Apa hubungan penciptaan manusia dari tanah dengan kesombongan

Apa hubungan penciptaan manusia dari tanah dengan kesombongan

ANT/Andika Wahyu



medcom.id: Tafsir Al-Misbah kali ini membahas Alquran Surat Al-Hijr ayat 28 hingga 44 yang mengkisahkan asal usul terciptanya manusia dan pembangkangan iblis kepada Allah SWT karena keengganannya bersujud kepada manusia. Pembangkangan tersebut memancing kemurkaan Allah SWT yang lantas mengusirnya dari surga. Pada Quran Surat AL Hijr Ayat 28, dikisahkan ketika Allah berfirman kepada malaikat sebelum menciptakan manusia. "Dan (ingatlah), ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." Ayat tersebut mengandung pembelajaran mengenai niatan yang diceritakan sebelum melakukan sesuatu. Sebelum Allah menciptakan manusia, Ia terlebih dulu menceritakan kepada malaikat niatanNya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Allah, apabila kita berniat melakukan sesuatu, ada baiknya kita menceritakan niatan tersebut agar memperoleh hasil yang baik. Kemudian, pada ayat selanjutnya Allah SWT melaksanakan niatan-Nya memnciptakan manusia dan memerintahkan seluruh mahluk untuk bersujud kepada manusia. "Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadianya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduk kamu kepadanya dengan bersujud," (QS. 15:29). Apa yang kemudian terjadi setelah perintah Allah untuk bersujud kepada manusia diterangkan pada Qur’an Surat Al- Hijr ayat 30 hingga 31. "Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama," (QS. 15:30). Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu," (QS. 15:31) Keangkuhan iblis membuatnya membangkang perintah Allah dengan menolak untuk sujud kepada manusia. Kemudian Allah menanyakan kepada iblis seperti pada QS Al Hijr ayat 32; "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu," tanya Allah SWT. Ayat berikutnya memuat jawaban iblis yang angkuh menolak permintaan Tuhannya; "Berkata iblis: Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk," (QS. 15:33). Keangkuhan iblis yang memandang bahwa api lebih mulia ketimbang tanah melambangkan kesombongannya. Tentunya, jawaban tersebut membuat Allah murka dan mengusir iblis dari surga seperti dalam dua ayat berikutnya yakni ayat 34 hingga 35; "Allah berfirman: Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk," (QS. 15:34). "Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat," (QS. 15:35). Kejadian ini menegaskan bahwa asal mula kejadian manusia tidaklah begitu berarti bagi Allah. Meskipun diciptakan dari tanah yang kering, dari lumpur hitam yang dibentuk, Allah tetap memerintahkan mahluk lain untuk bersujud kepada manusia. Apa yang kemudian berarti bagi Allah ialah perilaku, amalan, dan ilmu yang kelak menyelamatkan manusia. Ayat ini juga menerangkan betapa kelirunya sikap sombong seperti yang ditunjukkan oleh iblis, yang memancing murka Allah. Padahal, dikisahkan oleh para penafsir, inilah kali pertama iblis membangkang dari perintah Allah SWT. Sebelumnya, meski terbuat dari api, bukan dari cahaya sebagaimana malaikat, iblis senantiasa patuh dan taat kepada perintah Allah. Pada ayat 38 dikisahkan bahwa iblis memohon penangguhan kepada Allah SWT agar dapat mengajak manusia pada perbuatan buruk seperti maksiat dan kesesatan hingga akhir zaman. "Iblis berkata: Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya," (QS. 15:39). "Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis 799 di antara mereka," (QS. 15:40). Permintaan iblis lalu diamini oleh Allah dengan janji bahwa Ia juga akan menjaga hambanya yang taat dan tidak mengikuti perintah iblis. Inilah yang dijabarkan dalam ayat 41 hingga 44. "Allah berfirman: Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya)," (QS. 15:41). "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat," (QS. 15:42). "Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. (QS. 15:43) Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka," (QS. 15:44).

Editor : Afwan Albasit

Apa hubungan penciptaan manusia dari tanah dengan kesombongan


Penciptaan Manusia dari Tanah serta Potensi Kesombongannya

Sebuah Refleksi

Ditulis oleh : Drs. Zulkarnain M.H./KMS. Langsa

Allah menciptakan manusia dari unsur tanah. Dalam salah satu hadist disebutkan “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari gumpalan tanah yang diambil dari seluruh tempat yang ada di bumi”. Jika Allah menghendaki bisa saja manusia diciptakan dari unsur yang lain. Tentu sangatlah mudah bagi Allah. Bisa saja diciptakan manusia dari unsur cahaya seperti malaikat atau dari api seperti bangsa iblis atau dari unsur lain seperti emas, perak, tembaga atau dari bahan plastik biar sangat lentur dan panjang umur seribu tahun atau bisa saja dari unsur yang belum pernah kita tahu manusia, tentu Allah yang maha kuasa sangat mampu. Tetapi justru manusia diciptakan dari tanah yang kita pijak setiap saat. Menurut pemahaman keislaman kita tidaklah mungkin Allah ciptakan manusia berasal dari unsur tanah tanpa maksud dan rahasia tertentu, luar biasanya Allah menyebut penciptaan ini adalah sebaik-baik ciptaan (Al Quran surat at-Tin : 4).

Hadis yang disebutkan di atas sinkron dengan temuan penelitian bahwa unsur-unsur yang terdapat pada tubuh manusia juga terdapat di dalam tanah. 

Tubuh manusia terdiri atas air (kadarnya antara 54-70%), lemak (14-26%), protein (11-17%), karbohidrat (10%), dan unsur-unsur anorganik (5-6%). Jika kandungan itu diurai ke dalam unsur-unsur dasarnya maka akan didapat hasil bahwa tubuh manusia terdiri atas oksigen (65%), karbon (18%), hydrogen (10%), nitrogen (3%), kalsium (1,40%), fosfor (0,70%), sulfur (0,20%), potassium (0,18%), sodium (0,10%), klor (0,10%), magnesium (0,054%), dan beberapa unsur lain (0,014%), seperti yodium, fluor, brom, besi, tembaga, mangan, seng, krom, kobalt, nikel, molihdenum, vanadium, silicon, dan aluminium. Unsur-unsur kimia yang dikandung tanah tidak berbeda dengan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tubuh manusia. Sesuai dengan teks Al-Quran surah al Mukminun ayat 12 menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari sari pati tanah (Al Quran surah almukminun: 12).

Tubuh manusia secara jasmaniah oleh Quran sendiri dikatakan lemah (Quran surat an-Nisa ayat 28) terbukti bahwa tubuh yang terbungkus oleh daging sangat rentan kepada alam sekitarnya, mudah sakit, kotor, sesudah mati mudah sekali membusuk.

Patut direnungkan bahwa selama 34 kali di dalam sholat wajib sehari semalam kepala bagian tubuh paling mulia di tubuh manusia harus “menyungkurkan diri” dengan bersujud ke atas tanah tempat asal muasal kejadiannya, belum termasuk sholat-sholat sunnah. Semua ini pasti mengandung pelajaran untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Pasti ada rahasia tertentu mengapa ibadah yang diberikan kepada manusia lebih banyak gerakan meletakkan kepala yang dimuliakan kepada tanah yang menjadi asal usul kejadiannya tempatnya berpijak kemanapun. Jawaban yang sering kita dengan adalah sebagai perwujudan kehambaan kita kepada sang Khalik. Tetapi secara hakiki semua ibadah apapun Allah tidak memerlukannya karena Allah maha sempurna dan tidak bergantung kepada apapun termasuk sujudnya manusia. Jadi sebenarnya pelajaran yang terbaik dari sujud itu sendiri adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

Kalau kita feedback bahwa ketika manusia diciptakan malaikat sedikit “protes” kepada Allah taala sementara iblis bukan hanya protes tapi membangkang tidak mau sujud kepada manusia meski dia harus terdepak dari surga akibat kesombongan dan keangkuhannya atau sikap takabbur dalam bahasa syariat. Perbuatan iblis hanya karena kesombongan asal kejadiannya yg terbuat dari api. Tetapi benarkah iblis paling sombong dan paling dholim. Jawabannya tentu tidak. Sesombong sombongnya iblis tidak ada yang sampai memaklumatkan dirinya sebagai tuhan seperti Raja Firaun, sifat sombong karena kekayaannya seperti Qarun. Iblis hanya tergelincir menjadi durhaka karena sombong pada asal kejadiannya yang dianggapnya lebih mulia dari pada manusia.

Rahasia sesungguhnya penciptaan manusia dari tanah, tempat kematian ke tanah, sujudpun ke tanah, sesungguhnya memang Allah yang maha tahu Tetapi dari ayat ayatNya dapat diketahui bahwa manusia punya watak untuk menyombongkan diri yang luar biasa, semua menjadi bahan kesombongan, sombong karena harta, keturunan, pangkat jabatan dan sering berlaku dholim atau melampaui batas. Jika kebaikan yang diperolehnya manusia sangat bakhil dan jika keburukan yang didapat manusia selalu berkeluh kesah.

Tabiat kesombongan dan keangkuhan manusia telah ada sejak ketika Allah menawarkan kepada semua makhluk yang ada untuk memegang amanah menjalankan syariat namun tidak satupun yg sanggup memegang amanah ini, kecuali manusia. Bumi, langit, gunung-gunung semua tak sanggup mengemban amanah kholifah fil ardh, sebagaimana firman Allah surah al Ahzab 72 “ sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu dholim dan amat bodoh”.

Potensi kesombongan yang bernaung di dalam diri manusia tersebut sejalan dengan hakikat diri manusia yang tercipta dari tanah, perintah untuk bersujud ke tanah dan jika mati dikembalikan ke tanah agar manusia senantiasa sadar dia tercipta dari tanah dan sari pati tanah yang hina. Dengan begitu potensi tersebut tidak berkembang menjadi jadi. Itu juga belum cukup menyelamatkan manusia dari sikap kesombongannya kecuali senantiasa memohon perlindungan dan hidayah Allah.

Dalam salah satu hadist qudsi disebutkan “Allah berfirman sifat sombong itu selendangKu dan keagungan itu pakaianKu. Barangsiapa menentangKu dari keduanya maka Aku akan masukkan ia ke neraka jahannam (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad). Dari hadist tersebut dapat dipahami demikian sangat benci dan murkanya Allah kepada sifat sombong yang ada pada diri manusia. Oleh karena itu sangat korelatif sekali antara potensi kesombongan manusia dan hakikat penciptaan manusia dari tanah, sujud ke tanah dan kembali ke tanah agar manusia bisa dapat meredam potensi kesombongan tadi selamanya. Utamanya di saat bulan Ramadhan karena kwantitas mensujudkan diri kepada tanah tempat asal muasalnya diciptakan lebih di banding bulan-bulan yang lain.

Sebaliknya dibalik potensi kesombongan keangkuhan manusia tersebut manusia adalah makhluk paling mulia dengan kesempurnaan akal dan kalbu serta fitrah kesucian yang mampu mengakomodirdan mengantisipasi semua gejolak dan amarah nafsu yang dapat mengangkatnya mencapai derajat mulia dari semua makhluk ciptaan Allah. Para Rasul, anbiya, waliyullah, orang beriman yang soleh dan syuhada adalah manusia pilihan yang mengalahkan kemulian makhluk Allah yang lain. Rosul Muhammad sebagai manusia telah mendapatkan posisi puncak sebagai kekasih Allah (khabibullah) bukannya malaikat yang tugasnya hanya beribadah saja. Demikian semoga Ramadhan dapat menempa diri kita menjadi orang yang berakhlakul karimah jauh dari sikap sombong karena kita hanyalah tercipta dari saripati tanah atau air yang hina. 

Subhanallah, 

wallahu a’lam.

[Sumber: Situs Dirjen Peradilan Agama RI]