Sebutkan contoh kerjasama asean ketika salah satu negara asean ada yang terkena bencana alam

SERANG – ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) adalah latihan (simulasi) Penanggulangan Bencana di Tingkat Negara-Negara ASEAN yang diikuti oleh seluruh negara anggota ASEAN dan dilaksanakan setiap 2 (dua) tahun sekali. Latihan ini merupakan sarana untuk menguji, mengevaluasi dan mengkaji ASEAN Standby Arrangements and Standard Operating Procedures (SASOP) untuk meningkatkan kerjasama antar negara-negara dan lembaga-lembaga PBB serta organisasi internasional lainnya.

Demikian salah satu point kata sambutan Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dody Ruswandi, pada saat pembukaan kegiatan internasilasi ARDEX 2018, di Pendopo Gubernur Provinsi Banten, Kawasan Pusat Pemerintah Provinsi Banten (KP3B), Selasa (03/10/2017).

Selain Sestama BNPB beserta jajaranya, hadir dalam kegiatan tersebut, dari unsur Pemerintahan Provinsi Banten, Forkominda Provinsi Banten dan Kota Cilegon, Pejabat Kementerian – Lembaga Pemerintah, Pejabat Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten, Kota Cilegon, Kota Serang, Perwakilan Organisasi Internasional, Perwakilan Lembaga Usaha dan Tamu Undangan lainya.

Lebih lanjut Sekretaris Utama BNPB menyampaikan bahwa untuk tema ARDEX 2018 adalah “Strengthening ASEAN’s Collective Response Capacity through National Leadership, Regional Enhancement and International Support”. Melalui tema ini kami mengajak seluruh pelaku penanggulangan bencana di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional untuk dapat berpartisipasi secara aktif dan mendukung ARDEX 2018 dapat berjalan dengan lancar dan sukses.

Pada tahun 2010 lanjut Sekretaris Utama BNPB, Indonesia telah ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan ARDEX yang lokasinya di Kota Cilegon dan sekitarnya. Namun ARDEX 2010 tidak jadi dilaksanakan dikarenakan terjadi bencana berurutan saat itu, yaitu erupsi Gunung Merapi, banjir Wasior dan tsunami Mentawai yang membutuhkan penanganan darurat.

“Pada pertemuan rapat regional 4th ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management (AMMDM) dan 29th ASEAN Community on Disaster Management (ACDM), bulan Oktober 2016 di Manado, Sulawesi Utara, Indonesia kembali diminta untuk menjadi tuan rumah ARDEX tahun 2018,”jelas Dody Ruswandy

Pemilihan Kota Cilegon sebagai lokasi latihan ARDEX 2018 lanjut Dody Ruswandy dengan pertimbangan bahwa Kota Cilegon merupakan salah satu dari 136 Kota/Kabupaten Pertumbuhan Ekonomi dengan Indeks Risiko Bencana Tinggi sehingga perlu dilakukan peningkatan kesiapsiagaan untuk kawasan yang berpotensi terjadi bencana industri.

Disamping itu lanjutnya, melalui ARDEX 2018 ini untuk mewujudkan 4 (empat) prioritas aksi dalam Sendai Framework Disaster Risk Reduction (SFDRR 2015-2030) Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana melakukan upaya penguatan tata kelola penanggulangan bencana di tingkat pusat dan di daerah. Melalui ARDEX 2018 Pemerintah Indonesia melakukan antisipasi ancaman nyata gempabumi dan tsunami dan secara khusus bencana industri dengan meningkatkan kesiapsiagaan melalui simulasi atau latihan bersama untuk memperkuat ketangguhan di tingkat lokal, nasional dan regional.

“ARDEX 2018 ini juga mewujudkan bahwa bagaimana Negara-Negara ASEAN akan siap membantu Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kota Cilegon apabila terjadi bencana gempa / tsunami di kawasan Cilegon ini, ”jelas Sekretaris Utama BNPB

Kegiatan Internalisasi ARDEX 2018 hari ini bertujuan untuk menyampaikan draf awal konsep ARDEX 2018 kepada Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, Lembaga Usaha dan Organisasi Internasional, mendapatkan masukan  dan mengajak seluruh stakeholder pelaku penanggulangan bencana dapat terlibat, mendukung dan ikut berpartisipasi aktif mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan ARDEX 2018.

Kegiatan ARDEX 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 4 s.d 10 November 2018. Rangkaian kegiatan akan dimulai sejak awal tahun 2018. Latihan (simulasi) yang akan dimainkan terdiri dari 3 (tiga) latihan, yaitu : Tabletop Exercise (TTX), Command Post Exercise (CPX), Field Training Exercise (FTX). Kami juga akan melaksanakan 2 (dua) kegiatan lain yaitu Evakuasi Mandiri dan Humanitarian Civic Action (HCA). Pelaku penggulangan bencana dapat memilih dan menentukan akan berpartisipasi di simulasi ataupun kegiatan mana, disesuaikan dengan tugas dan fungsi instansi masing-masing. Kami juga akan melibatkan Kementerian/Lembaga, Organisasi Perangkat Daerah, Lembaga Usaha dan Organisasi Internasional sebagai perancang, pelaku, After Action Review (AAR) dan observer sesuai dengan skenario yang akan dimainkan dalam latihan.

Kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang sering mengalami bencana  dan berdampak besar.  Kawasan ini dilewati oleh garis patahan yang aktif dan beberapa negara terletak di sepanjang Ring of Fire. Sehingga kawasan ini memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap ancaman bencana gempabumi dan tsunami, termasuk Indonesia.

Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik, sehingga sangat rawan terhadap berbagai ancaman bencana geologi.  Salah satu wilayah yang rentan adalah sepanjang Busur Sunda-Banda dimana Provinsi Banten merupakan bagian dari padanya, sehingga menjadi sangat rentan terhadap ancaman gempabumi dan tsunami.

Wilayah Pantai Barat Banten, sepanjang pantai Cilegon sampai Anyer terdapat berbagai industri kimia. Apabila kekuatan gempabumi yang terjadi cukup besar, maka dapat menimbulkan bencana industri di kawasan tersebut. Dampak bencana industri sangat membahayakan masyarakat sekitar dan dapat meluas sampai ke Provinsi sekitarnya bahkan dapat sampai lintas negara.

Gempabumi, tsunami dan bencana industri termasuk transboundary disaster. Bencana serupa juga dapat terjadi di negara lain di kawasan ASEAN, yang dampaknya dapat sampai ke batas administrasi negara lain.

Kondisi Penanggulangan Bencana di masing-masing negara ASEAN berbeda satu dengan lainnya. Sejalan dengan visi ASEAN, yaitu One ASEAN One Response, maka perlu adanya sinergitas dan harmonisasi penyiapan sumber daya (manusia dan peralatan) yang siap untuk dimobilisasi pada masa tanggap darurat, untuk digunakan membantu kegiatan kemanusiaan bila terjadi suatu bencana di salah satu Negara di ASEAN. Bahkan kalau perlu, para pelaku PB dari kawasan ASEAN sudah saatnya untuk membantu penanganan di kawasan regional lainnya bahkan ke tingkat global. (mw/ws/tm)

Kesiapan Negara-Negara Asean Dalam Mewujudkan Ketangguhan Kawasan Regional

Gempa Bumi

Sebutkan contoh kerjasama asean ketika salah satu negara asean ada yang terkena bencana alam

Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer.

Momen Magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. 

Skala Rickter adalah skala yang dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional yang diukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. Gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan jika besarnya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9.0 magnitudo di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.

Jenis gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan:

Berdasarkan penyebab

Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.

Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis gempa Bumi ini jarang terjadi

Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

  • Gempa bumi vulkanik (gunung api)

Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

Berdasarkan kedalaman

Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.

Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

Berdasarkan gelombang/getaran gempa

Gelombang primer (gelombang lungituudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7–14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.

Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4–7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

Penyebab terjadinya gempa bumi

Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.

Pergeseran lempeng bumi dapat mengakibatkan gempa bumi karena dalam peristiwa tersebut disertai dengan pelepasan sejumlah energi yang besar. Selain pergeseran lempeng bumi, gerak lempeng bumi yang saling menjauhi satu sama lain juga dapat mengakibatkan gempa bumi. Hal tersebut dikarenakan saat dua lempeng bumi bergerak saling menjauh, akan terbentuk lempeng baru di antara keduanya. Lempeng baru yang terbentuk memiliki berat jenis yang jauh lebih kecil dari berat jenis lempeng yang lama. Lempeng yang baru terbentuk tersebut akan mendapatkan tekanan yang besar dari dua lempeng lama sehingga akan bergerak ke bawah dan menimbulkan pelepasan energi yang juga sangat besar. Terakhir adalah gerak lempeng yang saling mendekat juga dapat mengakibatkan gempa bumi. Pergerakan dua lempeng yang saling mendekat juga berdampak pada terbentuknya gunung. Seperti yang terjadi pada gunung Everest yang terus tumbuh tinggi akibat gerak lempeng di bawahnya yang semakin mendekat dan saling bertumpuk.

Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh, pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal). Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Sebutkan contoh kerjasama asean ketika salah satu negara asean ada yang terkena bencana alam