputi, kesesuaian wacana dengan materi dalam KD, yaitu kesesuaian isi dengan ciri, struktur, dan kaidah kebahasaan teks eksposisi.

5) Melakukan analisis data dengan prinsip konsistensi. Meliputi konsistensi wacana dengan isi dengan ciri, struktur, dan kaidah kebahasaan teks eksposisi. 6) Melakukan analisis data dengan prinsip kecukupan, yaitu kecukupan materi

untuk diberikan pada jenjang siswa kelas X SMA. 7) Membuat simpulan hasil analisis.

3.6 Teknik Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif, bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Peneliti menyajikan hasil analisis data berupa kalimat/teks yang bersifat deskriptif. Teknik penyajian data dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan untuk menyajikan data adalah dengan teks yang deskriptif (Sugiyono 2016:341). Teks yang disajikan bersifat deskriptif tersebut digunakan untuk mendeskripsikan aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini, serta simpulan kelayakan wacana untuk dijadikan sumber belajar dari beberapa aspek yang dianalisis.

Penelitian ini menggunakan teknik penyajian data dengan uraian deskriptif yang mendeskripsikan wacana yang teruat dalam koran daring Mediaindonesia.com sebagai alternatif sumber belajar teks eksposisi siswa kelas X SMA. Uraian deskriptif tersebut digunakan untuk mendeskripsikan aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini, diantaranya untuk mendeskripsikan apakah wacana yang telah dipilih layak dijadikan bacaan untuk siswa kelas X SMA, serta akan dianalisis apakah didalam wacana memuat isi yang mendukung materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran teks eksposisi atau tidak. Simpulan dari analisis yang dilakukan akan ditarik kesimpulan apakah wacana dari Mediaindonesia.com tersebut layak dijadikan sumber belajar pembelajaran menulis teks eksposisi siswa kelas X SMA.

55 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada BAB IV akan dikemukakan hasil analisis dan pembahasan wacana eksposisi yang telah dipilih dari Mediaindonesia.com edisi Maret-Juni 2020. Pada bab ini juga akan dikemukakan analisis kelayakan wacana yang dimuat dalam Mediaindonesia.com sebagai alternatif sumber belajar menulis teks eksposisi untuk siswa kelas X SMA.

4.1 Hasil Analisis

Hasil analisis akan dikemukakan dalam bentuk pendeskripsian data dari beberapa data yang telah dipilih. Pembahasan akan memuat jabaran dari tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan kesesuaian isi wacana dalam Mediaindonesia.com dengan teori mengenai prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan (Prastowo, 2015). Ketiga prinsip tersebut akan digunakan untuk menganalisis relevansi wacana dengan materi teks eksposisi, konsistensi wacana dalam memuat kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, serta kecukupan materi terhadap jenjang pendidikan siswa yaitu materi tidak boleh kurang dan tidak boleh berlebihan. Wacana-wacana dalam Mediaindonesia.com yang memenuhi ketiga prinsip tersebut maka wacana tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif sumber belajar teks eksposisi siswa kelas X SMA. Kompetensi teks eksposisi siswa kelas X termuat KD 3.3 mengidentifikasi (permasalahan, argumentasi, pengetahuan, dan rekomendasi) teks eksposisi yang didengar atau dibaca. KD 4.3 mengembangkan isi (permasalahan, argumentasi, pengetahuan, dan rekomendasi) secara lisan atau tulis. KD 3.4 menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksposisi serta KD 4.4 mengonstruksi teks eksposisi dengan memerhatikan isi (permasalahan, argumentasi, pengetahuan, dan rekomendasi).

