Shinta Dewi P 111414153004 Putu Kenny Rani E 111414153014 Yanrisca Sany R 111414153026 Andhini Ayuningtyas 111414153027 Izzah Ramadhani A 111414153035 TANYA JAWAB MENGENAI VALIDITAS DAN REABILITAS pengajar: Dr. Cholichul Hadi, M.Si
Reliabilitas Reliabilitas bisa disebut konsistensi, keterandalan, keterpercayaan, kestabilan, maupun keajegan (Azwar, 2013).Reliabilitas menjelaskan sejauh mana suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Suatu pengukuran dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang sama. Hasil yang ditunjukkan relatif sama walaupun terdapat perbedaan yang kecil. Namun jika perbedaannya cukup besar maka pengukuran tersebut dikatakan tidak reliable. Sudjana (2004) juga menyatakan bahwa reliabilitastes adalah ketepatans ebuah alat tes dalam menilai sesuatu apa adanya. Validitas Sedangkan validitas menurut Azwar (2013) adalah tentang sejauh mana keakuratan suatu tes. Apabila suatu tes dinyatakan memiliki validitas yang tinggi, berarti tes tersebut memiliki keakuratan yang tinggi pula. Validitas dapat diartikan pula sebagai kemampuan suatu alat tes dalam mencapai tujuan pengetesan atau pengukuran. Contoh, bilates yang dikehendaki untuk mengukur atribut X dan hasilnya memang tentang atribut X, maka alat tes tersebut dikatakan valid. Menurut Cronbach (dalam Azwar, 2013) tujuan dari validitas adalah untuk melakukan validasi pada interpretasi data yang diperoleh dari prosedur tertentu. Suatu alat tes juga dikatakan valid apabila merujuk pada tujuan dibuatnya alat tes tersebut saja, tidak dapat digeneralisasikan. Misal terdapat pernyataan “tes IQ ini valid untuk orang Indonesia remaja” yang artinya alat tes tersebut dikatakan valid jika untuk mengukur IQ dan dikenakan pada orang Indonesia kategori remaja.
Jenis reliabilitas Metode ini menyajikan satu tes pada satu kelompok subjek, dua kali dengan rentang waktu yang cukup diantara kedua penyajian tersebut. Metode ini berasumsi bahwa suatu tes yang reliable tentu hasilnya akan sama walaupun dilakukan pada dua waktu yang berbeda. Namun jika terdapat perbedaan yang relative besar, maka semakin kecil kemungkinan reliabilitasnya. Metode ini menyajikan tes lain yang bertujuan sama dan memiliki aitem yang setara kuantitas dan kualitasnya. Kesulitan dalam metode ini adalah sulitnya menyusun dua tes yang paralel. Metode ini menggunakan satu kelompok saja untuk pengujian reliabilitas. Tujuannya adalah untuk melihat konsistensi antara item, sehingga komputasi koefisien reliabilitas dilakukan bukan pada skor tes tapi pada skor aitem dalam tes. Aitem-aitem dipisahkan menjadi minimal dua kelompok, atau biasa disebut pembelahan. Jenis validitas
Validitas atas kelayakan atau relevansi isi tes. Hal ini berarti apakah suatu aitem layak untuk mengungkap atribut yang diukur dan sesuai dengan indikatornya. Validitas isi ini bersifat expert judgmental . Validitas isi dibedakan lagi menjadi dua tipe: 1. Face validity Validitas yang hanya berdasarkan format penampilan antara kesesuaian aitem dengan tujuan pengukuran dan merupakan taraf validitas yang rendah signifikansinya. Namun face validity tetap penting untuk meyakinkan subjek yang dikenai pengukuran. Jika suatu tes memiliki face validity yang tinggi akan memancing dan memotivasi subjek untuk mengerjakan dengan sungguh-sungguh. 2. Logical validity Biasa disebut juga dengan sampling validity karena menunjukkan pada sejauh mana aitem tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya aitem yang relevan.
Validitas ini menunjukkan sejauh mana hasil tes mampu menjelaskan atau mengungkapkan trait . Validitas konstruk memerlukan teknik analisis yang lebih kompleks dibanding teknik lainnya yang biasa dipakai untuk menguji validitas empiric lainnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas konstruk yang baik apabila suatu hasil skor sesuai dengan konsekuensi atas suatu teori yang melandasi variable.
Prosedur validitas ini menghendaki adanya kriteria eksternal yang dijadikan dasar pengujian skor suatu tes. Kriteria adalah variable perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes. Proses validitas kriteria menghasilkan dua validitas, yaitu: 1. Validitas Prediktif Validitas prediktif bermanfaat jika suatu tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor. Sebagai contoh pembentukan predictor untuk seleksi penerimaan mahasiswa baru, rekruitmen karyawan atau penempatan karyawan. Dalam validasi prediksi ini skor performa yang diprediksi yang dijadikan dalam kriteria validasi. 2. Validitas Konkuren Apabila tes tidak difungsikan sebagai predictor performa maka kriteria validasinya adalah ukuran lain yang relevan dengan tujuan tes. Contohnya ketika kita menyusun skala self-concept yang baru dan untuk menguji validitasnya kita gunakan skala lain yang telah ada misal Tennessee Self-Concept Scale. Koefesien korelasi antara skor skala self-concept dengan skor skala TSCS sebagai kriterianya adalah koefisien validitas konkuren. Validitas ini dirancang jika tes tidak berfungsi sebagai prediktor
Panjang tes adalah banyaknya aitem dalam sebuah tes. Secara umum tes yang panjang akan lebih reliable dibanding tes yang pendek atau sedikit apabila kualitasnya setara. Penambahan atau pengurangan tentu akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Namun perubahan reliabilitas tidak bersifat linear. Artinya jumlah peningkatan atau tinggi keofisien reliabilitas setelah perubahan banyak aitem merupakan fungsi dari koefisien reliabilitas semula. Bila dilakukan peningkatan dua atau tiga akan terlihat lonjakan peningkatannya namun jika lebih dari tiga kali maka tidak akan menunjukkan perubahan koefisien yang drastic terlebih jika sebelumnya reliabilitasnya tinggi.
Tes yang meningkatkan reliabilitasnya maka akan meningkat pula validitasnya. Namun tidak serta merta peningkatan secara drastic pada jumlah aitem akan menaikkan validitasnya. Bisa saja hanya reliabilitas yang mengalami kenaikan tinggi tapi validitas hanya sekian persen saja. Peningkatan koefisien validitas yang agak berarti hanya terjadi apabila tes semula adalah pendek serta koefisien validitas sebelumnya juga tidak tinggi. Oleh karenanya cara untuk meningkatkan validitas adalah memperbaiki kualitas aitem bukan hanya sekedar menambah jumlah aitem.
Validitas dan reliabilitas digunakan saat mengevaluasi aitem-aitem pernyataan atau pertanyaan (indikator) yang mengukur konstrak atau faktor penelitian dalam suatu kuisioner.
Validitas digunakan di konteks penelitian sosial yang variabelnya tidak dapat diamati secara langsung seperti sikap, minat, persepsi, motivasi dan lain sebagainya. Untuk mengukur variabel yang demikian sulit, untuk mengembangkan instrument yang memiliki validitas yang tinggi karena karakteristik yang akan diukur dari variabel yang demikian tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi hanya melalui indikator (petunjuk tak langsung) tertentu. (Aritonang R, 2007). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan pada berbagai alat statistik (Feldt & Brennan, 1989). Misalnya pada kerangka teori tes klasik.
Jika dilihat dari asumsi yang mendasari pemikiran reliabilitas, reliable tidak sama dengan ajeg. Tapi jika dilihat dalam konteks aplikasinya, reliabilitas tidak selalu sama dengan keajegan, tergantung dari pendekatan mana yang digunakan untuk mengestimasinya. Akan lebih aman jika reliabilitas disebut sebagai “tingkat kepercayaan, seberapa jauh error yang dihasilkan dari tes, dan seberapa jauh hasil tes dapat dipercaya.” (Feldt & Brennan, 1989).
Ada beberapa sumber ketidakandalan (unreliability), beberapa di antaranya telah dituangkan. Satu sumber ketidakandalan yang terbesar adalah ketidaksahihan (invalidity). Berikut ini adalah sumber-sumber yang menyebabkannya (Walizer, 1987): 1. Orang atau unit yang diukur mungkin telah berubah sejak pengukuran pertama dan kedua. 2. Aspek situasi tempat pengukuran berlangsung mungkin berubah sejak pengukuran pertama dan yang kedua. Hal-hal seperti waktu (pagi, siang, sore), tempat berlangsungnya pengukuran, orang-orang yang berada dekat di sekitar yang mungkin mempengaruhi respon mereka dan sebagainya mungkin berbeda. 3. Pertanyaan-pertanyaan mungkin mendua artinya, sehingga ditafsirkan secara berbeda pada saat pengisian kuesioner.
Suatu alat ukur menghasilkan ukuran yang valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak ada alat ukur yang dapat menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Cronbach (dalam Azwar 1986) menekankan bahwa dalam proses validasi sebenarnya kita tidak bertujuan untuk melakukan validasi alat ukur, akan tetapi melakukan validasi terhadap interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu. Dengan demikian, walaupun kita terbiasa melekatkan predikat valid bagi suatu alat ukur akan tetapi hendaklah selalu kita pahami bahwa sebenarnya validitas menyangkut masalah hasil ukur bukan masalah alat ukurnya sendiri. Sebutan validitas alat ukur hendaklah diartikan sebagi validitas hasil pengukuran yang diperoleh oleh alat ukur tersebut.
Tes sudah dianggap valid dengan menggunakan validitas isi apabila berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika. penentuan proporsi tersebut dapat pula didasarkan pendapat (judgement) para ahli dalam bidang yang bersangkutan. Jadi situasi tes akan mempunyai validitas isi yang baik jika tes tersebut terdiri dari item-item yang mewakili semua materi yang hendak diukur. Salah satu cara yang biasa digunakan untuk memperbaiki validitas isi suatu tes ialah dengan menggunakan blue-print untuk menentukan kisi-kisi tes.
Validitas aitem-aitem pada skala penelitian dilihat menggunakan korelasi aitem dengan skor total angket. Aitem-aitem dalam penelitian dapat dikatakan valid jika memiliki korelasi aitem skor total ≥ 0,3 (Azwar, 2010). Korelasi aitem dalam penelitian dapat diukur dengan korelasi person yang dapat dilihat melalui rumus maupun aplikasi SPSS. Rumus korelasi person dapat dilihat sebagai berikut :
Keterangan : rxy : koefisien korelasi x : skor item y : skor total n : banyaknya subjek Uji reliabilitas dalam penelitian menggunakan Koefisien Alpha. Koefisien Alpha digunakan untuk meyakinkan bahwa belahan-belahan tes yang diperoleh dapat memenuhi asumsi paralel. Aitem-aitem dalam penelitian ini dikatakan memiliki reliabilitas tinggi jika memiliki koefisien >0,60. Pengkuran reliabilitas bisa menggunakan rumus maupun aplikasi yaitu SPSS. Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah sebagai berikut: (Cronbach dalam Azwar, 2010). Keterangan CA = Koefisien Cronbach’s Alpha K = banyaknya pertanyaan dalam butir Sigma b kuadrat = varians butir Sigma t kuadrat = varians tota
Setiap peneliti yang akan melakukan penelitian dengan pedekatan kuantitatif harus mempelajari dan memahami tentang validitas dan reliabilitas.
Buat skor total masing-masing variable → Klik Analyze → Correlate → Bivariate → Masukkan seluruh item variable x ke Variables → Masukkan total skor variable x ke Variables → Ceklis Pearson ; Two Tailed ; Flag → Klik OK Analyze → Scale →Reliability Analysis → Masukkan semua skala yang ingin diukur reliabilitasnya ke kolom item → Klik Statistic → pada Deskriptif For klik Scale if item deleted → Continue → OK. Contoh hasil Output SPSS Uji Validitas dan Uji Reliabilitas pada sebuah penelitian :
Karena tujuan dari sebuah pengukuran adalah untuk mendapatkan informasi data yang akurat, cermat dan objektif. Dengan hasil pengukuran yang akurat, cermat dan objektif akan menghasilkan kesimpulan yang dipercaya. Jika alat ukur yang digunakan tidak valid dan reliable, maka hasilnya akan diragukan tingkat akuratnya. Dan jika data tersebut masih digunakan hingga menghasilkan kesimpulan, maka kesimpulan tersebut tidak dapat dipercaya karena tidak dapat dibuktikan validitas dan reliabilitasnya.
Reliabilitas
Validitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil dari pengukuran tersebut dapat dipercaya sedangkan validitas adalah keakuratan data menggambarkan variable yang diukur sesuai dengan tujuan dari tujuan pengukuran. Daftar Pustaka : Aritonang, R. Lerbin, R. (2007). Teoridan Praktik Riset Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Azwar, Saifuddin. (1986). Reliabilitas dan Validitas : Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (2010). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (2013). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djaali, H. dan Pudji Muljo. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Feldt, L. S., & Brennan, R. (1989). Reliability. In R. L. Linn (Ed), Educational measurement. Third Edition. New York : Macmillan. Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito Walizer, Michael H., dan Paul L. Wienir. (1978). Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan, Jilid 1. alih bahasa: Aris Sadiman. Jakarta: Erlangga. |