Apa yang dimaksud dengan the right man on the right place dan contohnya?

Apa yang dimaksud dengan the right man on the right place dan contohnya?

Familiar dengan istilah Right Man in The Right Place? Dalam sistem manajemen diyakini bahwa nempatin karyawan di posisi yang tepat buat dia jadi kunci untuk kelancaran proses kerja. Proses kerja yang lancar akan berujung pada keberhasilan organisasi.

Agar orang-orang ditempatkan dalam posisi yang paling tepat, maka perlu hati-hati dengan pertimbangan yang subyektif dan ambigu. Kayanya sih anaknya pejuang keras, soalnya dia anak sulung. (Lho? Yang anak tengah dan anak bungsu gimana dong?) Perlu ada kriteria yang spesifik untuk mastiin seseorang punya peluang sukses yang lebih tinggi di dalam karirnya.

Nah, ternyata profil sukses karyawan itu ga ditentuin satu faktor tunggal. Walaupun ada iklan yang bunyinya, ‘Dicari karyawan dengan penghasilan menjanjikan. Jurusan bebas, pengalaman tidak diutamakan, syaratnya hanya berkemauan keras.’ Apa yang ditulis di iklan itu ga buat tujuan nemuin orang yang bisa sukses dalam tawaran pekerjaan tersebut. Iklan itu fokusnya pada: yang penting ada yang mau untuk kerja di posisi itu dulu.

Setelah masuk, untuk bisa kerja dengan baik, ternyata dia perlu memahami aspek teknis, bagaimana berkoordinasi, dan bagaimana prosedur mencapai target. Pada kenyataannya, berkemauan keras saja tidak cukup.

Hati-hati juga dengan judgement dari lihat satu aspek aja. Ah, dia kan orangnya introvert, ga cocok jadi sales. Padahal statistik ngasi bukti banyak orang-orang berpengaruh, termasuk sales ulung, berkepribadian introvert (cek buku Quiet: The Power of Introverts in A World That Can’t Stop Talking).

Profil sukses seseorang untuk menempati posisi tertentu di dalam organisasi terdiri dari 4 aspek besar. Aspek hard skill, soft skill, personality, dan experience. Hard skill berhubungan dengan keterampilan-keterampilan teknis yang diperlukan untuk mencapai hasil kerja tertentu. Soft skill terkait dengan keterampilan yang menghasilkan perilaku-perilaku tertentu untuk menunjang orang itu untuk bekerja dengan efektif.

Personality mengacu pada aspek kepribadian yang bisa mendukung atau menghambat ia untuk menampilkan performa di pekerjaannya. Beda dengan skill yang dilatih, personality umumnya sudah bawaan dan cenderung menetap. Terakhir, experience atau pengalaman bekerja di masa lalu yang relevan sehingga ia diprediksi dapat lebih cepat menguasai pekerjaan saat ini.

Beberapa bulan lalu Kubik Leadership Academy yang saya kelola ngadain sharing session dengan mbak Ferita Sari, guru saya dan seorang Assessor handal. Mbak Ferli ngajak peserta untuk memahami konsep profil sukses karyawan ini dengan mengaplikasikannya pada sebuah posisi yaitu SUAMI IDEAL. Hahaha. Peserta yang merupakan fasilitator di Kubik Leadership ini kebetulan pas lagi banyak yang perempuan. Para fasilitator dengan penuh semangat mendiskusikan tiap aspek.

Saya akan share hasilnya biar temen-temen dapet contoh perbedaannya ya. Hard skill: nyetir, masak, teknik mengasuh anak, dan pemahaman agama (saya takjub sama temuannya. Ternyata banyak yang berharap suaminya bisa masak). Soft skill: communication, integrity, decision making, initiative, planning, enterpreneurship, teamwork. (tsaaah). Personality: mature, ulet, gigih, sabar. Nah.. pas bagian experience, tidak ada kesepakatan. Maunya mungkin pada beda-beda. Ada yang bilang pengalaman jadi suami tidak diutamakan, boleh tapi ga mesti. Ada yang mau yang berpengalaman, ada yang malah ga menerima yang berpengalaman. Hahaha.

Jadi sudahkah teman-teman punya profil suami ideal? Ups, profil sukses untuk tiap posisi yang ada di organisasi? Profil sukses ini akan jadi modal penting untuk memilih orang yang paling sesuai dan mengembangkannya agar semakin fit dengan sebuah posisi.

Dewi Ashuro Rising Star Partner

FB Group: Jadi Bintang Dalam Karier (@bintangkarier)

Setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing, mereka memiliki karakter yang berbeda satu dengan yang lain. Hal inilah yang membuat mereka tidak bisa diseragamkan. Ketika Anda membicarakan soal teamwork, pembagian kerja berdasarkan kemampuan mereka sangat diperlukan.

Untuk mencapai tujuan dan menghindari kesalahan pengelolaan SDM (Sumber Daya Manusia), maka diperlukan prinsip the right man in the right place. Secara sederhana the right man in the right place adalah menempatkan orang sesuai keahliannya.

Pembagian Kerja Berdasarkan Kemampuan

Secara sederhana memang the right man in the right place disebut juga dengan menempatkan orang sesuai keahliannya, sehingga tim mampu bergerak lebih cepat karena sudah sesuai keahliannya.

Konsep ini mudah dikatakan tetapi kenyataannya tidak mudah diterapkan. Masih banyaknya karyawan yang merasakan tidak cocok dengan tugas yang diberikan atau atasan yang kurang proporsional dalam memberi tugas menunjukkan kalau gagasan the right man in the right place, bahkan jika ditambah in the right time, bukan hal yang mudah diterapkan.

Dalam beberapa situasi memang bisa menemukan orang yang fleksibel, yang terlihat dapat diandalkan untuk mengerjakan tugas di luar bidangnya. Namun apakah yang seperti itu bisa berlangsung lama?

Dan apakah semua orang bisa fleksibel dan menyesuaikan diri dengan cepat?

Apakah orang yang berada tidak pada the right place-nya dapat merasa tenang dalam bekerja?

Kenyataannya kemungkinan besar mereka juga kurang menikmati pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Dalam hal ini, diperlukan upaya untuk menilai dan menggali kompetensi seseorang untuk memahami nilai-nilai (values) yang ada pada dirinya, kemudian disesuaikan dengan bidang pekerjaan yang tepat untuk masing-masing orang.

Mengapa Kadang Muncul Rasa Jenuh?

Setiap seseorang memasuki satu perusahaan baru, akan muncul pemikiran bahwa ini adalah tempat kerja terakhir untuk mengabdi dan akan dijadikan sebagai fokus utama dalam jangka waktu panjang. Tetapi seiring berjalannya waktu, mulai muncul suatu kejenuhan atau ketidakcocokan.

Pemikiran awal tadi-pun mulai berubah menjadi tempat untuk mengambil gaji bulanan saja. Tidak ada lagi ambisi untuk memberikan kontribusi lebih dan merasa perusahaan lain lebih berprospek sehingga mulai pencarian lowongan kerja ke perusahaan lain.

Hal yang perlu digaris bawahi adalah pada dasarnya semua pekerjaan adalah sama. Ketika Anda tidak mampu menempatkan diri dan mengkondisikannya, maka Anda akan mulai menyalahkan lingkungan kerja.

Padahal tidak selalu lingkungan kerja yang salah, ada kalanya diri kita-lah yang bermasalah, misalnya tidak mau berusaha lebih keras, selalu datang terlambat, atau tidak memiliki kemampuan sama sekali.

Lebih fatalnya, jika ada perselisihan dengan rekan kerja sementara pekerjaan tidak menjadi masalah. Hal sepele tersebut akan digeneralisasikan dan perusahaanlah yang disalahkan, ini adalah keegoan yang sangat tidak benar. Tidak selamanya apa yang diinginkan dan diekspektasikan sesuai dengan kenyataan karena Anda berada pada dunia kerja yang nyata.

Bisa jadi pemikiran kita yang tidak dewasa atau ketidakmampuan Anda untuk beradaptasi yang menjadi masalah di dalam diri. Berpikir terbuka adalah kunci merealisasikan the right man on the right place.

Semua Adalah Tentang Pembiasaan

Selain masalah tempat (place), waktu (time) juga merupakan variabel penting yang tidak boleh diabaikan. Sebijak dan sebaik apapun seorang atasan, tidak semua anggotanya memiliki kecocokan dengan dirinya. Walaupun baik dan selalu netral, ketidakcocokan selalu ada. Apa yang menjadi masalah sebenarnya untuk kondisi ini?

Sebagai gambaran, apakah Anda pernah membenci seseorang yang baru dikenal?

Pada kesan pertama Anda sudah langsung menilai bahwasanya orang tersebut sifatnya sombong dan tidak cocok dijadikan sebagai teman atau rekan kerja. Namun justru ketika Anda mengalami masalah, orang tersebutlah yang pertama kali menghampiri dan memberikan bantuan. Setelah kejadian tersebut, pemikiran Anda langsung berubah dan menjadikan dirinya sebagai sahabat.

Kembali kepada pertanyaan awal, ketika Anda merasa tidak cocok dengan atasan, jangan langsung mengambil tindakan untuk berhenti kerja, selama tidak ada kejadian fatal. Semua ini hanya masalah waktu, karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Ketika waktu genting, disanalah Anda bisa menilai seseorang yang sebenarnya.

Sebagai manusia, kita semua harus berpikir dari dua sisi, yaitu dari sisi diri sendiri dan dari sisi orang lain. Tidak semua orang menyukai Wedang Ronde, tidak semua orang menyukai lagu dangdut, tidak semua orang menyukai mendaki ke puncak gunung. Tetapi semua orang pasti menyukai satu hal, yaitu menuju hidup yang bahagia.

Jadi pemahaman Anda mengenai “The Right Man On The Right Place At The Right Time” jangan dijadikan formula mutlak untuk memaksakan lingkungan berubah menjadi nyaman hanya untuk diri Anda. Anda yang harus memahami dan beradaptasi dengan lingkungan. Masalah ketidaknyamanan atau tidak bahagia dengan adaptasi tersebut hanya masalah waktu. Ibarat pagi hari Anda mandi pada saat siraman pertama terasa sangat dingin, namun siraman selanjutnya mulai terbiasa.

Apa yang Dapat Akeyodia Lakukan?

Silakan hubungi kami di telepon/WA ke nomor 08112652244 /08112652210, jika perusahaan Anda tertarik mengadakan Program In House Training atau Pendampingan Bisnis.

VIDEO (VLOG) COACH EDWIN


Jangan lewatkan menonton video dari Coach Edwin tentang Life, Spiritual dan Bisnis. Tekan tombol berikut pada video dibawah untuk memilih judul Vlog yang Anda ingin lihat.


Jika Anda membutuhkan pembicara terkait motivasi, konsultasi berbagai masalah kehidupan / bisnis, Coach untuk menangani masalah yang Anda hadapi, silahkan konsultasikan kepada kami melalui whatsApp sekarang juga.

Konsultasi Sekarang Klik Disini