4.1.1 Analisis Kesesuaian Wacana dalam Mediaindonesia.com dengan Prinsip Relevansi

Wacana dalam Mediaindonesia.com akan dianalisis menggunakan prinsip relevansi. Analisis dilakukan untuk melihat kesesuaian antara wacana dengan materi teks eksposisi yang termuat dalam kompetensi dasar (KD) teks eksposisi siswa kelas X SMA. Prinsip relevansi mengharuskan wacana dalam Mediaindonesia.com memiliki isi yang relevan dengan materi teks eksposisi untuk siswa kelas X SMA. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa wacana yang akan dijadikan alternatif sumber belajar harus memuat 1) materi tentang ciri isi teks eksposisi yaitu adanya argumen atau pendapat penulis yang disertai fakta atau data, adanya bahasan pokok yang dibahas, dan terdapat rekomendasi dari penulis. 2) struktur wacana yang akan dijadikan sumber belajar harus memiliki struktur teks eksposisi, yaitu tesis, rangkaian argumen, hingga penegasan ulang dan 3) wacana yang akan dijadikan bahan ajar harus memiliki kaidah kebahasaan teks eksposisi, dimana kaidah kebahasaan teks eksposisi meliputi, menggunakan kata-kata teknis, menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi (kausalitas), menggunakan kata kerja mental, menggunakan kata-kata perujukan, dan menggunakan kata-kata persuasif. Wacana yang relevan terhadap materi dalam kompetensi dasar teks eksposisi, maka wacana tersebut sesuai dengan prinsip relevansi.

4.1.1.1 Analisis Kesesuaian Wacana “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” dengan Prinsip Relevansi

1) Ciri Isi Teks Eksposisi a. Permasalahan

Wacana dengan judul “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” memiliki ciri isi teks eksposisi. Ciri teks eksposisi yang pertama adalah terdapat permasalahan atau topik tertentu yang menjadi bahan pembicaraan. Wacana “Korona dan Hidup

Sehat di Kota Sehat” memiliki ciri tersebut, didalamnya membahas satu topik utama yaitu kota yang sehat. Berikut kutipannya:

Kota sehat dimulai dari rumah sehat yang membentuk keluarga/warga sehat. Rumah sehat dengan banyak bukaan (jendela, pintu, ventilasi) yang mengalirkan udara segar dan cahaya sinar matahari. (Paragraf 4)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kota yang sehat memiliki banyak indikator. Skala terkecil dalam membangun kota yang sehat dimulai dari warganya sendiri untuk menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan tempat tinggalnya, kemudian meluas hingga skala yang lebih besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasan utama dalam wacana tersebut adalah kota yang sehat.

b. Argumentasi

Wacana dengan judul “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” memiliki ciri isi teks eksposisi yang kedua, yaitu dengan adanya argumentasi penulis. Wacana “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” terdapat argumentasi penulis yang mengungkapkan gagasan pribadi. Berikut kutipannya:

Jika disuruh memilih, semua orang pasti ingin selalu hidup sehat. Namun, derajat kesehatan seseorang sangat ditentukan lingkungan tempat tinggal orang itu, dari lingkup rumah tangga, RT/RW, kelurahan, kecamatan, hingga kota. (Paragraf 1)

Penulis mengungkapkan pendapatnya dalam paragraf tersebut. Penulis berpendapat bahwa semua orang, baik yang tinggal di kota besar atau kota kecil sekalipun, ingin memiliki hidup yang sehat. Hidup sehat seseorang tidak serta merta didapatkan begitu saja, tetapi dimulai dari kesehatan lingkungan tempat tinggalnya. Kesehatan hidup seseorang bahkan dimulai dari kesehatan lingkungan terkecil yaitu rumah tangga hingga dalam suatu kota. Kutipan tersebut menunjukkan pendapat pribadi penulis yang merupakan ciri isi kedua teks eksposisi.

c. Pengetahuan

Ciri isi ketiga teks eksposisi yaitu adanya data atau fakta yang memberikan pengetahuan faktual kepada pembaca. Data yang disampaikan penulis untuk menunjukkan bahwa hal yang sedang dibahas adalah faktual. Data ditambahkan untuk memperkuat argumen penulis. Wacana “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” terdapat data yang disajikan penulis, berikut kutipannya:

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020) telah mengidentifikasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim terhadap kawasan perkotaan, seperti cuaca ekstrem, temperatur memanas, serta peningkatan dan ketidakaturan curah hujan. (Paragraf 1)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa penulis menginformasikan pada data dari WHO bahwa perubahan iklim membawa dampak perubahan pada kawasan perkotaan. Seperti perubahan cuaca yang ekstrem, temperatur yang memanas, hingga intensitas curah hujan yang tidak teratur. Data tersebut benar-benar fakta nyata, terkait hal-hal yang mempengaruhi kesehatan kesehatan. Berdasarkan paragraf tersebut dapat diketahui bahwa penulis tidak hanya mengungkapkan pendapat yang bersifat argumentatif saja, tetapi dengan berdasarkan fakta. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa wacana dengan judul “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” memiliki ciri ketiga teks eksposisi.

d. Rekomendasi

Wacana dengan judul “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” memiliki ciri isi teks eksposisi yang terakhir. Ciri-ciri teks eksposisi yang keempat adalah terdapat rekomendasi atau saran, kritik, ajakan dan harapan yang bersifat persuasif dari penulis. Wacana “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” memiliki ciri tersebut, didalam wacana ini penulis mengungkapkan harapanya agar kita semua dapat bersama-sama menghadapi virus corona. Berikut kutipannya:

Bersama bisa cegah penyebaran virus korona. Hidup sehat di kota sehat sudah bukan pilihan, melainkan sebuah keharusan. (Paragraf 7)

2) Struktur Teks Eksposisi a. Tesis

Wacana dengan judul “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” memiliki struktur teks eksposis yang pertama, yaitu tesis. Berikut kutipannya:

Jika disuruh memilih, semua orang pasti ingin selalu hidup sehat. Namun, derajat kesehatan seseorang sangat ditentukan lingkungan tempat tinggal orang itu, dari lingkup rumah tangga, RT/RW, kelurahan, kecamatan, hingga kota. Pemanasan global telah membawa perubahan iklim ekstrem yang memengaruhi kehidupan dan kesehatan kota dan kita. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020) telah mengidentifikasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim terhadap kawasan perkotaan, seperti cuaca ekstrem, temperatur memanas, serta peningkatan dan ketidakaturan curah hujan. Semua itu berpengaruh terhadap pola mikroba, seperti alur kontaminasi dan transmisi dinamis terhadap penyebaran penyakit, baik melalui bakteri maupun virus. Dampak bagi kesehatan ialah penyebaran penyakit melalui air, udara, makanan, dan minuman. Merebaknya penyakit lingkungan, seperti diare, demam berdarah, infeksi saluran pernapasan atas, dan kini virus korona harus terus diwaspadai. (Paragraf 1)

Kutipan teks diatas menunjukkan pengenalan isu yang disajikan secara umum, dan belum dijabarkan. Pada kutipan di atas juga menunjukkan pandangan penulis terkait suatu hal yang akan dibahas, yaitu bagaimana perubahan iklim mempengaruhi kesehatan sesorang. Tesis dalam teks ini dalam teks ini memaparkan bahasan umum tentang kota yang sehat.

b. Rangkaian Argumen

Rangkaian argumen terdapat pada paragraf 2–6. Pada paragraf-paragraf tersebut disajikan pendapat-pendapat penulis yang disertai fakta atau data yang menjelaskan tesis pada paragraf pertama. Berikut kutipannya:

Peta sebaran diare dan demam berdarah banyak berada di kantong-kantong kampung kumuh perkotaan yang merupakan kawasan paling rentan terhadap penyebaran penyakit lingkungan ... (paragraf 2)

Kota tempat kita tinggal harus mampu menjaga keseimbangan antara keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan dengan kemakmuran warga, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian alam .... (paragraf 3)

Kota sehat dimulai dari rumah sehat yang membentuk keluarga/warga sehat. Rumah sehat dengan banyak bukaan (jendela, pintu, ventilasi) yang mengalirkan udara segar dan cahaya sinar matahari .... (paragraf 4)

Tekad menciptakan keluarga/warga sehat dengan membangun rumah sehat harus menular dan menyebar ke lingkungan sekitar, dari tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan, hingga kota …. (paragraf 5)

Kota menyediakan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman, jalur sepeda (parkir, ruang ganti, rambu dan marka, bengkel, serta fasilitas sepeda sewa), kendaraan ramah lingkungan, serta angkutan umum terpadu …. (paragraf 6) Keempat paragraf tersebut menunjukkan rangkaian argumen dari penulis yang menjelaskan tesis pada paragraf pertama. Pada paragraf kedua menjelaskan kota-kota yang kumuh menjadi tempat pertama penyebaran diare dan demam berdarah. Paragraf ketiga dalam wacana tersebut menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah kota menjadi tempat tinggal yang sehat untuk warganya, seperti penyediaan jalan bagi pejalan kaki, saluran air yang sehat hingga polusi udara yang rendah.

Penulis menjelaskan argumennya dan mengedukasi pembaca bagaimana cara untuk mendapatkan gaya hidup sehat. Hal utama yang harus dilakukan adalah menjaga kebersihan yang dimulai diri sendiri dan rumah. Hal tersebut sama seperti yang telah dipaparkan pada paragraf keempat tentang bagaimana seharusnya rumah yang sehat untuk ditinggali.

Rangkaian argumen yang dipaparkan pada paragraf kelima dan keenam, penulis melengkapi lagi jabarannya terkait kota yang sehat, dapat dilihat dari tidak adanya saluran air yang tersumbat serta kota yang sehat mampu menyediakan semua kebutuhan warganya. Kutipan-kutipan tersebut menunjukkan penjelasan dari tesis yang terdapat dalam paragraf pertama. Di dalam teks eksposisi paragraf-paragraf tersebut disebut dengan rangkaian argumen.

c. Penegasan Ulang

Bagian akhir teks ini penulis menegaskan kembali pendapatnya terkait hal yang dibahas, serta memberikan simpulan. Hal tersebut sesuai struktur teks eksposisi yang terakhir, yaitu penegasan ulang. Penegasan ulang berisi perumusan

kembali tesis, atau biasa disebut simpulan dan ringkasan. Pada bagian ini penulis juga menyatakan harapan yang bersifat persuasif. Berikut kutipannya:

Pemerintah mendorong setiap tingkatan, dari RT/RW, kelurahan/desa, kecamatan, hingga kota/kabupaten untuk mewujudkan lingkungan/kota yang menyehatkan. Pemerintah harus mendorong dan menginisiasi seluruh pihak untuk bekerja sama dan berbagi pengalaman, pembelajaran, dan sumber daya dalam pengembangan kota sehat dan mempromosikan praktik-praktik terbaik ke kota/kabupaten lain. Bersama bisa cegah penyebaran virus korona. Hidup sehat di kota sehat sudah bukan pilihan, melainkan sebuah keharusan. (Paragraf 7)

Kutipan di atas menunjukkan penegasan kembali bahwa semua elemen harus bersama-sama dalam menciptakan kota yang sehat. Kutipan tersebut juga menunjukkan adanya ungkapan persuasif yang berisi harapan agar pemerintah terus mendorong dan menginisiasi seluruh pihak untuk bekerja sama untuk menciptakan kota yang sehat.

3) Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi a. Menggunakan Kata-Kata Teknis

Teks eksposisi dipaparkan dengan menggunakan kata-kata teknis yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas. Dalam wacana “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” juga ditemukan istilah-istilah yang berkaitan dengan topik. Berikut kutipannya:

Tingkat polusi udara yang memburuk menjadi ancaman besar … (Paragraf 2)

Kota harus dirancang mampu memperkuat kesehatan dan kualitas hidup Penghuni kota dan dijaga keberlanjutan ekosistemnya … (Paragraf 3) Kota sehat mensyaratkan keamanan ekologis … (Paragraf 3)

Ruang dapur bersih, kamar mandi kering, dan higienis … (Paragraf 4) Kata-kata teknis diatas adalah beberapa contoh kata istilah yang digunakan dalam teks “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat”. Istilah-istilah tersebut merupakan kata istilah yang berkaitan dengan bahasan hidup terkait tema kesehatan dan kota sehat.

b. Menggunakan Kata-Kata Kausalitas

Kausalitas juga digunakan dalam teks eksposisi. Wacana “Korona dan Hidup Sehat di Kota Sehat” ditemukan berberapa kata-kata kausalitas di dalamnya. Kausalitas adalah kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi dan juga kata-kata yang menunjukkan hubungan kronologis atau keterangan waktu. Kata kausalitas dalam teks eksposisi juga dapat menyatakan perbandingan atau pertentangan. Berikut kutipannya:

Jika disuruh memilih, semua orang pasti ingin selalu hidup sehat. Namun, derajat kesehatan seseorang sangat ditentukan lingkungan tempat tinggal orang itu, dari lingkup rumah tangga, RT/RW, kelurahan, kecamatan, hingga kota. (Paragraf 1)

Pemerintah harus melakukan pemetaan ... Lalu meningkatkan akses masyarakat ... Serta mengembangkan teknologi tepat guna sesuai keadaan khusus setempat. (paragraf 6 )

Bersama bisa cegah penyebaran virus korona. Hidup sehat di kota sehat sudah bukan pilihan, melainkan sebuah keharusan. (paragraf 7 )

Kata „jika‟ pada kalimat diatas menunjukkan hubungan argumentasi penulis yang mengungkapan bahwa jika disuruh memilih, semua orang pasti akan memilih hidup sehat. Selanjutnya, pada teks ini juga menggunakan kausalitas yang menunjukkan pertentangan seperti kata „namun‟ dan „melainkan‟. Teks ini lebih lengkap lagi dengan adanya hubungan kronologis atau keterangan waktu yang digunakan penulis contohnya kata „lalu‟.

c. Menggunakan Kata Kerja Mental

Kata kerja mental digunakan dalam penulisan teks eksposisi. Analisis wacana ini juga ditemukan beberapa kata kerja mental yang menunjukkan kata kerja yang dilakukan dengan aktivitas fisik. Berikut kutipannya:

Kota tempat kita tinggal harus mampu menjaga keseimbangan (Paragraf 3)

Membiasakan mencuci tangan setiap kali setelah berkegiatan (Paragraf 4)

Tekad menciptakan keluarga/warga sehat dengan membangun rumah sehat (Paragraf 5)

d. Menggunakan Kata-Kata Perujukan

Teks eksposisi memaparkan data atau fakta yang benar-benar terjadi untuk menguatkan gagasan penulis. Wacana “Korona dan Hidup Sehat di Tengah Kota Sehat” menggunakan kata perujukan yang digunakan penulis untuk menyampaiakan data. Berikut kutipannya:

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020) telah mengidentifikasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim terhadap kawasan perkotaan, seperti cuaca ekstrem, temperatur memanas, serta peningkatan dan ketidakaturan curah hujan.

Kutipan diatas menunjukkan bahwa penulis merujuk pada WHO yang telah mengidentifikasi dampak kesehatan yang dikarenakan perubahan iklim.

e. Menggunakan Kata-Kata Persuasif

Kata-kata persuasif juga ditemukan dalam wacana “Korona dan Hidup Sehat di Tengah Kota Sehat”. Penulis mengungkapkan harapannya dan ajakan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA