Perbedaan teori Behaviorisme dan Konstruktivisme

Perbedaan teori Behaviorisme dan Konstruktivisme

Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi semua orang. Di sekolah, kegiatan belajar dan mengajar terwujud pada proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa saat melakukan kegiatan belajar kelompok, dan bentuk-bentuk lain. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran.

Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Masing-masing teori mempunyai fokus aspek yang berbeda-beda. Perbedaan ini juga berdampak pada proses belajar mengajar antara guru dan siswa serta tujuan pembelajaran itu sendiri. Berikut ini perbedaan antara teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik, dan humanistik.

1. Teori Behavioristik

Teori behavioristik berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan.

Pembelajaran dan evaluasi lebih mengutamakan hasil, dan evaluasi menuntut hanya satu jawaban benar. Jawaban yang benar berarti siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.

2. Teori Belajar Kognitif

Menurut teori belajar kognitif, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

Tokoh-tokoh teori kognitif adalah Jean Piaget, Ausubel, dan Bruner.

Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.

Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh usia. Suatu proses belajar akan terjadi lewat tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.

Di sisi lain, Ausubel menyatakan bahwa proses belajar terjadi apabila seseorang telah mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

3. Teori Belajar Konstruktivistik

Teori belajar konstruktivistik menekankan pada usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah.

Untuk itu, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.

Pandangan kognitif-konstruktivistik mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut.

Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:

  • Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
  • Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
  • Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, di mana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.
  • Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

Tokoh teori belajar konstruktivistik diantaranya adalah Lev Vygotsky.

4. Teori Humanistik

Teori humanistik menitikberatkan tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Atau dalam kalimat lain, siswa sudah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal.

Aplikasi teori ini dalam kegiatan pembelajaran cenderung mengajak siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya adalah;

  • Kolb, dengan konsepnya tentang 4 tahap dalam belajar, yakni pengalaman konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
  • Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu aktifis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
  • Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
  • Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
  • Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitif, ia terkenal dengan konsepnya belajar bermakna (meaningful learning).

Itulah paparan tentang perbedaan antara teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik dan humanisme. Mudah-mudahan menambah wawasan bagi kita terutama rekan guru untuk menentukan mana yang terbaik untuk diterapkan bagi anak didik di kelas.

Oleh : Sahroni *)

Teori belajar bersumber dari aliran-aliran psikologi. Landasan psikologis dalam pembelajaran, terutama berkaitan dengan psikologi/teori belajar (psychology/teori of learning) dan psikologi perkembangan (developmental psychology). Psikologi belajar memberikan konstribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya. Dengan kata lain, psikologi belajar berkenaan dengan penentuan strategi kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik tersebut. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Pada dasarnya teori-teori belajar humanistik, kontruktivistik, kognitif dan beharioristik memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah perubahan sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik yang diperoleh melalui proses belajar dan pembelajaran itu sendiri. Namun yang membedakan adalah cara pandang terhadap apa dan bagaimana tujuan pembelajaran dapat dicapai. Teori-teori ini muncul disebabkan oleh sebuah kritik dan ketidakpuasan para ahli pendidikan terhadap teori-teori yang ada sebelumnya. Teori kontruktivistik muncul sebagai kritik terhadap teori beharioristik yang hanya menjadikan peserta didik sebagai obyek yang pasif. Pembelajaran beharioristik hanya berpusat kepada pendidik (teacher centered). Begitu pula dengan teori-teori berikutnya.

Perbedaan teori Behaviorisme dan Konstruktivisme

Berikut kami mencoba merangkum perbedaan mendasar keempat teori tersebut dari  3 aspek serta kelebihan dan kelemahan masing-masing.

BELAJAR

1. Behavioristik

Belajar adalah perubahan tingkah laku, yang merupakan hasil dari stimulus-respon. Seorang sudah dianggap belajar apabila sudah mampu menunjukkan perubahan sikap dan tingkah laku yang disebabkan karena adanya stimulus yang diberikan oleh pendidik

2. Kognitif

Menurut teori ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Hakikat belajar menurut teori belajar ini adalah suatu aktifitas belajar yang berkaian dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal, sehingga melahirkan perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.

