Apa bukti bukti yang menunjukkan masyarakat Mahenjo Daro dan Harappa berupaya menciptakan lingkungan yang sehat?

Halo Pahamifren, ketemu lagi sama Mipi. Adakah di antara kamu yang pernah mencari tahu tentang peradaban awal dunia? Apa yang terjadi pada masa itu ya? Nah, kali ini Mipi mau mengajak kamu membahas Materi Sejarah Peminatan Kelas 10 tentang awal peradaban di dunia nih. Yuk, baca artikel ini sampai selesai!

Saat membahas peradaban awal dunia, tentu tak bisa lepas dari negara atau bangsa yang ada di Asia, Mesir, Eropa dan Amerika. Biar makin paham, yuk kita bahas lebih jauh bangsa dan negara mana saja yang berpengaruh besar pada awal peradaban di dunia, sebagai berikut:

Peradaban Mesopotamia

Kamu tentu pernah mendengar istilah atau kata yang berhubungan dengan Mesopotamia, kan? Jadi, secara etimologis, kata “mesopotamia” berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki arti “di antara sungai-sungai”. Memang betul, secara geografis, peradaban Mesopotamia berkembang di sebuah tanah pertanian subur di antara dua aliran sungai. 

Kedua sungai tersebut adalah sungai Eufrat dan sungai Tigris yang berada di wilayah Asia Barat, yang saat ini menjadi wilayah Republik Irak. Kondisi tanah Mesopotamia yang subur menjadi alasan utama mengapa daerah ini menjadi salah satu asal-muasal awal peradaban dunia. Dalam sejarahnya, Mesopotamia pernah dikuasai beberapa bangsa, yaitu:

Bangsa Sumeria

Bangsa Sumeria dikenal sebagai bangsa perintis pada peradaban awal dunia di Mesopotamia. Selama bangsa Sumeria menguasai Mesopotamia, mereka menjalankan tiga periode, yaitu periode Ubaid, Uruk, dan Jemdet Nasr. Ketiga periodisasi tersebut kemudian digunakan sebagai nama kota dan menjadi situs lokasi ditemukannya hasil budaya bangsa Sumeria di Irak. 

Bangsa Sumeria menempati wilayah Ubaid pada tahun 5.300 hingga 4.000 SM, sehingga rentang tahun tersebut dinamai sebagai periode Ubaid. Pada periode Ubaid, Bangsa Sumeria menempati pemukiman besar dan membangun peradaban di Mesopotamia. Salah satu penemuan penting bangsa Sumeria pada periode Ubaid adalah penemuan roda yang dibuat dari tanah liat. 

Periode selanjutnya, periode Uruk, ditandai dengan munculnya kehidupan kota atau urban di Mesopotamia. Pada periode tersebut banyak terbentuk negara kota dan organisasi pemerintahan. Dua di antara penemuan penting bagi manusia dari periode Uruk ini adalah mangkuk dari tanah liat dan bentuk awal huruf kuneiform (huruf paku). 

Periode terakhir, periode Jemdet Nasr, berlangsung kurang lebih pada tahun 3.100 hingga 2.900 SM. Dalam periode ini, perkembangan peradaban di Mesopotamia ditandai dengan semakin berkembangnya huruf-huruf kuneiform yang sudah muncul pada periode Uruk. Pada periode Jemdet Nasr, huruf-huruf kuneiform berkembang menjadi lebih praktis, dari yang awalnya berupa tulisan berupa gambar (piktograf) menjadi lambang huruf yang didesain lebih sederhana dan abstrak. 

Pada periode ini berbagai sarana penopang kehidupan negara kota juga sudah mulai muncul, seperti irigasi dan sarana-sarana pengolah sumber makanan, sehingga penduduk Mesopotamia pada masa itu mengalami swasembada pangan atau surplus pangan. Penemuan lain pada periode ini adalah berdirinya bangunan-bangunan besar di Mesopotamia.

Bangsa Akkadia

Pada abad ke-26 SM, bangsa Akkadia menaklukkan bangsa Sumeria dan menguasai Meopotamia di bawah kepemimpinan Raja Sargon. Bangsa Akkadia ini berasal dari rumpun bangsa semit yang berasal dari daerah padang pasir di sebelah utara Mesopotamia. Saat Mesopotamia dikuasai bangsa Akkadia, budaya Sumeria dan Akkadia berakulturasi sehingga era bangsa Akkadia ini sering juga disebut sebagai era Sumeria-Akkadia. 

Semasa era Sumeria-Akkadia ini, bahasa Sumeria yang mulanya menjadi bahasa utama di Mesopotamia, perlahan digantikan oleh bahasa Akkadia. Meski begitu, masyarakat Mesopotamia pada masa ini tetap menggunakan tulisan kuneiform. Kerajaan Akkadia pada masa ini menciptakan sistem pos pertama di dunia dan barang-barang yang akan dikirimkan dibungkus dengan amplop dari lempengan-lempengan tanah liat.

Pada tahun 2.300 SM, bangsa Sumeria berusaha bangkit dan melawan kerajaan Akkadia di bawah kepemimpinan Raja Shirar. Perjuangan mereka berhasil dan Raja Shirar memproklamirkan dirinya sebagai Raja Sumeria-Akkadia. Namun, kemenangan dan kekuasaan Raja Shirar terhadap Mesopotamia ini tidak berlangsung lama karena pada akhir milenium ketiga, bangsa Sumeria-Akkadia berhasil ditaklukkan oleh bangsa Semit lainnya, yaitu bangsa Syiria.

Bangsa Babilonia Lama

Di bawah kepemimpinan Raja Hammurabi (1943–1905), bangsa Syiria memperluas kekuasaannya sampai ke kawasan Assyiria dan menjadikan Babilon sebagai ibu kota kerajaannya. Saat emperium bangsa Semit kedua di Mesopotamia ini, bangsa Sumeria tidak pernah muncul lagi dalam sejarah politik Mesopotamia. Namun, peradaban yang sudah dibangun oleh bangsa Sumeria sebelumnya sudah memberikan pondasi yang kuat bagi peradaban bangsa-bangsa yang menaklukkan lembah Tigris dan Eufrat. 

Raja Hammurabi merupakan raja yang terkenal karena ia merupakan penguasa terbesar pertama di dunia yang membuat hukum-hukum serta aturan-aturan konkrit sebagai kode hukum tertua yang pernah ada di dunia. Hukum-hukum dan aturan-aturan Raja Hammurabi tersebut dipahat di atas tiang batu. 

Beberapa contoh dari hukum yang dibuat oleh Raja Hammurabi adalah hukuman sejenis dengan prinsip “mata dibalas mata” dan hukuman potong jari bila ada anak yang memukul atau menyakiti orang tuanya (yang juga berlaku bagi para koruptor). Sekalipun rata-rata kode hukum buatan Raja Hammurabi ditujukan bagi dunia laki-laki, tetapi status perempuan dalam masa kepemimpinan Raja Hammurabi termasuk cukup dijunjung tinggi. Selain hukum dan aturan, Raja Hammurabi juga mengembangkan prosedur bisnis dengan menggunakan dokumen-dokumen.

Babilonia Lama kemudian mengalami masa kemunduran atau masa transisi di kawasan Mesopotamia setelah tahun 1.800 SM. Pada masa itu terjadi disintegrasi yang ditandai dengan berdirinya banyak dinasti kecil. Masa disintegrasi tersebut berlangsung selama enam abad.

Babilonia Lama pada akhirnya runtuh karena serangan emperium Hittite, kelompok semi independen dengan pemerintahan otokrasi, dari arah Barat. Emperium Hittite pada masa pemerintahannya menghasilkan kode Hittite, yaitu kode hukum yang bersifat kosmopolit. Kode Hittite ini memiliki kemiripan dengan kode-kode hukum Asia Timur.

Bangsa Assyiria

Bangsa Assyiria merupakan bangsa yang tinggal di hulu sungai Eufrat dan sungai Tigris. Mereka berusaha menguasai daerah Mesopotamia dengan memerangi bangsa Akkadia dan Sumeria selama bertahun-tahun. Bangsa Assyiria kemudian berhasil memenangkan peperangan tersebut dan menguasai daerah Mesopotamia. Bangsa Assyiria juga berupaya menguasai laut dengan tujuan melindungi perdagangan mereka. Upaya mereka baru membuahkan hasil sekitar tahun 750 SM.

Namun, lama-kelamaan Kerajaan Assyiria mengalami kemunduran dan melemah. Kondisi Kerajaan Assyiria yang makin melemah ini diketahui oleh bangsa Khaldea yang berkembang di wilayah Mesopotamia Selatan. Bangsa Khaldea pun akhirnya menyerang Kerajaan Assyiria dan berhasil menguasai ibu kota Niniveh pada tahun 612 SM. Penguasaan ibu kota Niniveh tersebut turut menandai runtuhnya Kerajaan Assyiria.

Apa bukti bukti yang menunjukkan masyarakat Mahenjo Daro dan Harappa berupaya menciptakan lingkungan yang sehat?

Bangsa Khaldea

Saat bangsa Khaldea menguasai Mesopotamia, mereka membangun kembali Kerajaan Babilonia dengan nama Babilonia Baru. Bangsa Khaldea mengalami puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Raja Nabukadnezar I atau yang biasa dikenal sebagai Nabukadnezar Agung.

Puncak kejayaan Babilonia Baru ini berlangsung kurang lebih antara tahun 604 sampai 561 SM. Kekuasaan Babilonia Baru ini mencakup seluruh wilayah Mesopotamia, termasuk wilayah Mesopotamia Utara yang merupakan wilayah kekuasaan Asyur. 

Nebukadnezar Agung terkenal karena memimpin ekspedisi militer Babilonia Baru ke berbagai wilayah, termasuk Suriah dan Phoenicia, serta memaksa kota Damaskus, kota Tyrus, dan kota Sidon tunduk di bawah kekuasaannya. Nebukadnezar Agung juga pernah terlibat perang melawan Mesir pada tahun 601 SM. 

Pasca peperangan tersebut, Nebukadnezar Agung fokus mempertahankan wilayah-wilayah kekuasaannya dan memulai berbagai proyek pembangunan di Babilonia Baru. Di bawah kepemimpinannya, Babilonia Baru menjadi kota yang megah, dengan luas mencapai tiga mil persegi. 

Saat Nebukadnezar Agung berhasil menaklukkan Yerusalem, ia membangun Gerbang Ishtar dan Bait Allah pertama bangsa Yahudi. Namun, pada tahun 539 SM, Kerajaan Babilonia Baru terpaksa takluk kepada Cyrus Agung, raja dari Persia. Seiring dengan runtuhnya Kerajaan Babilonia Baru, orang Yahudi ingin kembali ke tempat asal mereka, yaitu di Yudea Israel.

Bangsa Persia

Di bawah kepemimpinan Cyrus Agung, bangsa Persia membagi wilayah kerajaan mereka dalam bentuk satrapi (provinsi). Cyrus Agung kemudian digantikan oleh Darius (521–486 SM), yang melakukan banyak perubahan dan perbaikan dalam pemerintahannya. Darius sempat berperang dengan Yunani dan mengalami kekalahan pada tahun 490 SM di Marathon, Yunani. 

Babilonia kemudian runtuh di bawah pemerintahan Darius III (336–330 SM). Persia kemudian takluk melawan Yunani dalam tiga pertempuran yang dipimpin oleh Alexander Agug dari kerajaan Makedonia. Kekalahan ini mengakibatkan seluruh wilayah kekuasaan Persia dikuasai oleh Yunani.

Alexander Agung kemudian membangun sebuah kota baru yang dinamai Seleukia. Alexander Agung membuat kebijakan Helenisasi di seluruh wilayah yang taklukannya. Helenisasi sendiri adalah penyebaran dan penanaman kebudayaan Yunani dalam berbagai bidang, seperti arsitektur, bahasa, seni, gaya hidup, dan pandangan hidup. Selain itu Alexander Agung juga berambisi memasukkan unsur-unsur kebudayaan Yunani ke dalam budaya Persia.

Alexander Agung kemudian wafat pada usia 32 tahun di Itana Nabukadnezar II. Kerajaannya kemudian terpecah menjadi empat kerajaan, yaitu Seleukia di Persia, Makedonia di Yunani, Pergamon di Asia Kecil, dan Dinasti Ptolemeus di Mesir. Sebelum kerajaan-kerajaan tersebut dikuasai oleh bangsa Romawi, semua kerajaan tersebut saling berebut kekuasaan.

Peradaban Sungai Indus (Shindu)

Para ahli memperkirakan ada dua ibukota penting dalam peradaban Sungai Indus, yaitu kota Mohenjo-Daro yang menjadi ibu kota daerah lembah Sungai Indus selatan, dan kota Harappa yang menjadi ibu kota lembah Sungai Indus Utara. Pembangunan kedua kota tersebut berdasarkan perencanaan tata kota yang baik dan teratur. 

Wilayah kedua kota tersebut dibagi menjadi beberapa blok, yang masing-masing bagiannya atau bloknya berbentuk bujur sangkar. Di setiap blok tersebut penduduk kota membangun tempat tinggal dengan memperhatikan faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Saluran limbah perumahan tersebut sudah disambungkan ke saluran umum yang mereka bangun di bawah jalan, yang kemudian akan mengalir langsung menuju sungai. Sistem sanitasi dari kedua kota ini diperkirakan menjadi sistem sanitasi pertama yang ada di dunia.

Seperti peradaban awal dunia lainnya, sungai atau air menjadi faktor penting dari peradaban Sungai Indus. Wilayah-wilayah yang berada di sepanjang lembah Sungai Indus memiliki tanah yang subur, sehingga para penduduk di wilayah-wilayah tersebut menjadikan pertanian sebagai sumber mata pencaharian mereka. 

Oleh karena itu beberapa bukti kebudayaan mereka adalah peralatan rumah tangga, perkakas pertanian, emas, senjata, serta bangunan-bangunan. Beberapa hasil pertanian masyarakat Sungai Indus pada masa itu adalah padi, jelai, gandum, gula, teh, dan kapas.

Masyarakat Sungai Indus juga mengembangkan sektor peternakan, mereka terkenal ahli dalam beternak kerbau, sapi, dan babi. Kota Sutkagedon memiliki peranan penting bagi masyarakat Sungai Indus dan Bangsa Sumeria pada masa itu. Kota tersebut menjadi pusat perdagangan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui laut dan jalur darat.

Dalam peradaban Sungai Indus terdapat kerajaan penting, yaitu Kerajaan Maurya (322–185 SM) yang dipimpin oleh Raja Chandragupta Maurya. Sejak didirikan, Kerajaan Maurya menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, daerah kekuasaan kerajaan ini diperluas ke arah Timur dan bagian Utara India. Daerah Kashmir di Barat dan lembah Sungai Gangga di Timur pun menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Maurya.  

Kerajaan Maurya mencapai masa gemilangnya di bawah kepemimpinan Raja Ashoka (268–232 SM), yang berhasil menguasai Kali Gangga dan Dekkan. Namun, setelah Raja Ashoka melihat peperangan di Kali Gangga memakan begitu banyak korban, ia sudah tidak menginginkan peperangan lagi dan lebih menginginkan perdamaian.

Saat Raja Ashoka wafat, Kerajaan Maurya mengalami goncangan. Kerajaan tersebut menjadi terpecah belah dan membentuk kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan. Peperangan terus terjadi hingga muncul Raja Candragupta I yang berhasil mempersatukan semua kerajaan tersebut dan mendirikan Kerajaan Gupta. 

Dalam sistem kepercayaan dan religi, masyarakat lembah Sungai Indus memuja dewa yang dilambangkan menyerupai makhluk bertanduk besar, dan sosok dewa perempuan yang melambangkan kemakmuran. Mereka juga memuja hewan seperti gajah dan buaya, serta pohon besar seperti beringin.

Apa bukti bukti yang menunjukkan masyarakat Mahenjo Daro dan Harappa berupaya menciptakan lingkungan yang sehat?

Pada masa Kerajaan Maurya, terdapat tiga agama yang dihormati, yaitu agama Jain yang dianut oleh Raja Chandragupta dan Raja Samprati, agama Buddha yang dianut Raja Ashoka, dan agama Hindu.

Beberapa penemuan dari hasil penggalian di kota Harappa adalah arca dan dua buah torso dari arca yang hilang kepalanya. Sementara di kota Mohenjo-Daro, ditemukan arca pendeta berjanggut dan arca perunggu gadis penari. Arca-arca tersebut merupakan peninggalan masyarakat lembah Sungai Indus.

Peradaban Tiongkok (Cina)

Secara geografis, negeri Tiongkok Cina terdiri dari pegunungan dengan Sungai Hoang Ho atau Sungai Kuning yang mengalir di sebelah Utara, dan Sungai Yangtse Kiang yang mengalir di sebelah Selatan. Peradaban Cina Kuno berkembang di lembah Sungai Hoang Ho.

Orang-orang Tiongkok Kuno menganggap negeri mereka berada di tengah-tengah dunia, oleh karena itulah nama Tiongkok berasal dari kata Chung Kuo, yang memiliki arti “negeri tengah”. Penduduk Cina sendiri disebut Chung Hua, yang berarti “penduduk negeri tengah”. Seiring berjalannya waktu, kata Chung Kuo berubah menjadi Tiongkok dan kata Chung Ha berganti menjadi Tionghoa.

Kebesaran sejarah peradaban Cina dibangun melalui beberapa dinasti. Dinasti pertama yang ada di Cina adalah Dinasti Xia. Sementara beberapa dinasti yang menjadi tonggak penting dalam peradaban Cina adalah Dinasti Shang, Dinasti Qin, dan Dinasti Han. Masa Dinasti Shang berlangsung sejak tahun 1.600 sampai 1.045 SM dengan Raja Tang sebagai raja pertamanya dan Raja Zhou sebagai raja terakhirnya. 

Sepanjang sejarahnya, Dinasti Shang memiliki 31 raja. Dinasti Shang memiliki pemerintahan yang bersifat feodal, yang kemudian berlanjut ke dinasti-dinasti selanjutnya. Dalam sistem pemerintahan ini, raja bukan hanya dianggap sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai wakil para dewa, sehingga kekuasaannya menjadi mutlak karena perintah raja dianggap sama seperti perintah dewa.

Peninggalan artefak dari Dinasti Shang adalah radio karbon yang terdapat pada cangkang kura-kura, sistem tulisan yang rumit, artefak perunggu berupa gusi dan artefak perunggu bagian dari kereta perang serta senjata.

Dinasti selanjutnya adalah Dinasti Qin yang memerintah selama tahun 221 sampai 205 SM. Dinasti Qin dimulai dengan pengangkatan diri sendiri Zhao Zhang sebagai kaisar pertama dinasti ini dengan gelar Shi Huang Ti. Zhao Zhang mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar setelah ia berhasil mempersatukan berbagai bangsa di Tiongkok. 

Peninggalan Dinasti Qin yang terkenal sampai saat ini adalah pembangunan Tembok Besar Tiongkok. Pada masa Dinasti Qin, kaisar mengangkat menteri untuk membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan. Menteri bertugas memberikan pandangan dan kebijakan, tetapi keputusan akhir tetap berada pada kaisar. 

Kaisar Zhao Zhang akhirnya wafat pada tahun 205 SM dan tahta kekaisaran pun turun ke puteranya yang bernama Qin Er Shi. Sayangnya, Dinasti Qin di bawah pemerintahan Kaisar Qin Er Shin dianggap lemah, sehingga terjadi banyak pemberontakan yang pada akhirnya membuat Dinasti Qin runtuh.

Dinasti selanjutnya yang menguasai Cina adalah Dinasti Han. Dinasti ini berlangsung sejak tahun 206 hingga 220 M. Dinasti Han dibagi menjadi dua periode, yatu periode Han Barat yang memerintah sejak tahun 206 SM hingga 9 M dan periode Han Timur pada tahun 25 hingga 220 M.

Pada mulanya Kaisar Gao (Liu Bang), membagi kekuasaannya menjadi beberapa negara feodal untuk memuaskan para pemimpin, tetapi pada akhirnya ia berhasil memusatkan kekuasaan sepenuhnya di tampuk kepemimpinannya sendiri. Kebijakan dari dinasti sebelumnya masih dilanjutkan oleh Kaisar Gao. 

Pada masa dinasti ini, wilayah kekuasaan Tiongkok semakin luas dan hubungan perdagangan dengan negara Barat seperti Romawi pun mulai dilakukan. Tiongkok semakin berjaya saat dalam pemerintahan Kaisar Han Wu Di. Namun, kekaisaran Tiongkok ini kemudian runtuh saat terjadi revolusi di Tiongkok yang mengubah sistem feodal menjadi sistem komunis. Dengan runtuhnya masa kekaisaran Tiongkok, Tiongkok pun berubah menjadi Republik Rakyat Cina.

Dalam sistem kepercayaan dan religi, masyarakat Tiongkok mulanya menganut kepercayaan kepada para dewa. Para dewa tersebut adalah Dewa Feng Fa yang dianggap sebagai penguasa angin, Dewa Lei Shih yang dianggap sebagai penguasa angin topan, dan Dewa T’Sai San yang dipercaya sebagai penguasa bukit dunia. 

Masyarakat Tiongkok juga mempercayai adanya kehidupan di alam baka, yang dibuktikan dengan temuan makam perempuan bernama Fu Hao di Situs Anyang. Di dalam makam tersebut terdapat berbagai perhiasan, kain sutera, dan makanan yang diawetkan, serta jenazah laki-laki yang diperkirakan dimakamkan bersama Fu Hao untuk menjaganya di alam baka.

Peradaban Cina Kuno juga terkenal akan filsafat dan teknologinya. Dalam bidang filsafat, terdapat tiga filsuf terkenal, yaitu Lao Tse, Kong Hu Chu, dan Meng Tse. Ajaran filsafat ini mulai berkembang sejak Dinasti Han berkuasa. Sementara di bidang teknologi, peradaban Cina Kuno memberikan banyak kontribusi karena hasil peradaban tersebut dibawa menyebar keluar dari daratan Tiongkok di negeri-negeri lain. 

Tak jarang hasil peradaban Cina Kuno tersebut mengalami modifikasi dan pengembangan sehingga hasil peradaban tersebut semakin berkembang pesat. Beberapa hasil kebudayaan peradaban Cina Kuno yang membawa pengaruh besar bagi dunia adalah penggunaan kertas, tinta, dan mesin cetak yang berkembang pada masa kepemimpinan Kaisar Han Wu dari Dinasti Han. Selain itu, dari masa Zhao Zhang terdapat seni lukis, keramik Tiongkok, dan kain sutera.

Apa bukti bukti yang menunjukkan masyarakat Mahenjo Daro dan Harappa berupaya menciptakan lingkungan yang sehat?

Nah, Pahamifren, itulah pembahasan materi Sejarah Peminatan Kelas 10 tentang Peradaban Awal Dunia. Bagi Pahamifren yang ingin mendapatkan akses materi pelajaran SMA menarik lainnya, kamu bisa mengunduh aplikasi bimbingan belajar online Pahamify di link ini ya.

Khusus buat kamu yang lagi ngambis masuk PTN impian, kamu bisa mencoba fitur Live Class Pahamify dan latihan soal UTBK di fitur try out online gratis ini. Jangan lupa, cek juga informasi promo menarik dari Pahamify di sini https://pahamify.com/paket-belajar/ ya!

Referensi:

Penulis: Salman Hakim Darwadi