Sebutkan beberapa pembaharuan yang muncul dari Jamaluddin al afghani

Biografi Al-Afghani Bagian Dua.

Karya-Karya Jamaluddin

Buku sejarah politik, sosial dan budaya Afghanistan. Hakikati Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan. Pertama kali diterbitkan di Haydarabad-Deccan, 1298 H/1881 M, ini adalah karya intelektual Afghani paling utama yang diterbitkan selama hidupnya. Merupakan suatu kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Arab oleh Muhammad Abduh dengan judul Al-Radd ‘ala al-dahriyyin (Bantahan terhadap Materialisme).[1]

Ketika ia berada di India, Jamaluddin juga menulis buku dengan judul Refutation of the Materialists yang memaparkan pembelaan terhadap agama karena agama mampu meningkatkan stabilitas sosial, kejujuran dalam hubungan internasional, dan perdamaian antara kelas-kelas sosial.[2]Selanjutnya, karya-karya Jamaluddin al-Afghani yang lengkap diterbitkan oleh al-Mu’assasah al-Arabiyyah li ad-Dirasah wa an-Nasyr dengan penyuntingnya adalah Muhammad Imarah.[3]

Adapun karya tulis dan bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia antara lain; Pembahasan Tentang Sesuatu yang Melemahkan Orang-Orang Islam, Tipu Muslihat Orientalis Risalah untuk Menjawab Golongan Kristen, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat Tanah Air.[4]

 Pemikiran-pemikiran Jamaluddin Al-Afghani

Nama al-Afghani sering diidentikkan dengan dua gerakan yang secara gentar ia serukan. Yang pertama adalah nasionalisme yang dikampanyekannya terutama di Mesir dan India untuk menentang kolonialisme. Lainnya adalah pan-Islamisme atau persatuan negara-negara Islam. Kejayaan melalui persatuan inilah salah satu kunci penting al-Afghani.[5]

Nasionalisme

Nasionalisme adalah semangat atau perasaan kebangsaan (cinta terhadap bangsa dan tanah air). Secara luas, nasionalisme diartikan sebagai ideologi (sikap politik dan sosial) suatu kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah, serta cita-cita dan ditandai dengan adanya kesetiaan terhadap bangsanya.[6]

Pan-Islamisme

Jamaluddin al-Afghani merupakan salah seorang tokoh penting yang mendukung gagasan pan-Islamisme. Bekat perannya dalam kehidupan politik dan keagamaan di banyak wilayah Islam (Turki, Mesir, India, Iran dan Asia Tengah), pan-Islamisme benar-benar menemukan personifikasi dan juru bicara yang kuat dan tepat. Ia menyadari bahwa umat muslim secara keseluruhan sedang terancam oleh kolonialisme dan karena itu persatuan yang kuat di kalangan umat muslim harus digalakkan.[7]

Ide pan-islamisme erat kaitannya dengan kondisi abad ke-19 yang merupakan abad kemunduran dunia Islam dan dunia Barat sedang dalam kemajuan serta menguasai atau menjajah negeri-negeri Islam.[8] Ia menyadarkan umat Islam untuk bangkit dan bersatu menciptakan satu kesatuan di dalam panji Pan-Islamisme.[9]

Teologi dan Konsep Negara

Dalam banyak tulisan dan ceramahnya, Al-Afghani mencoba menafsirkan kembali nilai-nilai Islam. Ia berupaya menemukan landasan yang kokoh bagi pembaharuan kehidupan kaum muslim, sehingga mereka akan lebih modern dan rasional dalam berfikir.[10]

Butir-butir pemikiran yang berkaitan dengan masalah agama adalah;[11]

  • Islam adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa di dunia.
  • Untuk menjawab segala perkembangan dan tantangan zaman yang senantiasa maju karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pendirian bahwa pintu ijtihad tetap terbuka adalah pendirian yang benar. Sebab hanya dengan ijtihadlah tantangan tersebut dapat dijawab.
  • Kemunduran umat Islam dimanapun juga adalah akibat sikap mereka yang tidak mempedulikan ajaran Islam, dengan sengaja meninggalkan Islam dan mengikuti ajaran-ajaran asing.
  • Umat Islam diman-mana terlihat dalam perpecahan dan kehancuran. Hal ini terjadi karena lemahnya tali persaudaraan, lemahnya rasa ukhuwah Islamiyah dan solidaritas Islam.

Ekonomi

Al-Afghani berpendapat bahwa umat Islam terbelakang karena kejumudan dan ketundukan mereka pada tradisi. Dalam kondisi ini, kejayaan umat Islam hanyalah cita-cita hampa. Dalam salah satu tulisannya, ia menegaskan bahwa tindakan manusia bersumber dari pikiran. Tindakan ini memperkukuh dan melanggengkan pikiran yang melandasinya. Kebekuan pikiran dan tindakan yang berlangsung terus-menerus akan menyebabkan kemunduran dalam umat Islam.[12]

Salah satu kemunduran umat Islam adalah situasi keuangan Mesir yang menurun dimasa Ismail ibn Ibrahim.[13] Masa Ismail ibn Ibrahim ini dipenuhi penyimpangan besar-besaran. Di antara sisi negatif pemerintahan Ismail adalah pemborosan keuangan dan penumpukanutang negara. Yaitu dalam proyek pembukaan Terusan Suez, Mesir harus mengeluarkan uang jutaan pound sterling yang disambut antusias oleh raja-raja Eropa. Dan Mesir berhutang kepadanya dengan bunga yang sangat tinggi dan menjual sahamnya di Tersan Suez kepada Inggris.[14]

Baca juga: Biografi al-Afghani Bagian Satu

Dan Jamaluddin al-Afghani memiliki pengalaman dalam pengelolaan uang, ia dapat mengatur keuangan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dan dapat menjaga dalam pengeluaran uang tersebut. Kemudian ia membentuk suatu organisasi / badan lembaga yang terdiri dari anggota-anggota yang mana harus membayar sebagai keanggotaan barunya. Setelah memasuki organisasi atau badan lembaga tersebut, ia harus membayar disetiap pertemuan dengan biaya semampunya dan dimasukkan ke dalam “dana sumbangan”. Hal ini digunakan untuk 4 hal penting, dan salah satunya untuk pendapatan keuangan negara.[15]

Demikianlah tulisan singkat tentang biografi al-Afghani. Baca juga biografi al-Afghani bagian satu pada tautan di atas. Semoga bermanfaat.[Yunita Wulandari/Atqiya]

Baca Juga: Radikal: Menguak Maknanya bersama Dr. Syamsuddin Arif, M.A

[1] Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Penerjemah; Khoirul Amru Harahap dan Achmad Faozan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007). Hal. 302.

[2] Antony Black, Pemikiran Politik Islam: dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, diterjemahkan dari The History of Islamic Political Thought: From the Prophet to the Present, terbitan Edinburgh University Press, 2001 oleh Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati, (Jakarta: Serambi, 2006), hal. 548

[3] Adonis, Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-Islam,diterjemahkan dari buku: Ats-tsabit wa al-Mutahawwil:  Bahts fi al-Ibda’ wa al-Itba ‘indanal-Arab, (Yogyakarta: LKiS, 2015), hal. 151

[4] Herry Mohammad, et.al, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, hal. 216

[5] Ade Armanto, et.al, Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, Hal. 55

[6]Abdul Syukur, et.al, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 2005),  Jilid 6, hal. 92

[7] Ade Armanto, et.al. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, Jilid. 4, hal 123

[8] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1997) Cet. 4, Hal.80

[9] Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta: Kencana, 2010)Hal. 59

[10] Ade Armanto, et.al. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, hlm. 55

[11] Abdurrahman Wahid, et.al, Leksikon Islam, Hal. 279

[12] Ade Armanto, et.al. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, hlm. 55

[13] Andi Aderus, “Falsafah Islahiyyah at-Tajdidiyyah”, dalam Jurnal Adabiyah Vol. 17 Nomor 1/2017, Hal.32

[14] Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, diterjemahkan dari Al-Mawsu’ah al-Muyassarah fi al-Islami, (Jakarta: Zaman, 2014), hal. 998-999

[15] Andi Aderus, “Falsafah Islahiyyah at-Tajdidiyyah, Hal.32

Jamaluddin al-Afghani adalah salah seoarang pembaharu Muslim di akhir abad ke 18. Dia dilahirkan pada tahun 1839 M dan meninggal pada tahun 1897 M. Dia dilahirkan di Asadabad, Afghanistan dan meninggal dunia di Instanbul. Di usia 20 tahun dia menjadi pembantu bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Pada tahun 1864 M dia menjadi penasihat bagi Sher Ali Khan. Kemudian diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi perdana menteri. Pada saat itu politik di Afghanistan dicampuri oleh Inggris dan al-Afghani memilih melawan. Dia meninggalkan tanah kelahirannya ke India pada tahun 1869 M.


Ayahnya bernama Sayyid Sand yang terkenal dengan gelar Shadar al-Husaini. Dia termasuk golongan yang terhormat dan nasabnya sampe kepada Husein ibn ‘Ali. Keluarganya bermazhab Hanafi. Al-Afghani mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, di antaranya bahasa Arab, tafsir, hadis, fikih, kalam, tasawuf, filsafat, logika, etika, politik-politik, matematika, ilmu kedokteran serta anatomi. Dia mempelajari banyak disiplin ilmu tapi sangat disayangkan dia kurang produktif dalam menulis.

Ide-Ide Jamaluddin al-Afghani

A.     Penyebab Mundurnya Umat Islam

Munculnya pembaharuan di dunia Islam pada abad 18 bukan tanpa sebab. Sebagaimana yang sudah dikatakan, hal ini terjadi akibat kemunduruan dan rapuhnya dunia Islam serta kolonialisme Barat terhadap dunia Islam.

Pemikiran pembaharuan al-Afghani didasarkan kepada keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sesuai dengan semua bangsa, zaman, dan keadaan. Kalau sekiranya terdapat pertentangan ajaran-ajaran Islam dengan kondisi zaman yang berubah, maka dibutuhkan interpretasi  yang baru terhadap al-Qur’an dan Hadis. Untuk itu baginya pintu ijtihad masih terbuka.

Menurut al-Afghani penyebab kemunduran umat Islam adalah antara lain sebagai berikut:

1.      Umat Islam meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya, dipengaruhi sifat statis, berpegang pada taklid, bersikap fatalism.

2.      Kelemahan dan kurangnya upaya untuk mencerdaskan umat, baik untuk menekuni dasar-dasar agama atau ilmu pengetahuan yang lainnya.

3.      Pengaruh paham Jabariyah dan salah pengertian terhadap Qadha dan Qadhar. Qadha dan Qadar sebenarnya mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang terjadi karna sebab dan musababnya. Kemauan manusia dalam hal ini merupakan salah satu dari mata rantai sebab musabab.

4.      Lemahnya persaudaraan antar sesama Muslim

5.      Bersifat politik, seperti pemerintahan yang absolute, mempercayakan pimpinan umat kepada orang-orang yang tidak dipercaya, mengabaikan masalah militer, menyerahkan urusan administrasi kepada yang bukan ahlinya, serta adanya intervensi dari dunia Barat.

B.     Ide Pembaharuan Jamaluddin al-Afghnai

Kondisi-kondisi yang dikemukakan di atas adalah sebab-sebab yang menyebabkan kemunduran umat Islam. Oleh karena itu, al-Afghani ingin membawa umat Islam kepada kemajuan. Untuk mengubah umat Islam dan membawa kepada kemajuan al-Afghani mengemukakan beberapa alternative, di antaranya:

·         Kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya, yaitu al-Qur’an dan Hadis. Islam adalah agama yang komprehensif.

·         Dalam menghadapi perkembangan zaman, umat Islam harus tetap membuka pintu ijtihad untuk menghasilkan interpretasi yang baru.

·         Corak pemerintahan yang bersifat otokrasi harus dirubah dengan demokrasi. Kepada pemerintahan harus mengadakan syura dengan pemimpin-pemimpin masyarakat. Islam dalam pandangan al-Afghani menginginkan sistem pemerintahan republik. Yang sudah barang tentu di dalamnya terdapat kebebasan berpendapat dan kewajiban kepala Negara tunduk kepada Undang-Undang.

·         Persatuan umat Islam harus dipersatukan kembali. Dalam pandangannya kekuatan dan kelanjutan umat Islam bergantung kepada kekuatan solidaritas Islam. Persatuan dan kerjasama merupakan hal yang penting dalam Islam.

·         Dari segi intelektual, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

C.     Pendidikan

Pembaharuan dalam bidang pendidikan yang dilakukan al-Afghani bukan lah langka nyata seperti membangun sekolah-sekolah atau lembaga ilmiah lainnya. Tapi yang dimaksud di sini adalah pandangan al-Afghani dalam melihat kedudukan ilmu pengetahuan.

Dalam pidato-pidato dan tulisannya, dia menyatakan bawah tidak satu pun dalam prinsip Islam bertentangan dengan sains atau pun akal. Dia juga mengajak umat Islam untuk berpikir filosofis dan ilmiah. Kemajuan di Eropa disadari oleh al-Afghani dikarenakan berkembangnya ilmu pengetahuan, untuk itu al-Afghani mengajak umat Islam untuk belajar dari Barat.

Di samping itu al-Afghani juga mengkritik ulama yang membedakan ilmu kepada dua bagian, yaitu Ilmu Islam dan Ilmu Eropa (Barat). Dikarenakan alasan ini maka ulama-ulama ada yang melarang mempelajari ilmu-illmu yang datang dari Eropa. Menurut al-Afghani kedudukan ilmu tidak ada hubungannya dengan bangsa apapun.

D.    Politik

Persoalan pokok yang berkaitan dengan usaha pemikiran al-Afghani dalam bidang politik adalah sebagai berikut:

·         Tentang pergantian sistem politik dari otokratis absolut ke demokratis. Otokratis atau dalam KBBI autokrasi adalah bentuk pemerintahan dengan kekuasaan mutlak pada diri seseorang. Sedangkan demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang seluruh rakyatnya turun serta memerintah dengan perantaraan wakilnya.

·         Tentang Pan-Islamisme atau Persatuan Umat Islam

Kegiatan politik al-Afghani dirintis sejak usis 22 tahun, yang ketika itu menjadi penasihat Sheer Ali Khan. Kemudian diangkat menjadi perdana menteri Afghanistan oleh Muhammad ibn A’zam Khan. Ketika di Mesir, al-Afghani bergabung dengan perkumpulan Freemason Mesir. Perkumpulang ini memiliki semboyan “kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan.” Namun ide-ide politik al-Afghani tidak didengar di perkumpulan ini sehingga dia memutuskan untuk keluar.

Al-Afghani membentuk partai nasional yang disebut dengan Hizbu al-Wathani. Tujuannya adalah menanamkan kesadaran nasionalisme dalam diri orang-orang Mesir, dengan slogan “Mesir untuk orang Mesir.” Adapun tujuan lain dari partai ini adalah untuk memperjuangkan pendidikan universal, kemerdakaan pers.

Al-Afghani berusaha menggulingkan raja Mesir saat itu, yaitu Khadewi Ismail. Hal ini dikarenakan keborosannya banyak berhutang dengan negara Barat. Kemudian Khadewi digantikan oleh putranya, Khadewi Taufiq yang berjanji akan membuat reformasi dan membantu pembaharuan al-Afghani. Akan tetapi pada kenyataannya, Khadewi Taufiq melanjutkan kepemimpinan ayahnya sehingga menimbulkan reaksi dari al-Afghani yang kemudian membuat dia terusir dari Mesir.

Al-Afghani melanjutkan perjalanannya ke Paris, Perancis. Di sana dia membentuk Urwat al-Wustha (Ikatan yang Kuat). Tujuannya adalah untuk memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, dan membawa umat Islam pada kemajuan. Menurutnya salah satu perubahan dapat dilakukan dengan jalan tulisan. Kemudian bersama Muhammad ‘Abduh, dia membuat majalah Urwat al-Wustha dalam bahasa Arab. Tulisan yang dibuat di Paris, diedarkan di Mesir. Majalah tersebut hanya bertahan selama delapan bulan. Hal ini terjadi karena pelarangan dari dunia Barat akan majalah tersebut beredar di negara Islam yang di bawah kekuasaannya.

Gagasan Pan-Islamisme yang dimaksud al-Afghani bukalanlah meletakkan kekuasaan ditangan satu orang. Yang dia harapkan adalah umat Islam tunduk pada al-Qur’an, menjadikan agama sebagai petunjuk dalam persatuan, tiap negara Islam dengan sekuat tenaga membela negara Islam lainnya. Rasa solidaritas, rasa seagama, dan rasa seperjuangan ditanamkan oleh al-Afghani dianggap sebagai ancaman dan ide yang berbahaya oleh dunia Barat. Karena bila ide ini benar-benar terjadi, maka akan menggoyangkan dunia Barat.

Perjalanan al-Afghani memenuhi undangan Sultan Abdul Hamid di Instanbul menjadi akhir riwayatnya. Sistem pemerintahan demokratis yang diinginkan al-Afghani dianggap sebagai ancaman oleh Sultan Abdul Hamid, dikarenakan bentuk pemerintahan Turki saat itu otokrasi. Pendapat yang bertentangan ini sulit untuk dipadukan. Sehingga Sultan membatasi kebebasan al-Afghani dan melarang untuk ke luar dari Instanbul hingga dia wafat pada 1897 M.

E.     Pendapat al-Afghani Tentang Dunia Barat

Di antaranya:

·         Sekalipun mereka berbeda keturunan dan kebangsaan, namun mereka bersatu dalam menghadapi dunia Islam.

·         Penjajahan Barat merupakan kelanjutan dari Perang Salib


·         Mereka sengaja menghalang-halangi kebangkitan umat Islam

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA