Seseorang yang beragama selain Islam maka puasanya dianggap

Jakarta -

Syarat wajib dan syarat sah puasa harus dipenuhi tiap muslim yang ingin menunaikan ibadah ini. Dalam haditsnya, Rasulullah SAW telah mengajarkan besarnya pahala yang diperoleh hambaNya yang puasa,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Artinya: "Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi." (HR Bukhari).

Sekilas syarat wajib dan syarat sah puasa terlihat sama, namun hakikat keduanya berbeda. Syarat sah harus dipenuhi umat Islam yang hendak puasa. Jika tak dipenuhi maka ibadah puasa menjadi tidak sah.

"Ulama fikih membedakan syarah sah dan syarat wajib puasa. Syarat wajib yang tidak terpenuhi tak lantas membatalkan puasa. Namun tidak demikian dengan syarat sah puasa," tulis Muhammad Muhsin Muiz dalam buku Ramadhan-Rembulan yang Dirindu, dikutip detikcom pada Kamis (26/8/2021).

Syarat sah dan syarat wajib puasa

Berikutnya adalah syarat sah dan syarat wajib puasa menurut para ulama:

A. Syarat wajib puasa

  • Islam
  • Baligh
  • Berakal
  • Mampu melaksanakan ibadah puasa.

Kriteria mampu melakukan ibadah mencakup sehat dan kuat secara jasmani, bertempat tinggal, dan tidak ada halangan secara syariat.

B. Syarat sah puasa

  • Islam
  • Berakal
  • Suci dari haid dan nifas
  • Memasuki waktu puasa wajib dan sunnah.

Puasa tidak boleh dilakukan saat Idul Fitri 1 Syawal, Idul Adha 10 Dzulhijjah, serta hari tasyrik pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.


Berikutnya perbedaan syarat sah dan syarat wajib puasa

Simak Video "Kemenag Ungkap Hilal Awal Ramadan1443 H di Indonesia Belum Terlihat"



(row/erd)

Jakarta -

Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Kewajiban ini telah disebutkan dalam Al Quran pada Surat Al-Baqarah ayat 183 dan berbagai hadits Rasulullah SAW.

Dalam menjalankan ibadah puasa, penting bagi umat Islam untuk mengetahui syarat rukun puasa. Dikutip dari situs Kemenag Pekalongan, rukun puasa merupakan teknis yang harus dilaksanakan bagi orang yang akan berpuasa dan tidak boleh untuk ditinggalkan.

Rukun Puasa Ramadhan:

Rukun puasa Ramadhan ada 2 yaitu niat dan imsak. Berikut penjelasannya:

Niat puasa biasanya diucapkan pada malam hari. Adapun bacaan niat sebagai berikut,

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Arab-latin: Nawaitu shauma ghadin an'adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita'ala

Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala.

2. Menahan Diri dari hal yang membatalkan puasa.

Batasan puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Selain rukun puasa, penting untuk mengetahui syarat wajib dari puasa itu sendiri. Dikutip dari buku Puasa: Syarat Rukun & Yang Membatalkan karangan Saiyid Mahadir, Lc, syarat wajib merupakan hal-hal yang membuat seseorang wajib hukumnya untuk berpuasa.

Syarat Wajib Puasa

Dijelaskan dalam buku tersebut, syarat wajib puasa ada tujuh, yakni:

1. Beragama Islam

Syarat pertama yang harus dipenuhi adalah beragama Islam. Umat Islam wajib hukumnya menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, bahwa seruan untuk berpuasa ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Para ulama sepakat, orang yang tidak beragama Islam tidak diwajibkan untuk berpuasa.

2. Baligh

Syarat kedua adalah berusia baligh. Tidak ada kewajiban bagi anak kecil yang belum baligh untuk melaksanakan puasa Ramadhan.

3. Berakal

Syarat selanjutnya adalah wajib hukumnya bagi orang yang berakal untuk melaksanakan puasa. Sesuai ijma' para ulama, orang gila adalah orang yang tidak berakal sehingga mereka tidak dikenakan kewajiban untuk berpuasa.

4. Sehat

Sehat yang dimaksudkan di sini adalah sehat secara fisik. Orang yang sedang sakit boleh untuk meninggalkan puasa tapi wajib menggantinya di hari lain saat sudah sembuh kembali.

Penyakit yang dimaksudkan pada syarat ini adalah penyakin yang akan bertambah parah apabila harus berpuasa atau ditakutkan sakitnya akan terlambat sembuh.

5. Mampu

Allah SWT mewajibkan puasa bagi orang yang mampu melakukannya. Orang tua yang sudah lemah atau jompo yang tidak memungkinkan untuk berpuasa maka boleh meninggalkannya.

Namun, wajib menggantinya dengan membayar fidyah sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Al-Baqarah ayat 184.

6. Tidak dalam perjalanan

Orang yang sedang dalam perjalanan jauh boleh meninggalkan puasa tapi wajib baginya untuk mengganti di lain hari sejumlah puasa yang ditinggalkan.

7. Suci dari haid dan nifas

Menurut ijma' para ulama, wanita yang sedang haid dan nifas tidak diwajibkan untuk berpuasa. Bahkan haram hukumnya apabila mereka menjalankan puasa.

Itu tadi rukun puasa Ramadhan beserta syarat wajib puasa yang perlu diketahui dalam menjalankan ibadah puasa.

(nwy/nwy)

tirto.id - Setiap muslim wajib menjalankan puasa Ramadan, kecuali jika terdapat alasan syar'i yang membenarkannya untuk berbuka atau meninggalkan puasa. Hukum puasa Ramadan adalah wajib dan berdosa jika ada yang meninggalkannya.

Setiap tahun, umat Islam bertemu dengan bulan Ramadan. Pada bulan ini, terdapat kewajiban yang mesti dilaksanakan dan menjadi bagian dari rukun Islam, yaitu puasa. Puasa Ramadan dikerjakan setiap hari selama sebulan penuh sebagai bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Perintah menjalankan puasa Ramadan terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 183. Di dalam ayat tersebut Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Dalam bahasa Arab, puasa atau shaum bermakna menahan diri dari sesuatu hal, sebagaimana dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2017) yang ditulis Muhammad Ahsan dan Sumiyati.

Kemudian, secara istilah, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Beberapa hal yang membatalkan puasa adalah makan dan minum, muntah dengan sengaja, berhubungan suami istri di siang hari, keluar darah haid atau nifas bagi perempuan, mengalami gangguan jiwa (gila), serta mengeluarkan sperma dengan sengaja.

Baca juga:

  • Bacaan Niat Puasa Syaban Sekaligus Qadha Ganti Ramadhan
  • Bacaan Niat Puasa Bayar Hutang Ramadhan dan Tata Caranya

Hukum Puasa Ramadhan dalam Islam

Perintah menjalankan puasa Ramadan adalah wajib bagi seluruh umat Islam yang berakal sehat, balig, dan mampu menjalankannya.

Dalil wajibnya puasa ini terdapat dalam banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW, di antaranya adalah sebagai berikut:

"Islam itu dibangun di atas lima dasar, yaitu persaksian (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa pada Ramadan," (H.R. Bukhari dan Muslim).

Meskipun pengerjaannya sangat ditekankan, ada sejumlah kondisi yang membuat seorang muslim memperoleh keringanan untuk tidak berpuasa.

Kondisi syar'i yang dapat menjadi alasan meninggalkan puasa atau berbuka di siang hari adalah sebagai berikut:

1. Orang sakit, dalam perjalanan (musafir), atau pada keadaan fisik yang sangat berat untuk menjalankannya.

Seorang muslim yang berada dalam tiga keadaan tersebut, boleh meninggalkan puasa seperti disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 184.

"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.

Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui," (QS. Al-Baqarah [2]: 184).

2. Anak kecil yang belum balig dan orang gila.

Anak yang belum mencapai masa pubertas dan orang gila tidak terkena kewajiban puasa maupun aturan syariat lainnya.

Nabi Muhammad bersabda: "Diangkat kalam (taklif hukum) dari tiga orang: (1) dari orang yang tidur hingga ia bangun; (2) dari anak kecil hingga ia balig; (3) dari orang gila sampai dia waras," (H.R. Ashabus Sunan dan Hakim).

3. Wanita haid atau nifas.

Wanita yang sedang haid atau nifas baru berkewajiban puasa ketika sudah suci kembali.

Sebuah hadits dari sahabat Muadz menyebutkan bahwa Aisyah RA pernah berkata, “Kami haid pada masa Rasulullah SAW, lalu kami diperintahkan supaya mengqada puasa dan kami tidak diperintahkan untuk mengqada salat," (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Kendati demikian, muslim yang tidak berpuasa atas alasan syar'i di atas wajib mengganti puasanya pada hari lain di luar Ramadan.

Puasa pengganti atau qada dijalankan sesuai jumlah hari puasa yang ditinggalkan. Lalu, apabila orang tersebut memiliki halangan yang berat dan tidak mampu mengganti puasanya, ada kewajiban untuk membayar fidyah.

Berkaitan dengan fidyah sendiri, takarannya adalah sebesar satu mud atau sekitar 675 gram makanan pokok.

Fidyah menjadi bentuk tebusan karena telah meninggalkan ibadah puasa Ramadan dengan memberi makanan kepada fakir miskin.

Contoh orang yang wajib membayar fidyah adalah lansia yang fisiknya sudah lemah, ibu hamil dan menyusui, atau pengidap penyakit tertentu yang jika berpuasa justru memperparah sakitnya.

Ancaman bagi yang Meninggalkan Puasa tanpa Alasan Syar'i

Apabila terdapat seorang muslim tidak mau berpuasa dan tidak ada alasan syar'i, maka dia berada dalam ancaman berat dalam Islam.

Orang tersebut dianggap telah melanggar sendi dasar dan pilar agama Islam. Dalam kitab At-Targhîb wa At-Tarhib (2021) yang ditulis Imam Al-Mundziri dinyatakan bahwa jika seseorang meninggalkan kewajiban puasa sengaja secara i’tiqâdi (sengaja mengingkari kewajiban puasa), maka dirinya terjatuh dalam kekufuran..

Sebuah hadits riwayat Ad-Dailami dan disahihkan oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ibnu ‘Abbas telah menerangkan tentang hal tersebut, Nabi Muhammad bersabda:

عُرَى اْلإِسْلاَمِ وَقَوَاعِدُ الدٍّيْنِ ثَلاَثَةٌ عَلَيْهِنَّ أُسُسُ اْلإِسْلاَمِ مَنْ تَرَكَ مِنْهِنَّ وَاحِدَةً فَهُوَ بِهاَ كَافِرٌ حَلاَلُ الدَّمِ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَالصَّلاَةُ اْلمَكْتُوْبَةُ وَصَوْمُ رَمَضَانَ

"Sendi-sendi dan dasar-dasar agama Islam ada tiga dan Islam dibangun di atas tiga sendi ini. Siapa saja yang meninggalkan salah satu dari ketiganya adalah kufur yaitu: mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, salat fardu, dan puasa Ramadan," (H.R. Abu Ya’la).

Baca juga:

  • Puasa saat Vaksinasi Covid-19, Boleh Tidak Menurut Dokter-Kesehatan
  • Apakah Hukum Suntik Saat Puasa Ramadhan, Membatalkan Puasa Tidak?

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/hdi)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Abdul Hadi
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates