Suara gending gamelan yang diterapkan atau dimainkan oleh piano disebut dengan musik kontemporer

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 15 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 19 to 23 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 33 to 36 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 40 to 43 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 47 to 54 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 58 to 66 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 74 to 96 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 101 to 105 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 110 to 113 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 119 to 128 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Page 134 is not shown in this preview.

"SEKILAS MUSIK KONTEMPORER 

DI INDONESIA"

by: Michael Gunadi Widjaja


Suara gending gamelan yang diterapkan atau dimainkan oleh piano disebut dengan musik kontemporer

Jika seseorang ditanya tentang jenis musik yang diketahuinya, hampir dapat dipastikan dia akan menyebut jenis-jenis musik seperti: Pop, Jazz, Klasik, Dang dut, dan Keroncong. Pendek kata, jenis musik yang memang akrab menjadi perbincangan masyarakat umum. Jarang orang menyebut jenis Musik Kontemporer. Dan memang begitulah keberadaan Musik Kontemporer: memiliki kesejatian namun seolah “mengambil jarak” dari hiruk pikuk kesemestaan musik, khususnya Musik Industri.

Musik Kontemporer sebetulnya adalah musik yang con tempo(rary). Keberadaannya berpaut erat dengan mengalirnya waktu atau tempo. Itulah mengapa Musik Kontemporer sering juga disebut Musik Garda Depan (avantgarde), karena musik tersebut senantiasa mengedepani sebuah era. Musik kontemporer lazim juga menyandang sebutan new musik atau Musik Baru (namun bukan genre musik new age). Dikarenakan sebagai konsekuensi keberadaannya yang senantiasa mengedepani sebuah era, Musik Kontemporer “dituntut” untuk menghadirkan sesuatu yang baru.

Beberapa orang sering menganggap bahwa Musik Kontemporer adalah produk dari modernisasi atau salah satu pengejawantahan era modern. Sebetulnya, nilai kekontemporeran dalam musik sudah dikenal sejak jaman Johann Sebastian Bach. Pada jamannya, musik Bach sudah dianggap sebagai Musik Kontemporer. Komposisi musik Bach yang bagai air mengalir tanpa jeda, ditambah gaya kontrapung (alur bass dan melodi saling kontra membentuk aliran harmoni, merupakan sebuah komposisi yang jauh melampaui kelaziman saat itu. Untuk Musik Kontemporer sebagai sebuah genre musik yang mandiri, keberadaannya mulai marak setelah berakhirnya Perang Dunia II. 

Suara gending gamelan yang diterapkan atau dimainkan oleh piano disebut dengan musik kontemporer

Dipelopori oleh Arnold Schoenberg dengan tangganada duodekatonik atau 12 nada. Tangga nada yang umum dikenal adalah diatonik, terdiri dari 7 nada: do re mi fa so la ti. Juga musik dengan teknik garapan yang menggunakan idiom dan tata gramatika matematika dari Pierre Boulez. Olivier Messiaen dengan teknik garapan musik berupa perbandingan geometri bangunan. Kemudian musik perkusi dari John Cage dan banyak lagi pemusik yang merupakan pelopor Musik Kontemporer di dunia. Untuk kawasan Asia, harus disebut nama Nam June Paik dari Korea.

JUDUL MUSIK KONTEMPORER

Musik Kontemporer, dapat dikenali dengan beberapa ciri yang hampir senantiasa melekat dalam kehadirannya. Judul karya Musik Kontemporer lazim menggunakan judul yang aneh dan bahkan asing, seperti misalnya: Gymnopedie, Liturgi Kristal, dan Telemusik. Dan ada juga yang menggunakan bahasa yang sudah tidak lazim, seperti judul karya Steve Reich "Tehilin".

Steve Reich "Different Trains" 


Steve Reich "The City Life", Part 1 - "Check It Out"


TEMA MUSIK KONTEMPORER

Dalam musik yang lazim dikenal, tema yang diangkat umumnya berkisar pada cinta, duka, gembira. Musik Kontemporer mengusung tema yang seringkali “baru”. Misalnya “Tetabuhan Sungut” karya Slamet Abdul Syukur, yang mengusung tema eksplorasi kemampuan bunyi mulut manusia.

Slamet Abdul Sjukur "The Source"

INSTRUMENTASI  DAN PARTITUR MUSIK KONTEMPORER

Dalam Musik Kontemporer, bukan hanya instrumen musik yang lazim dikenal saja, melainkan juga digunakan benda-benda yang menghasilkan bunyi. Misalnya generator gelombang bunyi dalam karya Stockhausen, musik dari tepukan tangan karya Steve Reich, dan piano yang disumbat dengan sekrup dan benda-benda logam “Prepared Piano” karya John Cage.

Suara gending gamelan yang diterapkan atau dimainkan oleh piano disebut dengan musik kontemporer

John Cage "Prepared Piano"

Source: deviantArt by toroscan

Untuk Musik Kontemporer, notasi balok dan/atau angka, tidaklah cukup. Konsep musik dalam Musik Kontemporer seringkali harus disertai petunjuk yang detail tentang gambaran bunyi dan cara memproduksi bunyi tersebut. Itulah mengapa dalam ranah Musik Kontemporer dikenal pula notasi auditif dan notasi tindakan.

TEKNIK GARAPAN/KOMPOSISI MUSIK KONTEMPORER

Seringkali, komponis Musik Kontemporer membuat sendiri tata gramatika dan idiom musiknya. Juga susunan dan struktur harmoni yangt baru. Ide garapan dapat saja menggunakan idiom dan tata gtramatik Musik Tradisi. Atau juga perhitungan nilai matematis dan dapat pula rasio atau perbandingan sebuah struktur rancangan bangunan.

Suara gending gamelan yang diterapkan atau dimainkan oleh piano disebut dengan musik kontemporer

Partitura auditif dari musik karya Stockhausen

Keberadaan Musik Kontemporer di Indonesia dapat dirunut setelah berakhirnya perang kemerdekaan. Meskipun pada era perang kemerdekaan, komponis sekaligus pianis Amir Pasaribu telah merevitalisasi lagu-lagu tradisional Indonesia untuk keperluan permainan solo piano klasik. Secara umum, menurut kajian Prof Dieter Mack - komposer, pianis, dan pakar tentang budaya Musik Indonesia dari Universitas Freiburg Jerman, keberadaan musik kontemporer di Indonesia dapat dibagi menjadi: 

1. Musik Kontemporer dalam idiom tradisi barat 

Termasuk dalam kategori ini adalah komponis Amir Pasaribu, Dua Srikandi piano: Trisutji Kamal dan Marusya Nainggolan Abdullah. Materi garapannya dapat berupa Musik Tradisional. Namun teknik garapannya memakai prinsip-prinsip yang lazim di kenal pada Musik Barat. Misalnya: nuansa gendhing gamelan Jawa yang ditranskripsikan ke dalam piano. Sudah tentu, masalah laras dan alur musiknya bukan lagi pelog, slendro, ataupun ladrang. Melainkan misalnya mengambil bentuk sonata, prelude, dan semacamnya.


2. Musik Kontemporer yang bersumber dari unsur etnik 

Kategori ini dimotori oleh nama-nama seperti: A.W. Sutrisna, Rahayu Supanggah, Wayan Sadra, Dody Satya Ekagust Diman – seorang komponis muda yang banyak mendapat pujian di Jerman. Karya dalam kategori ini dapatlah dikatakan sebuah revitalisasi Musik Tradisi. Misalnya Degung Sunda yang diberi “baju” baru. Berupa cara menabuh dengan teknik baru misalnya dengan sendok makan, cara memetik kecapi dengan menggunakan gesekan kuku jari. Tata gramatik musikpun mendapat pakem baru. Misalnya perubahan fungsi tiap instrumen. Juga kemungkinan peran sebagai solis pada tiap instrumen. Degung klasik yang murni adalah sebuah ensemble permainan musik bersama.

3. Musik baru yang berlatar belakang budaya Indonesia dan budaya Barat 

Komponis terkemuka dalam kategori ini adalah: Slamet Abdul Sjukur, Alm. Sapto Ragardjo, Alm. Ben Pasaribu, Tony Prabowo, dan Otto Sidharta. Ciri garapan kategori ini adalah mixed culture - percampuran dua macam budaya. Misalnya karya Slamet Abdul Sjukur yang berjudul “Tetabuhan Sungut” adalah sebuah canon vocal, namun strukturnya mengambil teknik garapan gendhing.

Suara gending gamelan yang diterapkan atau dimainkan oleh piano disebut dengan musik kontemporer

Slamet Abdul Sjukur

Para komponis Musik Kontemporer di Indonesia, membentuk sebuah forum komunikasi yang disebut Asosiasi Komponis Indonesia (AKI). Kiprah Indonesia di forum Musik Kontemporer dunia sebetulnya dapat dikatakan lumayan. Mas Slamet Abdul Sjukur termasuk komponis papan atas internasional, begitu juga dengan Tony Prabowo dan Dody Satya Ekagust Diman. Dalam Liga Komponis Asia Pasifik pun Indonesia senantiasa berkiprah. Saya sendiri pernah mewakili Indonesia bersama Dody Satya Ekagust Diman dalam “The 20th Asia Pacific Composer League Festival and Conference” pada tahun 1999. Pendidikan para komponis muda dalam Musik Kontemporer pun masih tetap intens dilakukan. Salah satu hasil dari pendidikan tersebut adalah lahirnya sebuah kelompok yang menamakan diri The Circle” - sebuah kelompok beranggotakan 9 komponis Musik Kontemporer. Mereka tergolong komponis belia. Pada 22 Januari 2011, mereka menggelar konser di Komunitas Salihara Jakarta. Konsernya berjudul PHI, ditampilkan 11 komposisi Musik Kontemporer untuk piano, alat tiup, dan alat elektronik.

Suara gending gamelan yang diterapkan atau dimainkan oleh piano disebut dengan musik kontemporer

Para komponis muda dalam The Circle

sumber: flickr

Musik Kontemporer di Indonesia sebetulnya dapat menjadi sebuah alternatif yang menyejukkan. Saat industri musik mulai menancapkan taring dan kukunya. Hingga selera dan tata estetis musikal masyarakat benar-benar didikte dan dijajah kepentingan industri. Saat musik sudah begitu banyak dimuati unsur-unsur yang membuat musik kehilangan kesejatiannya. Saat musik menjadi kendaraan tunggangan pesan politis yang seringkali mengada-ada. Musik Kontemporer masih menyisakan kemurnian, bahwa musik adalah sublimasi terdalam dalam karsa manusia. Terwujud dalam karya yang merupakan ungkapan KEMURNIAN RASA, bukan melulu tentang cinta yang cengeng, namun kata hati dari lubuk yang paling dalam.