Tokoh tafsir terkenal yang berasal dari Andalusia adalah

Islam pernah berjaya 700 tahun lebih di Eropa, tepatnya di Andalusia (711 M-1492 M). Andalusia yang terletak di Semenanjung Liberia (Portugal dan Spanyol) di masa lalu merupakan sebuah wilayah yang dikuasai umat islam. Wilayah ini meliputi Granada, Cordoba, Murcia, Sevilla, Malaga, Almeria, Cadiz, Huelva, Jaen. Berbicara tentang Andalusia adalah berbicara tentang kejayaan islam di masa lalu, ketika berhasil menguasai salah satu bagian dari Eropa.

Kejayaan islam di Andalusia pada saat itu, memberikan sumbangsih yang sangat signifikan dalam  peradaban dan pemikiran Islam. Hal ini dibuktikan dengan kemajuan yang begitu pesat dalam bidang keilmuan, baik di  sains maupun agama. Banyak para filsuf dan ahli tafsir yang yang lahir dari kejayaan Islam di Andalusia.

Salah satu ahli tafsir yang lahir dari kejayaan islam Andalusia adalah Ibnu Athiyyah, seorang yang beraliran Ahlussunnah wal Jama’ah dan bermadzhab Maliki. Nama lengkapnya adalah Muhammad Abdul Haq bin Gholib Abd al-Rouf bin Tamam bin Athiyyah al-Muharibi. Ia lahir di Granada pada penghujung abad ke 5 atau 481 H. atau pada masa-masa awal pemerintahan Bani Murobbitin. Bani Murobbitin atau Dinasti Murobbitun adalah produk politik dalam sejarah islam Andalusia bersama Dinasti Muwahhidun.

Dalam perjalanan intelektualnya, Ibnu Athiyyah pernah berkunjung hampir ke semua wilayah yang ada di Andalusia pada saat itu, untuk belajar berbagai disiplin ilmu seperti fikih, hadis, qira’ah dan bahasa. Daerah-daerah penting yang pernah dikunjungi oleh Ibnu Athiyyah dalam perjalanan intelektualnya adalah Cordoba, Murcia, Valencia dan Sevilla. Ibnu Athiyyah juga seorang pemuka dalam madzhab fiqh maliki pada saat itu, dan pernah menjabat sebagai seorang qodhi di daerah Almeria Andalusia.

Al-Muharrar al-Wajiz fi at-Tafsir al-Kitab al-Wajiz, adalah kitab tafsir yang menjadi salah satu rujukan kelompok Aswaja dalam kajian tafsir. Kitab tafsir ini ditulis oleh Ibnu Athiyyah pada masa pemerintahan Dinasti Murobbitun.

Latar belakang menulis tafsir ini adalah keinginan Ibnu Athiyyah untuk menulis sebuah kitab yang memiliki validitas tinggi, singkat namun sarat makna. Maka ketika kita mencoba untuk membaca tafsir karya Ibnu Athiyyah ini, kita akan disajikan dengan gaya bahasa dan penjelasan yang sangat singkat dan padat namun penuh dengan data yang valid.

Tafsir karya Ibnu Athiyyah ini terkenal sebagai tafsir yang beraliran bi al ma’tsur, atau tafsir yang berdasarkan riwayat dari Al-Quran dan hadis. Tetapi pada dasarnya tafsir Karya Ibnu Athiyyah ini, memadukan dua basis penafsiran. Yaitu basis al-atsar dan basis al-ra’yi. Basis al-atsar bisa dilihat dalam berbagai sumber riwayat yang ada dalam kitab ini. Yang menyebutkan beberapa riwayat dari Nabi, Sahabat maupun Tabi’in yang menyebut lengkap dengan sanadnya ataupun yang tanpa sanad.

Adapun basis al-ra’yi, nampak dalam ekslporasi yang dilakukan Ibnu Athiyyah terhadap makna ayat-ayat dengan mengambil dasar dan penguat dari syair-syair. Kemudian terhadap persoalan sintaksis Al-Quran, terutama pada sisi gramatikal atau nahwiyah dan elaborasinya tentang keseluruhan qiraat yang ditemukan dalam ayat-ayat yang tergolong syadz, hingga persoalan fiqhiyyah yang banyak mengambil pemikiran fikih maliki.

Beberapa kitab tafsir dijadikan sumber rujukan Ibnu Athiyyah dalam menulis kitab tafsirnya, di antaranya adalah Jami’ al Bayan fi Tafsir al-Qur’an kaya Ibnu Jarir at-Thobari, Tafsir Syifa’ as-Sudur karya al-Naqqas (pakar qira’at asal Irak), Tafsir at-Tahsil li Fawaid Kitab at-Tafsil al-Jami’ li Ulum at-Tanzil karya Al-Mahdawi, Tafsir al-Hidayah ila Bulug an-Nihayah karya Abu Muhammad al-Qaisi, dan yang terakhir adalah kitab tafsir karya Makki Ibn Abu Tholib.

Ibnu Athiyyah yang merupakan seorang Mu’awwil al-Asy’ari (orang yang suka menakwil ayat dan berpaham Asy’ari), kitab tafsirnya menjadi sumber yang sangat signifikan terhadap beberapa tafsir yang muncul di kawasan barat islam dan Andalusia. Seperti tafsir al-Bahr al-Muhith karya Ibnu Hayyan, Tafsir Jami’ al-Ahkam karya Imam Qurtubi, dan Jawahir al-Hisan fi Tafsir al-Qur’an karya as-Sa’alabi di Maghrib (Maroko).

Muncul dari dunia Islam di barat yaitu granada, Ibnu Athiyyah mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kajian tafsir di dunia. Hal ini dibuktikan dengan adanya karya-karya tafsir yang muncul dan menjadikan kitab tafsir karya Ibnu Athiyyah sebagai rujukannya. Sebagai tafsir yang berhalauan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, kita perlu untuk mempelajarinya untuk menambah wawasan dalam beragama, khususnya dalam kajian tafsir di dunia internasional.

Banyak ulama yang memuji bahwa tafsir karya Ibnu Athiyyah ini. Kitab ini merupakan tafsir yang mempunyai eksplorasi yang mendalam dalam hal bahasa dan gramatikalnya serta informasinya yang ensiklopedis tentang ragam qira’at. Ibnu Athiyyah meninggal pada 15 Ramadhan di daerah Luraqah Andalusia pada tahun 542 H.

Wallahu A’lam.

tirto.id - Daftar tokoh pada masa kejayaan Islam beserta hasil karyanya tercatat dalam sejarah, mulai dari ahli filsafat Al Farabi sampai dengan pakar kedokteran Ibnu Sina.

Dalam sejarah masa kejayaan Islam, sejak era Kekhalifahan Rasyidin hingga Kesultanan Utsmaniyah, muncul tokoh-tokoh muslim yang amat berpengaruh dan menghasilkan karya atau penemuan di masing-masing bidang keilmuannya.

Berbagai cabang ilmu pengetahuan dari peradaban Yunani Kuno diterjemahkan dengan masif. Selain itu, para ilmuwan muslim juga gencar menulis buku dan karya-karya ilmiah atau berupa penemuan.

Dilansir NU Online, perpustakaan dibangun di mana-mana. Misalnya di masa Dinasti Abbasiyah, perpustakaan dan masjid dijadikan pusat pendidikan umat Islam. Para pelajar dan ilmuwan melakukan kajian dan debat ilmiah di masjid dan perpustakaan-perpustakaan.

Selain perpustakaan, institusi pendidikan juga tumbuh subur. Bahkan, tiga universitas tertua di dunia berdiri di masa kejayaan Islam yang terus langgeng hingga sekarang, yaitu Universitas Al-Karaouine di Maroko, Universitas Al-Azhar di Mesir, dan Universitas Nizamiyya di Bagdad.

Tokoh tafsir terkenal yang berasal dari Andalusia adalah

Baca juga:

  • Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Dinasti Umayyah
  • Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Dinasti Abbasiyah
  • Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya

Berkat pendidikan dan situasi keilmuwan di masa kejayaan Islam, lahirlah sejumlah tokoh-tokoh dan ilmuwan muslim yang namanya terus dikenang hingga sekarang.

Tokoh tafsir terkenal yang berasal dari Andalusia adalah

8 Tokoh pada masa kejayaan Islam beserta hasil karyanya

Dalam uraian "Masa Kejayaan Islam yang Dinantikan Kembali" yang diterbitkan Universitas Terbuka, dituliskan sejumlah tokoh-tokoh muslim berpengaruh berikut ini:

1. AI-Kindi (188‒260 H)

Al-Kindi bernama lengkap Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah (sekarang salah satu kota di Irak) tahun 188 Hijriah dan wafat di Bagdad pada 260 H. Berkat kontribusinya di bidang filsafat, Al-Kindi tersohor dengan julukan filsuf Arab.

Selama masa hidupnya, Al-Kindi terbilang ilmuwan yang produktif. Ia menulis banyak karya di banyak sejumlah disiplin ilmu, mencakup metafisika, etika, logika, psikologi, farmakologi, matematika, astrologi, optik, dan lain sebagainya.

Di antara buku-buku terkenal karangan Al-Kindi adalah Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-Dakhilat wa Al-Masa’il Al-Manthiqiyyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabi’iyyah, Kitab fi An-Nahu La Tanalu Al-Falsafah Illa Bi ‘ilm Al-Riyadhiyyah, dan lain sebagainya.

2. Al-Farabi (258‒339 H)

Al-Farabi bernama lengkap Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, lahir di Farab, Transoxiana (Asia Tengah) pada 258 H dan wafat di Damaskus, Suriah, pada tahun 339 H.

Sejak kecil, Al-Farabi dianggap sebagai sosok berbakat istimewa. Ia menguasai banyak bahasa, dengan konsentrasi Arab, Persia, Turki, dan Kurdi.

Di bidang filsafat, kontribusi pentingnya adalah dengan menggabungkan filsafat Yunani dan filsafat Islam. Ia juga amat ahli di bidang matematika, pengobatan, musik, agama, dan lain sebagainya.

Saking ahlinya di bidang filsafat, ia mendapat julukan guru kedua, setelah Aristoteles yang disebut guru pertama. Di antara karya-karya Al-Farabi yang terkenal adalah Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi Aghradhiha, dan lain sebagainya.

3. Ibnu Haitsam (354-430 H)

Ibnu Haitsam bernama asli Abu Ali Muhammad Al-Hasan bin Al-Haitsam lahir di Basrah (Irak) pada 354 H dan meninggal dunia pada 430 H.

Hingga sekarang, Ibnu Haitsam dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Di Barat, ia dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitsam menjelaskan bagaimana cara kerja optik mata manusia dalam menangkap gambar secara detail. Analisisnya mengenai cara kerja mata dan pengobatannya masih dipelajari hingga saat ini.

Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Buku Optik) yang hingga kini diakui sebagai rujukan ilmu optik di banyak universitas di dunia.

4. Ibnu Sina (370-428 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H dan wafat pada 428 H di Hamazan (kemungkinan berada di wilayah Persia atau Iran).

Ibnu Sina menguasai bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia menjadi amat terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur.

Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal berjudul Al-Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia tentang ilmu kedokteran. Ibnu Sina berhasil mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab.

Karya-karyanya tentang kedokteran menjadi referensi penting disiplin kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari abad ke-12 hingga 17 M).

5. Al-Ghazali (450-505 H)

Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia bernama asli Abu Hamid al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan teolog terkenal di abad pertengahan. Di Barat, ia dikenal dengan sebutan Algazel.

Al-Ghazali memperoleh pendidikan di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami teologi Islam dan tasawuf. Berkat pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya memimpin Universitas Nizamiyya di Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya.

Bukunya yang berjudul Ihya Ulumuddin, Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya terus dipelajari di berbagai belahan dunia hingga sekarang.

6. Ibnu Rusyd (520-595 H)

Ibnu Rusyd bernama lengkap Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di Spanyol (Andalusia) pada 520 H dan wafat di Maroko pada tahun 595 H.

Ibnu Rusyd menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi, kedokteran, dan filsafat.

Karya-karyanya yang terkenal adalah Kitab Bidayat Al-Mujtahid, Kuliyat Fi At-Tib, Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat, dan lain sebagainya.

Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu filsafat.

7. Jabir Al-Hayyan (721-815 H)

Jabir Al-Hayyan bernama asli Abu Musa Jabir bin Hayyan. Ia disebut sebagai ilmuwanmuslim pertama yang mengenalkan ilmu kimia. Hingga sekarang, ia diakui sebagai Bapak Kimia Bangsa Arab.

Jabir lahir di Kufah, Irak, pada 721 dan wafat pada 815 H. Ia memperoleh pendidikan dari Khalid bin Yazid bin Muawiyah dan Jakfar Shadiq, serta Barmaki Vizier di Bagdad.

Di antara kontribusi Jabir adalah ia mengembangkan secara ilmiah dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi dan reduksi kimia. Ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi, peleburan, dan kristalisasi.

Beberapa buku hasil karangannya masih menjadi rujukan hingga sekarang mencakup Kitab At-Tajmi', Az-Zi’baq As-Syarqi, Kitab Ar-Rahmah, dan lain sebagainya.

8. Ibn Khaldun (1332-1406)

Tokoh pada masa kejayaan Islam selanjutnya adalah Ibnu Khaldun, yang adalah ilmuwan Islam yang dikenal sebagai sejarawan dan Bapak Sosiologi. Selain itu, ia dikenal sebagai Bapak Ekonomi Islam karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh dikemukakan sebelum Adam Smith dan David Ricardo.

Dikutip Nu Online, Ibn Khaldun terlahir dengan nama 'Abd al-Rahman bin Muhammad bin Muhammad al-Hassan bin Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin 'Abd al-Rahman bin Khaldun, pada Ramadhan 732 H/1332 M.

Sejak kecil Ibn Khaldun menjadi seorang pembelajar, petualang yang haus ilmu dengan mencari banyak guru. Hingga, pada 748 H terjadi wabah sampar yang merenggut nyawa warga-warga Tunisia dan beberapa gurunya. Apalagi, gurunya al-Abili meninggalkan Tunisia untuk bergabung dengan Abu 'Inan di Fez. Ibn Khaldun berada di puncak kebimbangan, antara tetap sebagai penasihat Raja, atau mengejar ilmu untuk belajar dari Sang Guru.

Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi di antaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).

Karya-karya Ibn Khaldun berada di pinggiran (marginal) dalam struktur ilmu sosial modern. Bukan berarti diabaikan, namun belum mendapatkan tempat pada perbincangan karya-karya ilmuan Eropa, semisal Marx, Weber, Durkheim, dan ilmuan sosiologi dan disiplin ilmu sosial lainnya.

Karya-karya Ibn Khaldun juga memiliki kontribusi signifikan untuk ilmu sosial, yakni perkembangan argumen-argumen alternatif untuk aplikasi pada topik-topik lama dalam kajian Islam, (2) Perkembangan sosiologi Khaldunian dalam konteks ilmu sosial modern.

Baca juga:

  • Sejarah Kerajaan Aceh: Sebab Runtuhnya Kesultanan & Silsilah Raja
  • Sejarah Runtuhnya Kesultanan Mataram Islam & Daftar Raja-raja
  • Sejarah Kesultanan Tidore: Pendiri, Kejayaan, & Daftar Raja-Sultan

Baca juga artikel terkait ILMUWAN ISLAM atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/isw)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates