Rasulullah bersabda bahwa pekerjaan yang paling baik adalah dari tangannya sendiri dan melakukan

Apakah Perkerjaan Paling Baik Menurut Islam? Ini Jawaban Rasulullah

Ilustrasi perempuan bekerja (Freepik)

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Rifa’ah bin Rafi’, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik ?” Beliau SAW bersabda “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap perdagangan yang mabrur (jual beli yang baik dan bersih dari dosa dan dusta).”

Imam as-Shan’ani menjelaskan ulama fikih berbeda pendapat mengenai pekerjaan yang paling baik dalam hadis tersebut. Beliau mengutip,  menurut Imam Mawardi pekerjaan yang paling baik ialah pertanian, perdagangan, dan industri. Imam Mawardi berkata, “Adapun pendapat ulama mazhab Syafi’i mengenai pekerjaan yang paling baik adalah perdagangan. Akan tetapi, menurut saya (Imam Mawardi) pendapat yang rajih mengenai pekerjaan yang paling baik ialah pertanian, karena pertanian lebih mendekatkan diri pada tawakal kepada Allah.”

Sedangkan menurut Imam Nawawi, penghasilan yang paling baik itu ialah penghasilan yang diperoleh berkat usaha dan hasil kerja diri sendiri. Dan pertanian adalah pekerjaan yang terbaik, karena hasil pertanian merupakan hasil usaha diri sendiri dan pertanian juga mendatangkan banyak manfaat untuk manusia dan hewan.”

Dan jika dicermati secara seksama hadis di atas memuat beberapa etos kerja yang semestinya ada dalam diri seorang Muslim, yakni mandiri, kreatif, dan jujur. Etos kerja yang terkandung makna yang tersirat dalam hadis di atas apabila diterapkan dalam tiap pekerjaan atau aktifitas seorang Muslim, niscaya akan memberikan manfaat bagi perekomonian dan kesejahteraan umat Islam.

Nabi SAW ketika ditanya perihal pekerjaan apa yang paling baik, Nabi SAW menjawab “Pekerjaan seseorang dengan tangannya”. Jawaban Beliau SAW tersebut mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap mandiri dalam bekerja. Maksudnya Nabi SAW menganjurkan kepada umatnya untuk bekerja dengan pekerjaan yang dibangun sendiri dengan usahanya, seperti berdagang, bertenak, bertani dan lain sebagainya. Nabi-nabi terdahulu rata-rata pekerjaannya ialah pedagang, dan peternak. Dengan bekerja secara mandiri diharapkan seorang Muslim lebih mampu mengatur waktunya sehingga pekerjaannya tidak melalaikan dirinya dari beribadah kepada Allah SWT.

Jawaban Nabi SAW tersebut juga mengandung pesan bahwasanya seorang Muslim harus kreatif dalam pekerjaannya. Ada tiga cara untuk menumbuhkan kreativitas dalam diri, yakni berpikir sebelum bertindak, belajar segala sesuatu, dan bergerak aktif. Kreativitas yang tinggi akan menciptakan hal-hal yang baru dan bermanfaat bagi banyak orang. Kreativitas juga akan meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam pekerjaannya dengan cara-cara yang baru dan tidak membosankan.

Adapun sabda Nabi SAW, “dan setiap perdagangan yang mabrur (jual beli yang baik dan bersih dari dosa dan dusta)..” Mengandung pesan bahwasanya pekerjaan yang paling baik ialah pekerjaan yang dilandasi dengan kejujuran. Nabi Muhammad SAW bersabda “Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur.” Seseorang yang bekerja dengan dilandasi sikap jujur akan membawanya kepada kebaikan dan keberkahan hidup dan kenikmatan surga kelak.

Walaupun Ulama fikih berbeda pendapat mengenai manakah pekerjaan yang paling baik, namun dapat kita sepakati bahwa di antara ciri-ciri pekerjaan yang paling baik ialah pekerjaan yang dilandasi dengan kejujuran.

Sobat Rihaal – Pernahkah sobat bertanya dalam hati, kira-kira pekerjaan yang sobat lakukan saat ini adalah pekerjaan yang diridhoi oleh Allah SWT? Kira-kira pekerjaan seperti apa ya yang paling baik dan paling mulia itu? Yuk simak uraian di bawah ini:

Carilah Harta Dengan Tanganmu Sendiri

Dalam sebuah hadits, dikatakan bahwa ada dua mata pencaharian yang dikatakan paling diberkahi. Yang pertama adalah pekerjaan dengan tangan sendiri. Seperti dikatakan pada hadits berikut :

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu bekerja pula dengan hasil kerja keras tangannya.” (HR. Bukhari No. 2072)

Perniagaan yang Baik / Mabrur

Mata pencaharian kedua yang disebutkan ialah tentang jual beli (perniagaan). Dari Khalih, ia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang pekerjaan yang paling utama. Beliau menjawab, “Perniagaan yang baik dan pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri.” (HR. Al Bazar dan Thabrani dalam Al Mu’jam Kabir)

Kemudian syarat untuk jual beli yang mabrur ialah jual beli yang memenuhi syarat dan rukun jual beli, terlepas dari jual beli yang bermasalah, jujur, dan terhindar dari pengelabuan. Jangan ada penipuan dan kecurangan. Baik kecurangan timbangan maupun kecurangan dengan menyembunyikan cacatnya barang yang dijual.

Baca juga :

Umroh Dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Berkah Para Pemburu Waktu Fajar di Tanah Suci

Bukan Seberapa Banyak, Namun Sebesar Apa Keberkahannya

Jika membandingkan kedua hadits diatas, kita bisa mengambil pelajaran, bahwa pekerjaan yang baik ialah pekerjaan yang membawa banyak keberkahan dan dilakukan dengan cara yang baik pula. Sehingga dari sini kita tahu bahwa yang sedikit tapi berkah itu lebih baik daripada yang banyak namun belum tentu barokah.

Jangan Malas Bekerja

Islam sangat membenci seseorang yang hidup hanya untuk bermalas-malasan. Mereka yang hanya ingin hidup enak namun tidak mau bekerja. Jangan hanya karena kita gengsi, atau tidak bekerja di perusahaan yang kita harapkan, lantas kita malas untuk bekerja. Padahal pekerjaan apapun bisa menjadi pekerjaan yang baik, asalkan halal dan bukan dengan meminta-minta.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah pada Allah, serta janganlah engaku malas.” (HR. Muslim No. 2664).

Nah itu tadi penjelasannya, yuk semangat menceri rizki yang halal. Semoga Allah selalu memberi kita keberkahan serta limpahan rizki kepada kita semua ya sobat. Aamiin…

Info Paket Umroh & Wisata

9,591 total views, 6 views today

Manakah pekerjaan terbaik bagi seorang muslim? Apakah berdagang lebih utama dari lainnya? Ataukah pekerjaan terbaik tergantung dari keadaan tiap individu?

Ada yang pernah bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ  عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ

“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad 4: 141, hasan lighoirihi)

Pekerjaan yang Thoyyib

Kasb yang dimaksud dalam hadits di atas adalah usaha atau pekerjaan mencari rizki. Asy Syaibani mengatakan bahwa kasb adalah mencari harta dengan menempuh sebab yang halal. Sedangkan kasb thoyyib, maksudnya adalah usaha yang berkah atau halal. Sehingga pertanyaan dalam hadits di atas dimaksudkan ‘manakah pekerjaan yang paling diberkahi?’

Kita dapat mengambil pelajaran penting bahwa para sahabat tidak bertanya manakah pekerjaan yang paling banyak penghasilannya. Namun yang mereka tanya adalah manakah yang paling thoyyib (diberkahi). Sehingga dari sini kita dapat tahu bahwa tujuan dalam mencari rizki adalah mencari yang paling berkah, bukan mencari manakah yang menghasilkan paling banyak. Karena penghasilan yang banyak belum tentu barokah. Demikian penjelasan berharga dari Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 6: 10.

Pekerjaan dengan Tangan Sendiri

Ada dua mata pencaharian yang dikatakan paling diberkahi dalam hadits di atas. Yang pertama adalah pekerjaan dengan tangan sendiri. Hal ini dikuatkan pula dalam hadits yang lain,

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu bekerja pula dengan hasil kerja keras tangannya.” (HR. Bukhari no. 2072). Bahkan sebagaimana disebutkan dalam hadits ini, mencari kerja dengan tangan sendiri sudah dicontohkan oleh para nabi seperti Nabi Daud ‘alaihis salam.

Contoh pekerjaan dengan tangan adalah bercocok tanam, kerajinan, mengolah kayu, pandai besi, dan menulis. Demikian disebutkan dalam Minhatul ‘Allam karya Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, 6: 9.

Jual Beli yang Mabrur

Mata pencaharian kedua yang terbaik adalah jual beli yang mabrur. Kata Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan, jual beli yang mabrur adalah jual beli yang memenuhi syarat dan rukun jual beli, terlepas dari jual beli yang bermasalah, dibangun di atas kejujuran, serta menghindarkan diri dari penipuan dan pengelabuan. Lihat Minhatul ‘Allam Syarh Bulughil Maram, 6: 9.

Mana Saja Jual Beli yang Mabrur?

Sebagaimana dijelaskan di atas, jual beli mabrur adalah jika memenuhi syarat dan rukun jual beli. Apa saja syarat yang mesti diperhatikan? Di antaranya adalah: 1- ridho antara penjual dan pembeli, 2- barang yang dijual mubah pemanfaatannya (bukan barang haram), 3- uang dan barang bisa diserahterimakan, 4- tidak ada ghoror (ketidakjelasan).

Adapun jual beli yang bermasalah adalah: 1- jual beli yang mengandung ghoror seperti jual beli dengan sistem ijon, 2- jual beli yang mengandung riba, 3- jual beli yang mengandung dhoror (bahaya) pada pihak lain seperti menimbun barang, 4- jual beli yang mengandung pengelabuan, 5- jual beli yang terlarang karena sebab lain seperti jual beli pada shalat jum’at, jual beli di lingkungan masjid dan jual beli barang yang digunakan untuk tujuan haram. Jual beli yang mabrur berarti harus meninggalkan jual beli yang bermasalah ini.

Perintah Giat Bekerja

Hadits yang kita kaji juga menunjukkan agar kita semangat dalam mencari nafkah dan bekerja dengan menempuh jalan yang halal. Perintah ini juga disebutkan dalam firman Allah,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 15). Bahkan giat bekerja dalam rangka mencari nafkah adalah jalan yang ditempuh para nabi ‘alaihimush sholaatu was salaam. Sebagaimana disebutkan bahwa Nabi Daud mendapatkan penghasilan dari hasil keringat tangannya sendiri. Sedangkan Nabi Zakariya ‘alaihis salam bekerja sebagai tukang kayu. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah menjadi pengembala kambing, bahkan pernah menjadi pedagang dengan menjualkan barang milik Khodijah radhiyallahu ‘anha.

Lantas Manakah Pekerjaan yang Terbaik?

Para ulama berselisih pendapat dalam hal ini. Imam Al Mawardi, salah seorang ulama besar Syafi’i berpendapat bahwa yang paling diberkahi adalah bercocok tanam karena tawakkalnya lebih tinggi. Ulama Syafi’iyah lainnya yaitu Imam Nawawi berpendapat bahwa yang paling diberkahi adalah pekerjaan dengan tangan, dan bercocok tanam yang lebih baik dengan tiga alasan, yaitu termasuk pekerjaan dengan tangan, tawakkal seorang petani itu tinggi dan kemanfaatannya untuk orang banyak, termasuk pula manfaat untuk binatang dan burung.

Menurut penulis Taudhihul Ahkam, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Ali Bassam, pekerjaan terbaik adalah disesuaikan pada keadaan setiap orang. Yang terpenting adalah setiap pekerjaan haruslah berisi kebaikan dan tidak ada penipuan serta menjalani kewajiban yang mesti diperhatikan ketika bekerja.

Kita dapat berdalil dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah pada Allah, serta janganlah engkau malas” (HR. Muslim no. 2664). Dan ditambah lagi pekerjaan terbaik adalah yang banyak memberikan kemanfaatan untuk orang banyak.

Moga Allah memberi keberkahan pada usaha kita dalam mencari nafkah dan bekerja keras. Hanya Allah yang memberi taufik.

@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 7 Jumadal Ula 1434 H

www.rumaysho.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA