Yang diketahui tentang lahan gambut

Penulis: Nur Rochim

Kebakaran menjadi hal yang selalu diperbincangkan di Indonesia setiap tahunnya. Banyak sekali kawasan hutan khususnya lahan gambut yang menjadi korban dari kebakaran hutan. Lantas, mengapa selalu gambut? Mengapa gambut sulit untuk dipadamkan bila sudah terjadi kebakaran?

sumber foto: Energy World

Lahan gambut merupakan jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk, sehingga kandungan bahan organik di dalam gambut sangatlah tinggi. Kandungan tersebut tersimpan di dalam tanah, dan bisa mencapai kedalaman 4 meter. Fungsi ekologi lahan gambut sebagai pengatur air, carbon sink, serta melindungi dan menjadi penyangga lingkungan.

Kebakaran dapat terjadi bila telah memenuhi aspek segitiga api. Unsur dari segitiga api yaitu oksigen (O2), bahan bakar, dan sumber panas. Lahan gambut memiliki persediaan bahan organik yang tinggi dan biasanya di atas lahan gambut merupakan kawasan yang ditumbuhi oleh tumbuhan. Adanya bahan organik dan pasokan oksigen yang melimpah, membuat lahan gambut rawan terbakar.

Bila kebakaran sudah terjadi di lahan gambut, proses pemadamannya akan sangat sulit. Saat permukaan lahan gambut terbakar, api dapat merembet ke lapisan dalam lahan gambut, sehingga kebakaran menjadi sulit diketahui dan dapat menjalar ke area lain melalui bagian dalam lahan gambut.  Saat api padam pada wilayah permukaan, bagian dalam lahan gambut masih memiliki titik api, dikarenakan bahan organik di dalam lahan gambut yang melimpah.

Gambut memiliki peranan penting dalam menjaga ekosistem serta meminimalisir perubahan iklim. Gambut berperan penting dan aktif dalam penurunan emisi karbon, karena lahan gambut merupakan carbon sink yang baik. Oleh karenanya, penting untuk kita memahami lahan gambut dan manfaatnya untuk kelestarian lingkungan. Perlu adanya perencanaan yang baik dalam pengelolaan lahan gambut, serta upaya konservasi lahan gambut agar kelestariannya tidak terancam dan kehidupan di dunia menjadi lebih baik. Sekian dan terimakasih.

Refrensi

Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A.J.Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatra. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta

Hugron, Sandrine, Julie Bussières dan Line Rochefort. 2013. Tree plantations within the context of ecological restoration of peatlands: a practical guide, Peatland Ecology Research Group, Université Laval, Québec

//firecek.com/apa-itu-segitiga-api/ (Diakses: 25 September 2019, pukul 03.15 WIB)

//pantaugambut.id/pelajari/dampak-kerusakan-lahan-gambut/kebakaran-hutan (Diakses: 25 September 2019, pukul 03.17 WIB)

Penulis: KP3 Wetland

Pada umumnya, di tepian sungai terdapat berbagai jenis vegetasi yang disebut sebagai vegetasi riparian. Vegetasi riparian mungkin terdengar asing oleh orang awam. Padahal, ia berperan besar bagi manusia, hewan, dan ekosistem. Vegetasi riparian merupakan vegetasi yang tumbuh di tepian sungai yang memiliki ciri morfologi, fisiologi, dan reproduksi yang beradaptasi dengan lingkungan basah. Banyak tumbuhan riparian yang mampu beradaptasi terhadap banjir, pengendapan, abrasi fisik, dan patahnya batang akibat banjir. Vegetasi ini memiliki banyak fungsi antara lain menjaga kualitas air sungai, habitat kehidupan liar, mencegah erosi tepian sungai, dan mengatur pertumbuhan flora akuatik baik tingkat tinggi maupun tingkat rendah. Selain itu, vegetasi riparian juga merupakan habitat yang cocok bagi berbagai jenis fauna. Secara umum, kondisi vegetasi di daerah tepi danau dan sungai (riparian) masih memperlihatkan jenis-jenis yang masih alami yang terdiri dari pohon dan semak. read more

Penulis : Miftahulhuda

Pulau Jawa menyimpan banyak misteri, salah satunya dengan keberadaan ular naga (Dragon Snake) yang mendiami Pulau Jawa. Ular naga disini bukanlah ular yang bersayap seperti yang digambarkan dalam mitos ataupun diceritakan dalam how to train your dragon. Ular naga yang dimaksud adalah ular dari family Xenodermidae dengan nama spesies Xenodermus javanicus. Dari nama latin sudah bisa ditebak bahwa spesies ini endemik dari pulau jawa.

Sumber: //www.reptile-care.de/species/Serpentes/Xenodermatidae/Xenodermus-javanicus.html

Mengapa disebut dengan ular naga? Hal ini tidak lepas dari bentuk morfologi dari ular ini yang berbeda dengan ular lain pada umumnya dan juga mirip ataupun menyerupai naga meskipun tidak memiliki sayap dan tidak bisa menyemburkan api. Kulit dari ular ini lebih kasar dari ular lain dan hampir mirip kulit biawak serta di daerah dorsal atau punggungnya ada barisan sisik atau duri yang berjajar rapi sepanjang tubuhnya yang disebut tonjolan hemipenial. Ukuran tubuhnya relative kecil dengan kisaran panjang kurang lebih 50 cm dengan ukuran betina bisa lebih besar dibandingkan dengan ukuran jantan. read more

Penulis : Bilal Adijaya

Sumber: merubetiri.id

Meru Betiri merupakan nama yang diambil dari dua gunung yang ada pada kawasan ini; Gunung Meru (500 mdpl) dan Gunung Betiri (1223 mdpl). Taman Nasional Meru Betiri secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa timur. Taman nasional ini memiliki luas kawasan sekitar 52.626,04 hektare (Kabupaten Jember seluas 37.585 ha dan Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 ha). [1] Eksistensi TNMB didukung dengan keanekaragam ekosistem yang mencolok dan diversitas flora serta fauna yang tinggi. Setidaknya terdapat lima macam ekosistem dalam TNMB yaitu hutan hujan dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa, dan hutan rheopit. TNMB merupakan rumah bagi 449 jenis flora dan 325 fauna serta menjadi kawasan pelestarian flora dan fauna langka seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Macan Tutul (Panthera pardus), Banteng (Bos javanicus), Bunga Padmosari (Rafflesia zollingeriana), dan Penyu (Chelonioidea).[2] read more

Penulis: KP3 Burung

Sumber: Fariz Ardianto

Bulan September hingga bulan Maret adalah waktu dimana bumi bagian utara mengalami musim dingin. Pada bulan-bulan tersebut, burung di wilayah tersebut akan melakukan perjalanan panjang menuju daerah beriklim tropis —atau biasa disebut migrasi— untuk mencari makan dan tempat tinggal sementara dengan suhu yang hangat. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan akhir dari burung migran, dan daerah Yogyakarta menjadi tempat tinggal sementara dari burung migran. Beberapa jenis burung yang bermigrasi ke arah Indonesia adalah burung layang-layang asia (Hirundo rustica), jalak cina (Sturnus sturninus), cerek asia (Charadrius veredus), trinil pantai (Actitis hypoleucos), dan elang-alap cina (Accipiter soloensis). read more

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA