Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Pewarna batik merupakan salah satu faktor penting yang dapat menunjang kualitas sebuah batik. Sebab selain dipengaruhi oleh tingkat kerumitan motifnya, keindahan sebuah kain batik  juga sangat bergantung oleh komposisi warna penyusunnya. Jika zat warna batik dulu biasa dibuat dari bahan alami sekarang pewarna batik lebih banyak yang dibuat dari zat sintetis.

Pengertian Pewarna Batik

Pewarna batik dapat didefinisikan sebagai suatu zat warna tekstil yang biasa digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan maupun coletan, sehingga diperoleh warna yang sifatnya dapat dikatakan kekal. Proses pencelupan sendiri menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan kualitas warna batik.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, proses pewarnaan batik sebaiknya selalu dikerjakan pada suhu kamar supaya tidak merusak lilin sebagai perintang warnanya. Suhu pencelupan yang tinggi dapat melelehkan malam (lilin batik) dan menyebabkan warna akan masuk terserap ke perintang warna.

Berdasarkan sumber atau asalnya zat pewarna batik dapat dibagi menjadi dua golongan yakni berupa pewarna alami yang didapat dari tumbuh-tumbuah dan pewarna sintetis yang didapat dari reaksi sejumlah zat kimia.

Pewarna Alami

Pewarna alami (natural dyes) merupakan jenis zat warna yang diperoleh dari alam baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan pewarna alami untuk bahan tekstil ini umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti daun, buah, kulit kayu, kayu, akar, biji dan bunga.

Beberapa jenis tanaman penghasil warna yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pewarna alami pada proses pembuatan batik diantaranya berupa kunyit, tanaman indigofera, jalawe, teh, secang, bawang merah, kelapa, serta tanaman tingi, jambal dan tegeran.

1. Tanaman Kunyit

Dikenal sebagai salah satu tanaman obat sekaligus bumbu dapur, kunyit (Curcuma domestica val) sebenarnya juga dapat dimanfaatkan untuk mewarnai kain batik. Bagian tanaman yang diambil adalah rimpang dan umbi akar yang menghasilkan warna kuning.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://www.go-dok.com/

Untuk menghasilkannya variasi warna yang berbeda kunyit ini bisa juga dikombinasikan dengan tanaman lain.

  • Jika kunyit dicampur dengan buah jarak dan jeruk akan menghasilkan pewarna alami berwarna hijau tua.
  • Jika kunyit dicampurkan dengan tarum atau indigo, kunyit akan menghasilkan warna hijau muda.

2. Tanaman Indigofera

Indigo (Indigofera tinctoria) termasuk ke dalam jenis tanaman perdu yang diambil bagian daun dan rantingnya untuk menghasilkan warna biru. Tanaman ini ketika tumbuh biasanya akan membentuk semak-semak dan berkembang biak melalui sistem generatif dari bijinya.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://www.astrogle.com/

Warna biru yang dihasilkan dari tanaman indigo umumnya akan cenderung bersifat lebih natural dan cerah walaupun aplikasinya tidak selalu konsisten atau merata. Dibalik ketidaksempurnaan warnanya itulah justru anda akan menemukan nilai seni yang berbeda dari warna lainnya.

3. Jalawe

Kulit buah jalawe (Terminalia bellirica) merupakan jenis bahan pewarna alam untuk batik yang populer di kalangan pembuat batik warna alam. Warna kain yang dihasilkan dari proses pencelupan rebusan jalawe yaitu berupa warna hijau kecoklatan. Selain dimandaatkan sebagai bahan pewarna, jalawe ini juga menjadi bahan jamu tradisional.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : http://amiafiyati.blogspot.co.id/

4. Tanaman Teh

Teh (Camelia sinensis) merupakan bahan baku minuman penyegar yang sudah dikenal luas seluruh dunia. Selain dimanfaatkan untuk membuat minuman, bagian daun teh yang sudah tua bisa juga dimanfaatkan untuk pewarna alami batik. Bagian daun teh ini jika diolah akan menghasilkan warna cokelat pada kain.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://www.indiamart.com/

5. Secang

Secang (Caesaslpinia sapapan lin) termasuk tanaman yang dikenal luas di Indonesia sebagai negara penghasil rempah. Sebagai bahan pewarna secang ini bagian kayunya dapat diekstrak untuk menghasilkan warna merah. Warna merah tersebut diperoleh dari proses oksidasi dalam pencelupan larutan berwarna kuning sebelumnya.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://www.tokopedia.com/

6. Bawang Merah

Bawang merah (Allium ascalonicium L) yang biasa dipakai sebagai bumbu masak pada dasarnya juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna batik. Bahan yang diambil adalah bagian kulit yang menghasilkan warna jingga kecoklatan.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://satujam.com/

7. Kelapa

Tanaman kelapa (Cocos nucifera) banyak tumbuh dan dibudidayakan oleh sebagaian besar patani di daerah tropis. Bagian tanaman kelapa yang biasa dijadikan sebagai bahan pewarna batik salah satunya yaitu kulit buah terluarnya yang berserabut (sabut kelapa). Warna yang dihasilkan yaitu berupa krem kecoklatan.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : http://www.trubus-online.co.id/

8. Tegeran, Tingi, dan Jambal

Tanaman tegeran (Cudrania javanensis), tingi (Ceriops condolleana) dan jambal (Pelthopherum pterocarpum) merupakan tiga jenis tumbuhan yang dapat diambil kulit dan kayunya kemudian dicampur menjadi satu untuk menghasilkan warna soga pada kain batik.

a. Tanaman Tegeran

Tanaman tegeran biasa dikenal sebagai tanaman perdu berduri yang bisa menghasilkan warna kuning untuk bahan pewarna alami batik. Tanaman ini biasanya bisa dengan mudah ditemui di wilayah Jawa, Madura, Kalimantan dan Sulawesi.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : http://zatwarnaalami.blogspot.co.id/

b. Tanaman Tingi

Tanaman tingi hampir sama dengan tegeran, namun bedanya tanaman ini memiliki jenis daun majemuk yang bergerombol di ujung cabang. Tanaman tegeran dapat menghasilkan warna merah gelap atau kecoklatan untuk bahan pewarna alami kain batik.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : http://zatwarnaalami.blogspot.co.id/

c. Tanaman Jambal

Tanaman jambal yang biasa dikenal sebagai Yellow Flamboyant termasuk ke dalam jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pewarna alami batik. Tanaman ini dapat tumbuh lebih tinggi dari tegeran dan tingi, bahkan bisa mencapai 25 meter.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : http://zatwarnaalami.blogspot.co.id/

9. Tanaman Mengkudu

Dikenal sebagai tanaman obat tradisional yang diambil dari manfaat buah mengkudu, akar tanaman ini ternyata juga mempunyai manfaat lain sebagai bahan pewarna alami batik. Warna batik yang didapat dari ekstrak akar mengkudu umumnya berupa merah tua atau merah kecoklatan.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://id.pinterest.com/

10. Kulit Buah Manggis

Buah manggis menjadi salah satu buah yang paling dicari karena memiliki daging buah yang enak dan sangat segar. Selain diambil daging buahnya, kulit dari buah manggis sebenarnya juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan juga sebagai bahan pewarna alami kain batik.

Kulit buah manggis dapat menghasilkan warna merah keunguan, merah, dan juga biru. Cara untuk membuatnya adalah dengan menumbuk kulit buah manggis hingga halus. Lalu rendam dengan larutan etanol (salah satu jenis alcohol). Setelah itu dikeringkan sebelum siap untuk dijadikan sebagai bahan pewarna alami kain batik.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://www.faunadanflora.com/

Pewarna alami batik umumnya memiliki konsentrasi dan stabilitas pigmen warna yang rendah, keseragaman warna kurang baik dan spectrum warnanya tidak seluas pewarna sintetik. Supaya bahan pewarna alami tersebut dapat menempel kuat pada kain, proses pewarnaan batik juga harus dibantu dengan fiksasi.

Beberapa bahan fiksasi yang dapat digunakan untuk memperkuat warna batik yaitu:

  • Kapur untuk menghasilkan warna yang muda atau terang.
  • Tawas untuk memperoleh warna dasar atau asalnya.
  • Tunjung agar menghasilkan warna yang lebih tua.

Batik pewarna alami yang memiliki karakteristik unik dan eksklusif ini umumnya cenderung cepat memudar jika dicuci dengan detergen biasa. Oleh karena itulah untuk mempertahankan keaslian warna batik anda bisa mencucinya dengan pembersih alami dari buah lerak yang dapat difungsikan sebagai deterjen tradisional.

Pewarna Sintetis

Pewarna sintetis (synthetic dyes) merupakan jenis zat warna yang dibuat menurut reaksi-reaksi kimia tertentu sehingga sifatnya lebih stabil dan dan mudah digunakan. Pewarna sintetis untuk kain tekstil sebenarnya lumayan banyak, namun hanya beberapa yang dapat digunakan sebagai pewarna batik.

Beberapa bahan pewarna sintetis yang biasa digunakan untuk pencelupan pada proses pembuatan batik diantaranya berupa napthol, zat warna indigosol, zat warna remasol, zat warna rapid, dan zat warna direk.

1. Zat Warna Napthol

Zat warna napthol termasuk ke dalam jenis zat warna yang terdiri atas dua unsur yaitu napthol AS (nama diawali AS-...) sebagai dasar warna dan garam diazonium sebagai pembangkit warna. Zat warna napthol pada dasarnya tidak larut dalam air, sehingga diperlukan zat pembantu kostik soda untuk melarutkannya.

Pada proses pembuatan batik, pencelupan naphtol sendiri biasa dikerjakan dalam dua tahap.

Tahap pertama yakni pencelupan dengan naphtolnya sendiri. Pada proses pertama ini belum menghasilkan warna apapun. Napthol yang banyak dipakai dalam pembatikan diantaranya Naptol AS, Naptol AS-G, Naptol AS-BO, Naptol AS-D, Naptol AS-LB, Naptol AS-OL, Naptol AS-BR, Naptol AS-BS.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://fitinline.com/

Tahap kedua merupakan tahap membangkitkan warna. Pada proses ini warna napthol dibangkitkan dengan garam diazonium untuk memunculkan warna yang diinginkan.

Garam diazonium yang banyak dipakai dalam pembatikan diantaranya Garam Biru B, Garam Biru BB, Garam Bordo GP, Garam Hitam B, Garam Kuning GC, Garam Violet B, Garam Merah B, Garam Orange GC, Garam Scarlet R, Garam Merah GG, Garam Merah 3 GL.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://fitinline.com/

Contoh pewarnaan 1 meter kain batik dengan zat warna napthol secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.
Larutan Napthol
Napthol : 3 - 5 gram
Coustik soda : 15 - 25 gram
TRO : 15 - 25 gram
Air Panas : 1 liter
Larutan Garam Diazonium
Garam diazonium : 6 -10 gram
Air dingin : 2 liter

Cara Penggunaan Napthol

1. Basahi kain dengan menggunakan air dingin lalu tiriskan.
2. Masukkan kain ke dalam larutan napthol supaya larutan pewarna meresap kedalam serat kain kemudian tiriskan.
3. Masukkan kain ke dalam larutan garam diazonium lalu ratakan hingga larutan meresap sampai serat kain.
4. Cuci kain dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa warna yang tidak meresap ke dalam serat kain.
5. Ulangi langkah 2 dan 3 agar warna lebih mantap.
6. Bilas kembali kain yang telah dicelup ulang hingga bersih.

Pewarnaan batik dengan menggunakan zat warna napthol dapat menghasilkan warna-warna tua. Dimana tingkat tua atau muda warna yang ditampilkan sangat tergantung pada banyaknya naphtol yang diserap oleh serat.

2. Zat Warna Indigosol

Zat warna indigosol tergolong ke dalam jenis zat warna bejana yang larut dalam air, zat warna ini merupakan suatu larutan berwarna jernih. Penggunaannya harus dicampur bersama sejumlah bahan lain seperti TRO, Nitrit dan HCL. Asam sulfat atau asam keras juga diperlukan untuk membangkitkan warna Indigosol.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : http://fitinline.com/

Zat warna indigosol bisa dibilang sebagai salah satu zat yang memiliki ketahanan luntur yang baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini biasanya dapat digunakan pada pewarnaan batik dengan teknik colet. Warna yang ditimbulkan dari zat warna indigosol ini adalah cenderung menghasilkan warna-warna lembut atau warna pastel.

Kelebihan kain batik yang dibuat dengan zat pewarna sintetis indigosol yaitu mempunyai kekuatan warna lebih kuat, lebih stabil, lebih murah dan mudah didapat. Kekurangannya yaitu pengolahan limbah yang dihasilkan dari proses pewarnaan batik cenderung lebih rumit.

3. Zat Warna Remasol

Zat warna remasol merupakan jenis zat warna sintetis yang biasa digunakan pada teknik pewarnaan batik dengan teknik colet maupun teknik celup. Zat warna remasol ini secara umum bersifat larut dalam air, mempunyai warna yang briliant dengan ketahanan luntur yang baik, serta memiliki daya afinitas yang rendah. Untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik dapat diatasi dengan cara kuwasan.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : http://fitinline.com/

4. Zat Warna Rapid

Zat warna rapid merupakan jenis zat warna sintetis yang diperoleh dari campuran naphtol dan garam diazonium yang distabilkan. Warna yang sering dipakai yaitu rapid merah cerah yang sulit ditemukan pada zat pewarna lain. Untuk memunculkan warna harus difiksasi dengan asam sulfat atau asam cuka.

Zat warna rapid ini pada prinsipnya hanya bisa digunakan untuk pewarnaan batik coletan, semacam proses pewarnaan batik dengan alat dari rotan/kuas dengan cara digambarkan pada motif tertentu yang telah dibatasi oleh garis-garis malam sehingga warnanya tidak berantakan kemana-mana.

Di daerah pantai utara seperti Gresik proses pembuatan batik dengan cara ini biasa disebut juga dengan dulitan, ehingga kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan.

Keunggulan proses pembuatan batik teknik colet diantaranya:

  • Warna batik yang dihasilkan dalam satu helai kain bisa bermacam-macam.
  • Penggunakan bahan pewarna batik atau zat warna batik relatif lebih hemat.
  • Warna batik yang dihasilkan cenderung cerah.
  • Bisa memilih mana batikan yang ingin dicolet dan mana yang tidak.
  • Lebih menghemat air.

Kelemahan proses pembuatan batik teknik colet diantaranya:

  • Proses pembuatan batik dengan teknik colet umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama tergantung berapa banyak motif yang ingin dicolet.
  • Warna batik sangat beresiko menyebar ke motif lain jika melukisnya tidak hati-hati.
  • Warna batik tidak rata dan cenderung tidak terlalu kuat menempelnya pada kain.

5. Zat Warna Direk

Zat warna direk merupakan zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan. Zat warna direk ini bisa juga disebut sebagai zat warna substantive karena dapat terserap baik oleh selulosa atau zat warna garam dalam pencelupannya.

  • Zat warna direk umumnya mempunyai ketahanan yang kurang baik terhadap pencurian sedangkan ketahanannya terhadap sinar adalah sedang, kecuali ada beberapa yang mempunyai nilai cukup atau baik.
  • Zat warna direk kurang tahan terhadap oksidasi dan akan rusak oleh reduksi.
  • Zat warna direk mempunyai sifat yang berbeda-beda didalam kerataan pada waktu pencelupan.

Demikian pembahasan mengenai berbagai jenis bahan pewarna yang dapat digunakan untuk pencelupan batik. Untuk menghindari kesalahan dalam memilih pewarna batik ada baiknya jika anda mengetahui terlebih dahulu arah warna yang akan digunakan dalam mewarnai batik melalui tabel warna.

Tabel warna yang dimaksud disini yaitu merupakan tabel yang biasa digunakan sebagai panduan sebelum membeli bahan pewarna napthol dan indigosol.

Sistem pewarnaan dalam pembuatan batik tie dye dengan cara

Sumber : https://batikyogya.wordpress.com/

Mencari bahan Pewarna Sintetis berkualitas untuk pencelupan kain mori?. Sahabat Fitinline bisa melihat koleksi bahan pewarna kami Di sini.

Langkah langkah teknik pewarnaan tie dye?

Cara Mewarnai Tie Dye dan Shibori.
Persiapkan bahan, alat, dan tempat. Siapkan bahan sesuai kebutuhan motif yang Anda inginkan. ... .
Lipat kain. Lipat dan ikat kain sesuai motif yang diinginkan. ... .
Rendam kain dalam air. ... .
Racik larutan pewarna. ... .
Lakukan pewarnaan. ... .
Diamkan kain yang telah diwarnai. ... .
Bilas dan jemur..

Bagaimana pewarna yang diterapkan pada kerajinan batik?

Ada dua jenis cara mewarnai batik yaitu celup dan colet. Celup biasa digunakan untuk mewarnai bagian kain yang luas seperti background. Satu kali pencelupan, hanya bisa satu warna. Corett, digunakan untuk mewarnai bagian batik yang lebih detail dan membutuhkan banyak warna.

Apa yang dimaksud batik tie dye?

Teknik tie dye atau yang biasa disebut Celup Ikat memiliki pengertian menghias kain dengan cara diikat dengan tali atau karet sampai kedap air, lalu dicelup dengan pewarna batik. Teknik ini banyak dikembangkan karena kemudahan dan variasi motif yang beragam.

Darimana tie dye berasal?

Beberapa percaya bahwa tie dye telah hadir sejak ribuan tahun lalu di kawasan Mesopotamia dan India. Beberapa juga mencatat teknik tie dye mulai ditemukan di Peru, Amerika Selatan (AS). Beberapa juga percaya bahwa teknik pencelupan memiliki akar yang kuat di negara-negara Afrika.