Apa yang dimaksud dengan pertobatan dalam alkitab

Kajian dogmatis tentang dogtrin pertobatan menurut Gereja Khatolik Roma (GKR) dengan Calvinisme beserta relevansinya terhadap GBKP

I. Pendahuluan
Manusia melihat pada kemuliaan Allah dan memandangNya sebagai Allah yang maha pengampun karena sifat maha pengampun yang dimilikiNya maka manusia berbuat dosa tanpa merasa terbeban dan bersalah sebab pada dasarnya sifat Allah akan memberikan pengampunan. Akibatnya banyak orang yang hanya merespon pertobatan hanya sebatas perbaikan kesalahan tanpa berusaha sesungguhnya meninggalkan atau berbalik dari kesalahan itu.

Sering juga kita menemui pandangan lain tentang pertobatan yang diikat dengan kegiatan seremonial. Artinya pertobatan sudah dirasakan atau dilakukan sebatas melaksanakan aksi-aksi seremonial seperti berdoa, ibadah dan hal-hal lain yang bersifat rohani dan gerejani. Pemahaman seperti ini jelas memiliki pengertian yang sempit karena pertobatan dianggap sebatas melakukan kegiatan. Pertobatan dengan mendasar pada kegiatan seperti itu bukanlah cara pertobatan yang sebenarnya. Verkuyl mengatakan pertobatan sejati itu apabila seorang telah yakin bahwa ia telah melukai hati Allah dengan dosa-dosanya dan ia telah menghina kasih sayang Tuhan dan merusak kesetiaannya dan berbalik kepadaNya. Disamping itu harus disadari bahwa pelaksanaan seremonial bukanlah tanda pertobatan tapi sabagai suatu akibat pertobatan tersebut. Pemahaman seperti ini juga sudah ada sejak dahulu sehingga menyebabkan terjadinya kontraversi dalam GKR dengan para Reformator.

Berikut akan dipaparkan bagaimana kajian terhadap kontroversi yang terjadi antara GKR dan aliran reformator (dalam hal ini adalah calvinis) dan bagaimana relevansinya terhadap GBKP.

II Pembahasan
2.1. Etimologi kata pertobatan
Kata Pertobatan berasal dari kata tobat yang berarti berbalik dari yang jahat. Dalam bahasa Ibrani kata pertobatan ini ada 2 kata yang umumnya dipakai untuk menyatakan pertobatan yaitu Nicham, kata ini mengandung arti adanya perasaan yang dalam baik perasaan menderita atau perasaan terlepas. Dalam arti lain kata ini bisa juga dinyatakan menyesal dan penyesalan ini biasanya disertai dengan perubahan dalam rencana dan tindakan (bnd Kej 6:6-7, Kel 32: 14, Hak 2:18). Selain itu kata lain adalah Shubh. Kata ini berarti menyatakan berbalik kembali atau kembali. Kata ini menunjukkan bagaimana Bangsa Israel berbalik kepada Tuhan setelah Israel meninggalkan Dia. Kata ini menjelaskan pertobatan adalah kembali kepada Dia dari dosa yang telah memisahkan manusia dengan Tuhan.

Dalam Bahasa Yunani ada juga beberapa kata yang dipakai untuk menyatakan pertobatan yaitu Metanoia, Kata ini paling umum dipakai untuk menunjukkan pertobatan di dalam Perjanjian Baru. Ini menunjukkan kesadaran dalam hidup manusia. Dalam PB ini menunjukkan kepada suatu perubahan dalam pikiran yang melihat masa lalu dengan lebih bijaksana termasuk juga menyesali segala kekeliruan yang dilakukan dan kemudian mengubah hidup menuju kearah yang lebih baik. Perubahan ini menyangkut secara menyeluruh dalam pikiran yang dalam kepenuhannya menjadi suatu kelahiran kembali secara intelektual dan moral. Hal ini berarti suatu perubahan itu tidak terbatas pada kesadaran intelektual dan teoretis belaka tetapi juga mencakup kesadaran moral dan juga hati nurani. Ketika jiwa seseorang telah diubah ia bukan saja menerima pengetahuan tetapi juga mendapatkan arah yang jelas dari kehidupannya yang ia sadari dan kualitas-kualitas moralnya juga diubahkan. Dalam semua kaitan ini metanoia mencakup suatu permusuhan yang benar-benar disadari dengan hidup dimasa sebelumnya. Jadi pertobatan ini bukan sekedar beralih dari satu arah yang disadari menuju kearah lain, tetapi melakukan hal itu dengan sikap yang jelas membenci arah yang semula. Kata lain adalah Epistrophe, kata ini dalam bahasa Ibraninya sama dengan Shubh, kata ini bukan sekedar menunjukkan arti suatu perubahan dalam pikiran tetapi menekankan kenyataan bahwa hubungan yang baru sudah ditetapkan. Atau dengan kata lain kata ini bisa juga diterjemahkan dengan kembali atau berpaling atau tindakan putar balik atau pertobatan kepada Allah.

Jadi, dari hal di atas dapat dikatakan bahwa pertobatan itu adalah beralih dari sikap dimasa yang lalu menuju kepada arah yang lebih bijaksana dan membenci sikap dimasa yang lalu yang jahat. Atau dengan kata lain pertobatan adalah penyangkalan terhadap suatu hidup yang bertentangan dengan kehendak Allah dan permulaan dari suatu hidup yang berkenaan kepadaNya.

2.2. Pertobatan menurut Alkitab
Dalam Perjanjian Lama yang ditekankan dalam pertobatan adalah untuk Bangsa Israel. Bagi Bangsa Israel pertobatan berarti kembali kepada Allah sesudah tersesat dan sesudah mendurhakaiNya. Hal ini bisa juga kita bandingkan dalam Yesaya 10:21,23 yang kembali yaitu yang bertobat di hadapan Allah adalah sisa-sisa Yakub yang tidak dihukum oleh Tuhan Allah atau orang-orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Perjanjian Lama menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi dukacita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Pertobatan mencakup perendahan diri batiniah perubahan yang sungguh-sungguh merindukan Yahwe (Ul 4:29), disertai pengenalan yang jelas dan baru akan diriNya dan jalanNya (Yes 24:7, bnd 2 Raj 5:15, 2 Taw 33:13) . Sedangkan dalam Perjanjian Baru bertobat berarti membelakangi yang semula disembah lalu menghadap kepada Tuhan Allah dan juga berarti mengubah pikiran atau berganti pikiran. Dalam Injil-injil Synoptik pertobatan merupakan seruan yang disampaikan oleh Yohanes dan diteruskan oleh Yesus. menurut Yesus pertobatan merupakan suatu perubahan radikal bukan hanya dalam prilaku melainkan juga dalam pemikiran. Dalam Kitab Lukas yang merupakan satu kisah pertobatan adalah kisah pertobatan anak bungsu. Dalam tafsiran ini dikatakan ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya hal ini tersirat bahwa selama ini ayahnya telah menunggu kepulangan anaknya yang pergi dari rumah itu. Dan juga dalam hal ini ada tekad dalam diri anak bungsu itu untuk mengubah keadaan hidupnya yang sudah jahat. Dalam tafsiran yang lain ditunjukkan perendahan diri anak bungsu itu. Ia tidak hanya menyadari bahwa ia telah jatuh kedalam dosa tetapi juga bahwa ia tidak layak disebut sebagai anak bapanya. Dalam hal ini ia bersedia merendahkan dirinya dan berusaha kiranya diterima. Tetapi sebelum seluruh pengakuan itu keluar ayahnya telah mengambil dia untuk kembali ke dalam keluarga itu. Jadi dari injil-injil sinoptik menyatakan bahwa pertobatan itu merupakan panggilan Allah dan manusia merespon kepada Tuhan.

Bagi Paulus pertobatan merupakan suatu syarat mutlak jika seseorang ingin hidup secara berkesinambungan dalam persekutuan umat yang ditebus. Ini bukan berarti pertobatan sebagai dasar keselamatan karena bagi Paulus keselamatan itu ada karena pembenaran dari Allah bukan karena perbuatan manusia karena manusia sudah berdosa sehingga apapun yang diperbuatnya selalu menghasilkan yang jahat. Keadaan ini tidak memungkinkan untuk dapat menyelamatkan dirinya tetapi manusia bukannya secara pasif menerima keselamatan itu tapi manusia juga menerima sebagai tanggapan atau merespon anugerah itu. Berita perdamaian itu membangkitkan iman sikap penuh percaya yang menerima kabar tentang Allah yang mendamaikan menyelamatkan dia dari dosa dan maut. Iman dalam arti itulah yang menjadi jalan dan cara manusia memproleh anugerah Allah yang begitu besar.

2.3. Pertobatan dan Iman
Dari segi manusia, pertobatan merupakan jawaban manusia terhadap panggilan Tuhan Allah. Di dalam jawaban itu manusia dengan seluruh pribadinya dan seluruh eksistensinya dikuasai oleh ketaatan kepada kehendak Tuhan Allah. Bertobat merupakan suatu tindakan yang tidak mau berbalik lagi kepada berhala dunia ini dan menghadap Tuhan Allah serta berbakti kepadaNya. Dalam pertobatan ada 3 unsur dasariah yaitu :

1. Insaf, yaitu berarti menyesal. Perasaan yang sedih hati karena dosa-dosanya. Perasaan ini timbul jika seseorang sadar akan hidupnya yang telah melukai Tuhan. Keinsafan ini bisa kita lihat dalam penyesalan Daud. Penyesalan ini bisa terjadi karena pekerjaan Roh Kudus dimana hidup kita yang lama dibongkar yaitu hidup kita dalam dosa dan dibangun hidup yang baru.

2. Membenci dosa, yaitu suatu tindakan yang dilakukan setelah menyadari kesalahan-kesalahan maka orang itu akan membenci segala tindakannya yang lama yang telah melukai Allah. Pada masa ini tindakan dosa yang dulu dianggap bagus kini akan dibenci.

3. Kembali kepada Allah, yaitu orang yang sudah menyadari dosa-dosanya dan juga membencinya maka dia akan rela hatinya untuk menerima peraturan-peraturan dan hukum-hukum Allah. Orang yang sudah bertobat mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya pedoman untuk kebahagiaan hidupnya.

Dari gagasan di atas dapat disebutkan bahwa pertobatan itu merupakan suatu proses untuk menanggalkan manusia yang lama dan memakai manusia yang baru. Manusia yang baru merupakan hidup yang masih terus menerus bertumbuh, diperbaharui atau dengan kata lain hidup dalam proses. Hidup baru dalam proses berarti masih hidup atau jalan bersama dengan hidup yang lama. Makin maju perkembangan manusia baru makin berkuranglah kekuatan manusia yang lama atau cara hidup yang lama itu. Jadi hidup yang baru itu penuh dengan peperangan antara manusia yang lama dan manusia yang baru. Kadang-kadang di dalam peperangan itu orang beriman dapat jatuh yang berarti manusia yang lama menang akan tetapi orang beriman harus bangkit kembali untuk harus bertobat lagi. Inilah yang disebut dengan pertobatan sehari-hari. Pertobatan ini berbeda dengan pertobatan pokok yang dilakukan sekali pada awal hidup yang baru ketika orang mulai membelakangi hidupnya yang lama dan mengharapkan hidup yag baru. Dalam hal ini pertobatan itu bukanlah pekerjaan manusia tetapi pertobatan ini berasal dari Allah. Namun manusia tidak pasif melainkan ia aktif menjawab pekerjaan Allah di dalam dia. Tindakan itu penting sebab tanpa tindakan itu maka tidak ada pertobatan.

Pertobatan itu juga mempunyai hubungan yang erat dengan iman atau percaya. Orang yang beriman adalah orang yang menundukkan akunya oleh Kristus dan Kristus telah menjadi rajanya. Di dalam kepercayaan itu terkandung pembaruan dan kelahiran kembali. Pembaharuan dan kelahiran kembali merupakan soal percaya. percaya berarti mengiyakan dan mengaminkan apa yang Tuhan katakan yaitu bahwa kita satu di dalam kematian dan kebangkitanNya. Jadi beriman adalah cara bereksistensi dari hidup yang baru oleh Roh artinya hidup dalam persekutuan dengan kristus. Hidup dalam iman itu mempunyai beberapa unsur yaitu yang pertama adalah Ketaatan , iman tidak bisa dilepaskan dari ketaatan terhadap injil karena iman adalah menaati isi Injil karena iman itu adalah suatu kepercayaan kepada injil. Pengetahuan, iman merupakan suatu tindakan yang penuh kesadaran berarah serta penuh keyakinan. Adapun yang menjadi isi pengetahuan iman adalah kehendak Tuhan Allah dengan sempurna. Dan kehendak Allah itu tidak diberikan bersamaan dengan iman tetapi harus dicari. Mempercayai, berarti mengandalkan. Sebab iman bukan hanya soal akal melainkan soal seluruh kehidupan manusia. Iman adalah soal hati orang yang beriman mempercayai segala janji dan kuasa Allah, tidak menyandarkan diri kepada perkara duniawi tidak menyandarkan diri kepada taurat serta amal-amal manusia melainkan menyerahkan dirinya secara mutlak kepada kasih karunia Allah. Harapan , iman dihubungkan dengan kepercayaan kepada Kristus, maka iman juga dihubungkan dengan harapan. Harapan sangat penting dalam iman. Harapan membawa kepastian bahwa hidup baru itu akan membawa kepada kemenangan.

Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa iman merupakan tindakan manusia dalam mengulurkan tangannya untuk menerima panggilan Tuhan Allah atau di dalam mengambil berita kegirangan yang ditawarkan oleh Allah sehingga keselamatan merupakan kasih karunia Allah menjadi kenyataan dalam hidupnya. Namun di sisi lain iman itu juga merupakan pemberian Allah sebab kasih karunia Allah yang membaharui segala sesuatu.

2. 4. Doktrin Pertobatan menurut GKR
Dalam GKR, pertobatan termasuk dalam sakramen yang disebut juga dengan pemulihan, pengakuan, pengampunan dan perdamaian. Perdamaian ini tetap diperlukan walaupun orangnya sudah dibaptis karena kehidupan baru yang diterima dalam inisiasi Kristen tidak menghilangkan kecendrungan kepada dosa. Baptisan ini tinggal di dalam orang-orang yang dibaptis supaya dengan rahmat Tuhan mereka membuktikan kekuatan mereka dalam perjuangannya untuk kembali kepada kekudusan dan kehidupan abadi. Pada awalnya dalam Gereja tidak ada upacara pengampunan dosa dan yang ada hanyalah pengucilan. Ada pun yang menjadi dasar adalah Mat 18:15-20. Pokok petunjuk ialah jangan terlampau mudah mengucilkan seseorang, pertama tegurlah dia dibawah empat mata dahulu kalau tidak berhasil sekali lagi tapi dengan satu atau dua saksi jadi lebih resmi. Kalau itu pun tidak berhasil baru dikucilkan. Dalam hal ini belum ada istilah penerimaan kembali. Namun kemudian ada penerimaan kembali dan sakramen tersebut disebut dengan sakramen mengikat dan melepaskan. Disini berlaku nasihat Yesus bahwa orang harus mengampuni sampai tujuh kali tujuh kali (Mat 18 :22) yang berarti tidak ada batasannya untuk mengampuni seseorang. Dengan demikian mulailah adanya sakramen tobat dan ini diteruskan oleh Gereja-Gereja perdana.

Pada tahun 248, Cyprianus dipilih menjadi uskup. Pada masanya dimulaialah disiplin pertobatan. Pada masa itu Kaisar Decius melakukan penghambatan terhadap kekeristenan terutama kepada pemimpinnya. Oleh karena penghambatan itu banyak orang yang murtad tapi banyak pula yang menyesal dan meminta agar diterima kembali oleh gereja. Golongan Conferssors (yaitu golongan orang-orang yang telah menahan segala siksa dengan ketabahan hati) menjadi pembela mereka di hadapan Cyprianus . Golongan ini meminta supaya kelemahan dan dosa saudara-saudara yang memungkiri imannya itu lekas diampuni dengan syarat yang enteng. Cyprianus setuju dengan maksud tersebut bahwa Gereja berhak mengampuni semua orang yang telah jatuh dalam dosa tetapi tentang penerimaan itu ia mempertahankan pendiriannya bahwa uskup saja selaku pengganti rasul berkuasa mengucilkan dan menyambut kembali dan pengampunan itu boleh diberikan sehabis waktu pencobaan yang lama. Dimana orang-orang murtad itu wajib menebus dosanya dengan menjalani hukuman Gereja yang berat supaya pertobatan itu nyata dan terang. Dalam disiplin pertobatan ini, orang-orang yang murtad itu, pembunuh, penzinah masuk dalam kelompok peniten . Mereka dipisahkan dari umat dan mereka hanya dapat diterima kembali sesudah masa doa dan puasa. Pertobatan ini hanya berlangsung sekali saja seumur hidupnya. Ada pun yang menjadi landasan dalam hal ini adalah Ibrani 6:4-6 “ Mereka yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, namun yang murtad lagi tidak mungkin dibaharui lagi hingga bertobat (bnd 10 :26-29; 12 :15- 17). Dengan demikian laku tapa yang dilakukan seringkali amat berat dan lama. Sakramen ini dilakukan secara terbuka dan dipinpin oleh seorang uskup. Dan dalam sakramen ini dibatasi pada dosa-dosa yang memberi sandungan misalnya pembunuhan, perzinahan, merampok dan murtad.

Pada abad yang ke-6 cara pengampunan yang baru diperkenalkan oleh seorang rahib dari Irlandia. Pertobatan ini disebut dengan pertobatan tarip. Praktek ini dilakukan dengan pengalaman dosa pribadi dan para penitent dapat melakukannya berulang-ulang. Ini merupakan pengganti pertobatan yang panjang maka orang yang menerima pengakuan akan memberi tugas pertobatan khusus seperti pantang memakan makanan tertentu. Dan rahib mengumpulkan denda-denda dosa itu dalam buku yang disebut paenintentielies sebagai bantuan bagi para penerima pengakuan dosa. Hal yang istimewa dalam sakramen ini dilayani oleh seorang imam dan untuk dosa pribadi juga bisa diterima lebih dari satu kali. Dan saat inilah dimulai tarip menurut dosa seseorang dan selanjutnya laku tapa bukan menjadi pokok dalam pertobatan tetapi hanya sebagai syarat saja bahkan dalam pertobatan, ketika orang mengaku dosa saja sudah cukup. Sejak saat itu yang menjadi pelaku utama bukanlah orang yang bertobat tetapi imam yang memberi absolusi sebagai tanda pengampunan dosa.

Pada abad ke 10 praktek ini semakin berkembang karena praktek ini jelas memenuhi kebutuhan pastoral. Pada konsili Lateran 1215 dikeluarkan dekrit bahwa setiap orang Kristen yang telah melakukan dosa wajib mengakukan dosanya dalam 1 tahun kepada imam. Pengakuan dosa ini dengan mulut dihadapan imam yang memberi absolusi (kelepasan dari dosa) atas nama Tuhan. Hal ini terjadi karena ia mendapat kuasa anak kunci itu dari tangan Tuhan sendiri menurut mat 16:19. Dengan demikian maka penitensi yang berat dan lama perlahan-lahan diringankan. Teologi Thomas Aquinas juga ikut menentukan pandangan teologi pada umumnya sejak abad 13. Dosa diampuni Allah kalau orang sungguh bertobat dan bertekad melakukannya. Konsili Florence (1439) merumuskan bahwa tobat, pengakuan dan penitensia merupakan tanda atau materi.

Pada abad pertengahan itu iman dipandang pertama-tama menaati kuasa Gereja dengan sungguh-sungguh. Banyak orang yang bertobat karena takut hukuman-hukuman yang ngeri. Dan dalam hal ini banyak orang yang ingin menebus dosanya dengan melakukan penitensia. Iman terutama harus dilaksanakan dalam praktek-praktek amalan-amalan. Supaya berkenan kepada Allah manusia harus berusaha menyatakan amalnya di samping rahmat. Adapun jenis amalan itu adalah puasa, sedekah,doa,perkunjungan ke tempat-tempat suci, sumbangan ke Gereja, membangun gedung gereja atau capel, menyiksa diri masuk biara dan lainya. Dan memberi sedekah dianggap sebagai amalan yang besar pahalanya.
Dari praktek pengakuan dosa dan pengampunan dosa itu oleh absolusi dari imam haruslah dibuktikan kesungguhannya melalui penyesalan dengan menahlukkan diri kepada rupa-rupa hukuman atau usaha penitensia tersebut. Dari praktek ini muncullah indulgensia yakni penghapusan siksa.

Indulgensia ini pada awalnya bisa didapatkan melalui amalan namun kemudian hari ini bisa dibeli dengan uang.Doktrin ini diakui secara resmi pada tahun1343. Ajaran ini direformasi oleh para reformator terutama Martin Luther sehingga pada tahun 1556 dibuatlah Konsili Trente untuk meneguhkan ajarannya. Dalam konsili ini ditetapkan bahwa sakramen pertobatan mempunyai 2 unsur hakiki yaitu:

1. Kegiatan manusia yang bertobat dibawah kuasa Roh Kudus yakni Penyesalan, Pengakuan dan Penitensia.

2. Kegiatan Allah oleh pelayanan Gereja yakni mengampuni dosa dan mengerjakan perdamaian para pendosa.

Dalam pertobatan ini ada 3 langkah yakni dalam hati ada penyesalan, dalam mulut ada pengakuan dan dalam tindakan ada penyilihan/penitensia.
Penyesalan, dalam konsili Trente dinyatakan penyesalan ini adalah kesedihan jiwa, kejijikan terhadap dosa yang telah dilakukan. Bentuk penyesalan ini juga adalah niat untuk tidak berdosa lagi. Konsili ini membedakan antar 2 macam penyesalan yaitu Penyesalan sempurna (contritio) yaitu sesal karena cinta kepada Allah yang dicintai di atas segala sesuatu. Dan yang kedua adalah penyesalan yang tidak sempurna (attritio) yaitu sesal yang tumbuh dari renungan mengenai kejijikan dosa atau dari rasa takut akan hukuman abadi atau siksa-siksa lain yang mengancam pendosa.

Pengakuan, melalui pengakuan itu orang melihat dengan jujur dosa-dosa dan menerima tanggung jawab atas dosa itu. Dengan demikian, ia membuka diri kembali untuk Allah dan untuk persekutuan Gereja sehingga dimungkinkanlah masa depan yang baru. Pengakuan di depan imam amat dianjurkan karena mengaku dosa secara teratur merupakan kecondongan kita yang jahat untuak memberi diri disembuhkan oleh Kristus untuk bertumbuh dalam hidup rohani dan unatuk berbelaskasihan terhadap sesama.

Penyilihan/Penitensi, ini merupakan denda dalam bentuk doa dan perbuatan laku-tapa,ziarah atau karya amal tertentu yang ditetapkan oleh bapa pengakuan dan disanggupi oleh orang yang mengakukan dosanya. Penitensia dimaksudkan untuk menguatkan orang dalam perjuangannya melawan kecendrungan akan yang jahat dan untuk menghapus hukuman dosa. Pelaksanaan penitensi dapat dipandang sebagai tanda bukti kesungguhan bertobat untuk menempuh hidup baru. Dalam konsili Trente ditentukan bahwa penetensi yang harus dibuat oleh penitent, bapa pengakuan harus memperhatikan keadaan pribadi si penitent dan sedapat mungkin penitensi harus sesuai dengan berat dan kodrat dosa yang dilakukan.

Pada masa ini salah satu yang terpenting dalam konsili Terente itu adalah Decretum de Iustificatine (Ketetapan Pembenaran). Hal ini termasuk mempengaruhi mereka dalam pemahaman tentang pertobatan yaitu bagi mereka kebenaran itu adalah didorong oleh anugerah Allah dan percaya apa yang diungkapkan dan dijanjikan oleh Allah. Mereka mendapat iman karena mendengar dan tergerak bebas menuju apa yang diungkapkan dan dijanjikan Allah. Dan selama 400 tahun konsili ini yang mendominasi GKR dalam segala doktrin termasuk didalamnya tentang pertobatan.

Pada Konsili Vatikan II, masalah sakramen tobat kembali ditinjau. Dalam Konsili ini kembali nama istilah yang dipakai adalah sakramen tobat karena yang terpenting dalam hal ini adalah orang yang bertobat (LG 28). Dalam Liturgi tobat dikatakan bahwa orang yang datang ke sakramen tobat pertama kali harus berpaling kepada Allah dengan segenap hati dan yang harus dilakukan dalam sakramen tobat adalah pengakuan dan penintensia. Dan hendaknya ia juga menyatakan pertobatannya dengan laku tapa dan matiraga secara sukarela. Dalam hal ini dapat dibantu oleh Indulgensia. Dalam pertobatan ini yang pokok bukanlah dosa melainkan orangnya yang sebagai pendosa memohon belas kasihan Tuhan, Allah senantiasa menawarkan rahmatnya kepada pendosa tetapi manusia mau menerimanya.

2. 5 Doktrin Pertobatan menurut Calvinis
Calvin setuju dengan pandangan Luther tentang pembenaran oleh iman. Iman mempersatukan orang percaya dengan Kristus di dalam suatu kesatuan mistis. Persatuan dengan Kristus ini mempunyai dampak rangkap dua yang disebut dengan anugerah ganda. Pertama, persatuan antara orang percaya dengan Kristus membawa secara langsung pembenaran dirinya. Melalui Kristus orang percaya dinyatakan menjadi benar dalam pandangan Allah. Kedua, oleh karena persatuan orang percaya dengan Kristus maka orang percaya tersebut mulai melakukan proses menjadi seperti Kristus melalui lahir kembali. Pertobatan itu adalah benar-benar membalikkan kehidupan kita kepada Allah dengan digerakkan oleh rasa takut yang tulus dan sungguh-sungguh akan Dia. Calvin menyatakan bahwa baik pembenaran maupun kelahiran kembali merupakan hasil dari persatuan orang percaya dengan Kristus melalui iman. Tetapi menurutnya akar dari pembenaran itu adalah Predestinasi dan yang menjadi buahnya adalah pengudusan.

Ajaran Predetinasi ini adalah berbicara tentang Allah yang memilih. Ajaran ini sudah ada sejak zaman Agustinus yang memandang ini menunjuk pada tindakan Allah dalam memberikan anugerahNya kepada beberapa orang. Hal ini menggambarkan keputusan Illahi yang khusus ketika Allah mengaruniakan anugerahNya kepada orang-orang yang diselamatkan. Pemilihan yang menurut Calvin ini berarti bahwa Allah bertindak ke luar dan mengarahkan kasihNya kepada dunia dan kepada kita manusia. Allah yang memilih itu dinyatakan dalam Yesus Kristus. Di dalam kedatangan Yesus Kristus maka Allah datang untuk memilih manusia. Pemilihan oleh Allah ini berarti Kristuslah yang memilih manusia. Ia menjadi manusia seperti kita untuk menanggung hukuman Allah atas dosa kita. Di dalam Dia kita manusia menjadi milikNya oleh karena percaya kepada Allah turut dipilih oleh percaya kita menyadari bahwa segala sesuatu yang hendak diberikan oleh Allah kepaa kita adalah bersifat anugerah. Jadi dengan demikian iman itu adalah hasil pemilihan bukan sebaliknya.

Predestinasi adalah dasar pembenaran dan menjadikan usaha untuk membenarkan diri adalah sia-sia. Calvin sebenarnya setuju dengan pandangan Luther yang mengatakan bahwa keselamatan hanya tergantung kepada kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia dan setelah dinyatakan oleh Kristus Yesus. Iman yang membenarkan bukanlah usaha manusia tetapi anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang telah dipilihNya.

Bagi Calvin kemampuan manusia untuk bertobat itu hanyalah dengan kekuatan Allah. Allah memulai pekerjaan baik di dalam diri manusia dengan menimbulkan dalam hati kita rasa kasih, rindu dan semangat akan kebenaran. Atau dnegan kata lain dengan membentuk hati kita dan mengarahkannya ke kebenaran dan memperkuat hati kita untuk bertekun. Seperti apa yang tertulis dalam Yeheskiel 36:26-27 “ Kamu akan Kuberikan hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturanKu dan melakukannya”. Jadi menurut Calvin juga tidak ada daya manusia untuk bertobat dan segala kemauan manusia untuk bertobat itu juga berasal dari Allah.

Inti Teologi Calvin adalah Kemuliaan Allah artinya segala sesuatu tujuannya untuk kemulian Allah. Berhubungan dengan penekanan ini, Calvin mementingkan kelahiran kembali (regeneration) atau Pengudusan yang harus menyertai pembenaran orang-orang berdosa. Manusia yang dibenarkan wajib menampakkan imannya dalam perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah. Pengudusan ini terjadi ketika orang percaya itu telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah maka perkembangan pengudusan sudah pasti. Roh Kudus akan mematikan perbuatan-perbuatan daging, mengerjakan di dalam diri orang percaya tersebut ketaatan kepada firman Allah, menghasilkan buah-buah roh serta memakainya dalam pelayanan kepada Tuhan. Bertambah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan juruslamat kita Yesus Kristus, bertambah-tambah dalam kasih kepada orang lain dan terhadap semua orang, menyucikan diri dari segala pencemaran jasmani dan rohani.

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa manusia yang dibenarkan wajib menampakkan imannya dalam perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah. Namun dalam hal ini, Calvin mengatakan bahwa keselamatan di dapat bukanlah dari pengudusan sebab Calvin yakin bahwa perbuatan-perbuatan yang paling baik sekalipun dilakukan oleh orang percaya tidak dapat membebaskan mereka dari dosa. Pembenaran rangkap itu membuat bahwa bukan hanya orang berdosa dibenarkan yaitu dianggap benar juga oleh Allah bukan karena kualitasnya sendiri (yang tetap tidak memenuhi nilai standart) tetapi karena Kristus.

Dalam pasal-pasal ajaran Dordrecht pertobatan itu adalah sebagaimana sejak semula orang-orang kepunyaan yang telah dipilihNya dalam Kristus, demikian juga mereka dipanggilNya dengan ampuh dalam hidup ini. Dia mengaruniakan kepada mereka iman dan pertobatan dan setelah melepaskan mereka dari kuasa kegelapan memindahkan mereka ke dalam kerajaan AnakNya. Maksudnya agar mereka memasyurkan perbuatan-perbuatanNya yang besar yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan menuju terangNya yang ajaib. Dengan demikian maka pertobatan itu merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dipilihNya, Allah yang melaksanakan perkenananNya di dalam orang-orang pilihanNya itu. Dia tidak hanya menerangi pikran mereka oleh Roh sedemikian rupa sehingga mereka memahami dengan baik dan menilai hal-hal yang berasal dari Roh Kudus. Dia bahkan juga masuk sampai ke batin manusia dan dengan keampuhan Roh Kudus yang sama itu yang mengerjakan kelahiran kembali, hati yang tertutup dibukaNya, apa yang keras dilunakkanNya yang tadinya mati dihidupkannya yang jahat dijadikannya baik. Dalam hal ini kelahiran kembali itu juga tidak bekerja di dalam manusia seolah-olah ia adalah sebongkah batu atau kayu, dan karunia itu tidak memusnahkan kehendak manusia dan sifat-sifat kehendak itu dan tidak memaksakan manusia berlawanan dengan kehendaknya. Tetapi karunia Illahi itu menghidupkan kehendak secara rohani menyembuhkannya, memperbaikinya, menundukkan secara lembut. Maka dimana dahulu kedegilan dan perlawanan daging merajalela sekarang oleh Roh mulai berkuasa ketaatan yang rela dan tulus.

Dalam pengakuan iman Wetsminster tentang pertobatan ini dinyatakan dalam Bab XV tentang penyesalan. Dalam hal ini dijelaskan bahwa penyesalan ini adalah anugerah injili. Olehnya orang berdosa yang melihat dan menyadari betapa bahayanya dosa sehingga ia berbalik dari semua dosa ini dan berpaling kepada Allah dan berusaha serta berupaya hendak berjalan bersama Dia dalam semua jalan perintah-perintahNya. Penyesalan bukanlah cara melunasi dosa atau salah satu sebab pengampunannya, karena pengampunan itu adalah tindakan rahmat Allah yang bebas di dalam Kristus. Namun penyesalan itu begitu perlu bagi semua orang berdosa sehingga tanpa itu tidak seorangpun dapat mengharapkan pengampunan.

Sedangkan pengudusan itu dalam pengakuan iman Westminster bab XIII tentang pengudusan itu adalah mereka yang dipanggil dengan ampuh dan dilahirkan kembali diciptakan hati yang baru dan roh yang baru dan mereka dikuduskan sungguh-sungguh dan secara perorangan oleh kematian dan kebangkitan Kristus melalui firman dan RohNya yang diam dalam mereka. Pengudusan ini bersifat menyeluruh namun tidak sempurna dalam hidup ini sebab di dalam semua bagiannya masih tinggal beberapa sisa kerusakan. Dari itu lahirlah peperangan yang terus menerus dan yang tidak dapat diakhiri dengan perdamaian, sebab keinginan daging berlawanan dengan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging, Namun karena Roh Kristus yang menguduskan terus menerus menyediakan ketaatan baru maka bagian yang telah dilahirkan kembali menang.

2. 6 Ringkasan tentang kontraversi doktrin pertobatan
Pandangan tentang pertobatan itu adalah penyesalan dan berbalik kepada Allah merupakan pengakuan gereja-gereja namun yang menjadi permasalahan adalah peranan manusia dan peranan Allah dalam pertobatan itu. Perbedaan pandangan tentang pertobatan ini juga karena mempunyai pengaruh tentang pemahaman siapa manusia dan bagaimana keadaannya ketika jatuh kedalam dosa. Bagi GKR ketika manusia itu jatuh ke dalm dosa manusia itu hanya sakit dan dapat disembuhkan melalui sakramen-sakramen. Karena manusia itu hanya sakit maka secara otomatis dia masih bisa datang kepada Allah seperti orang sakit masih bisa datang kepada dokter. Jadi ada daya manusia untuk mendapat kesembuhan itu. Pemahaman tentang manusia ini mempengaruhi pemahaman mereka tentang doktrin pertobatan dalam Konsili Trente dikatakan bahwa manusia mendapat pembenaran karena didorong dan dibantu oleh anugerah Allah, mereka mendapat iman karena mendengar dan tergerak bebas menuju Allah dan percaya apa yang diungkapkan dan dijanjikan Allah. Dari keputusan ini juga berlanjut kepada Konsili Vatikan dan tetap saja dalam konsili ini juga dinyatakan bahwa pertobatan itu merupakan inisiatif manusia tersebut.

Calvin yang tidak menyetujui pandangan Khatolik tersebut mengatakan bahwa ketika manusia jatuh kedalam dosa maka manusia tersebut benar-benar telah rusak dan sungguh tidak ada daya manusia untuk berbuat apa-apa untuk datang kepada Tuhan. Jadi dalam hal ini orang-orang akan dibenarkan oleh Allah. Pembenaran tidak berarti membuat manusia menjadi baik tetapi lebih kepada dianggap benar atau dibebaskan. Pembenaran oleh iman berarti bahwa aku sudah yakin akan diterima bukan karena aku hidup baik tetapi karena Kristus yang mati untuk aku. Kita memperoleh kepastian di hadapan Allah berdasarkan salib Yesus Kristus. Ini berarti pula bahwa kita dapat beranjak pada perbuatan-perbuatan baik bukan demi memperoleh persetujuan dan penerimaan Allah tetapi karena telah menerima kita. Calvin mengatakan bahwa akar pembenaran itu adalah predestinasi dan buahnya adalah pengudusan.

III Implikasi Kontraversi Doktin Pertobatan dalam GBKP
Teologi GBKP itu berdasarkan dari Calvin yaitu untuk kemuliaan nama Allah. Dalam konfesi GBKP teologi GBKP tentang ibadah dijelaskan bahwa sebagai manusia yang telah diselamatkan Allah, haruslah kehidupan orang-orang Kristen sebagai ungkapan rasa bersyukur yang dinampakkan dalam pikiran, ucapan dan tindakan-tindakannya. Landasan untuk hal ini terdapat dalam Roma 12:1. Jadi orang yang telah diselamatkan akan menunjukkan dengan cara mempersembahkan hidupnya untuk kemuliaan Allah. Persembahan yang dimaksudkan adalah orang Kristen mempersembahkan diri, pekerjaan dan keluarga utuh penuh kepada Allah. Dan setiap orang Kristen haruslah berani memberi dalam bentuk materi dari keadaan kekurangannya bukan kelebihannya agar terhindar dari masalah kekhawatiran dan mampu memuliakan Allah di segala keadaannya (2 Kor 8 :1-5). Dan setiap orang Kristen haruslah mempunyai pengharapan dalam kehidupannya karena Allah mepunyai rencana atas tiap-tiap orang pilihanNya sehingga mampu bersukacita senantiasa. Dalam PBIK (Pemahaman Iman Bersama Kristen Di Indonesia) Bab IV tentang penyelamatan dikatakan bahwa penyelamatan manusia itu dilakukan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Di dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diriNya, dalam Kristus manusia beroleh pengampunan dari Allah dan diselamatkan dari kebinasaan. Orang-orang yang percaya dan dibaptis dalam nama Yesus Kristus dibaptiskan di dalam kematiaNya dan dibangkitkan bersama-sama dengan Dia ke dalam kehidupan yang baru.

Konsep keselamatan dalam katekisasi GBKP dikatakan bahwa kerusakan manusia akibat dosa sangat parah sehingga tidak mungkin melakukan kebaikan dari dirinya sendiri dan tidak mungkin mampu menyelamatkan dirinya sendiri dengan berbuat baik. Hanya dengan pertolongan dari Tuhan sajalah manusia dapat diselamatkan. Dengan imannya manusia menyambut anugerah. Dan merubah manusia yang jahat menjadi baik adalah pertolongan Roh Kudus jadi tujuan hidup bukan lagi mencari keselamatan sebab keselamatan sudah ditentukan. Tuhan menentukan pilihan siapa yang akan diselamatkan dalam arti bahwa kedaulatan Tuhan sajalah yang menentukan pilihan siapa yang akan diselamatkan. Untuk dapat meyakinkan seseorang bahwa ia tergolong kepada manusia yang sudah diselamatkan ia maka ia harus hidup melawan dosa. Ia harus menunjukkan kepada dunia dalam kesaksian hidupnya bahwa ia adalah orang terpilih untuk diselamatkan. Dari Theologi di atas maka dibuat tata laksana disiplin Gererja GBKP yang dibuat dengan tujuan guna ketertiban dan kekudusan umat Tuhan demi kemuliaan namaNya.

Dalam tata Gereja dibuat bertujuan agar warga jemaat atau pelayan khusus baik perorangan maupun sebagai persekutuan yang dikenankan disiplin tersebut menyadari kesalahannya dan bertobat akibat perbuatannya yang telah menjadi batu sandungan bagi warga mau jemaat dan masyarakat. Jika yang dikenakan disiplin Gereja kemudian menyesal dan bertobat maka penerimaan kembali keanggotaan dapat dilakukan dengan cara

1. Yang dikenakan disiplin Gereja dapat dipulihkan kembali apabila menyatakan penyesalan secara tertulis atau lisan dan menyatakan pertobatannya dengan tingkah laku.

2. Penerimaan kembali keanggotaan dilaksanakan dalam kebaktian minggu dan jemaat dimana dia dikenakan disiplin serta tidak ada keberatan dari jemaat.
Dalam pertobatan ini dorongan dari jemaat masih berlaku dimana jemaat itu diingatkan, jika tidak berhasil maka diadakan penggembalaan khusus baru kemudian jika itu juga tidak berhasil maka diadakanlah pengucilan.

Dari pemaparan di atas dapat dinyatakan bahwa keselamatan itu bukanlah hasil dari pertobatan melainkan pertobatan merupakan hasil dari anugerah keselamatan. Menurut GBKP pertobatan itu merupakan anugerah Allah dan direspon dengan iman. Dan perbuatan baik merupakan buah dari orang-orang yang telah diselamatkan bukan sebagai jalan untuk mendapatkan keselamatan.

IV Daftar Pustaka
Abineno, J.L.Ch., Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen, Jakarta : BPK-GM, 1989
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika 4, Surabaya: Momentum, 2006
Brathcher,Robert, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta : LAI,2005
Calvin Yohanes , Institutio, Jakarta : BPK-GM, 2004
Dister,Nico Syukur ,Teologi Sistematika 2, Yogyakarta : Kanisius,2004
De Jonge Christian , Apa itu Calvinisme, Jakarta : BPK-GM, 2006
Guthrie, Donald, Teologi PB 2,Jakarta : BPK-GM,1995
Hadiwijono,Harun, Iman Kristen, Jakarta : BPK-GM,2006
Heuken,A., Ensiklopedia Gereja IV Ph-To, Jakarta : Cipta Loka Caraka, 1994
Heuken,A.,Ensiklopedi Gereja VI N-Ph, Jakarta : Cipta Loka Caraka,2005
Lane Tony, Runtut Pijar, Jakarta : BPK-GM, 2005
Mc Grath Alister E. , Sejarah Pemikiran Reformasi,Jakarta : BPK-GM,2006
Marshall,I.H., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Mat-Wah., Nilakanda : Jakarta,1979
Niftrik,G.C.van dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM,2006
P. Rausch, Thomas, Katolisime,Yogyakarrta : Kanisius,2004
Rausch Thomas P., Katolisime,Yogyakarrta : Kanisius,2004
Thiessen Henry C. ,Teologi Sistematika, Malang : Gandum Mas, 1993
Torrance,J.B., Pertobatan dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Masiah-Z, J.D. Douglas (ed), Jakarta: YKBK/OMF,2007
Van den End,Th., Surat Roma, Jakarta : BPK-GM,1997
Van den End,Th., Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Jakarta : BPK-GM, 2004
Verkuyl,J., Aku Percaya, Jakarta: BPK-GM,2001
Iman Khatolik , Yogyakarta : Kanisius, 2007
Tata Gereja GBKP 2005-2015, Kabanjahe : Moderamen GBKP,2005
Buku Katekisasi GBKP,Kabanjahe : Moderamen GBKP,2007

Bagaimana cara bertobat dalam Kristen?

Cara Menghapus Dosa Besar, Minta Pengampunan dan Bertobat.
Percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Ilustrasi aktivitas ibadah di gereja. ... .
Mengaku dosa. Ilustrasi berdoa (pexels.com/MART PRODUCTION) ... .
Memutuskan untuk berbalik arah atau meninggalkan cara hidup yang lama. ... .
Mengampuni orang lain..

Jelaskan apa makna dari pertobatan?

Kata “pertobatan” dalam KBBI menjelaskan bahwa pertobatan adalah perihal bertobat/ tobat jadi tobat adalah kita sadar dan menyesal akan perbuatan-perbuatan yang salah yang tidak benar di mata Tuhan dan kita berniat untuk mengaku dosa kita dihadapan Tuhan dan tidak akan mengulanginya kembali.