3. Konstruktivistik

Belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik membangun sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya

4. Humanistik

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

1. Behavioristik

Dalam teori behavioristik, pendidik sangat mendominasi dalam proses kegiatan pembelajaran. Tugasnya memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar, dengan cara memberikan stimulus, penghargaan atau hukuman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang baik. Sementara peserta didik dipandang sebagai obyek yang pasif.

Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah:

  1. menentukan tujuan
  2. menentukan matreri pelajaran
  3. mengkaji materi pelajaran
  4. menyusun sesuai dengan system informasi
  5. menyajikan materi dan membimbing mahapeserta didik dengan pola sesuai materi pelajaran

2. Kognitif

Peranan pendidik menurut teori belajar kognitif adalah sebagai pembimbing untuk mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan peserta didik secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki.

Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah;

  1. menentukan tujuan
  2. menentukan materi pelajaran
  3. menentukan topic-topik secara aktif oleh mahapeserta didik dengan bimbingan minim dari dosen
  4. menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topic yang akan di[elajari mahapeserta didik.
  5. menyiapkan pertanyaan yang akan memacu kreativitas mahapeserta didik untuk berdiskusi atau bertanya.
  6. menevaluasi proses dan hasil belajar

3. Konstruktivistik

Pendidik tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan mediator dalam pembelajaran. Pendidik yang menerapkan teori konstruktivistik mengakui, menghargai dorongan diri, bahkan memberikan motivasi kepada peserta didik agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara optimal melalui proses interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Sementara peserta didik, diposisikan sebagai subyek yang aktif yang arahkan untuk mampu membangun sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya. Tugas guru dalam proses pembelajaran sama dengan tugas dalam teori kognitif.

4. Humanistik

Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator yang berupaya menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Menurut pandangan teori humanistic pendidik dituntut tidak hanya melakukan kajian bagaimana dapat mengajar dengan baik, tetapi harus melakukan kajian yang intensif dan komprehensif untuk menjawab pertanyaan bagaimana agar peserta didik dapat belajar dengan baik. Sementara peserta didik diarahkan untuk memiliki kemampuan berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar. 

Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah;

  1. menentukan tujuan
  2. menentukan materi pelajaran
  3. mengidentikfikasi entri behavior mahapeserta didik
  4. mengidentifikasi topic
  5. mendisain wahana yang akan digunakan untuk belajar
  6. membimbing mahapeserta didik secara aktif
  7. membimbing mahapeserta didik memahami hakekat makna dan pengalaman belajar
  8. membimbing mahapeserta didik membuat konseptaulisasi pengalaman terdekat
  9. membimbing mahapeserta didik sampai mampu mengaplikasikan konsep baru ke situasi baru mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Kekurangan dan Kelebihan

1. Behavioristik

Kelebihan

  1. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
  2. Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
  3. membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.

Kekurangan

  1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
  2. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
  3. Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kata kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
  4. tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
  5. tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

2. Kognitif

Kelebihan

Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut:

  1. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
  2. Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
  3. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
  4. Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
  5. Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan

Berikut adalah beberapa kelemahan dari metode pembelajaran kognitif:

  1. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
  2. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
  3. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
  4. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
  5. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

3. Konstruktivistik

Kelebihan

  1. Berfikir artinya, Dalam proses membina pengetahuan baru murid diajarkan berfikir untuk menyelesaikan masalah atau sebuah studi kasus dan dapat mengembangkanya menjadi sebuah ide atau membuat keputusan.
  2. Faham artinya, Dalam proses pembelajaran murid harus terlibat langsung dalam mengembangkan sebuah pengetahuan baru, sehingga peserta didik akan lebih faham dan boleh mengaplikasikanya dalam sebuah situasi.
  3. Daya ingat artintya, pada dasarnya dalam proses belajar murid harus terlibat secara langsung dengan aktif, sehingga mereka akan ingat lebih lama semua konsep yang ada yakni dengan cara murid melakukan pendekatan membina sendi kehafaman mereka. Dengan cara itu mereka akan yakin dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
  4. Kemahiran sosial artinya, dalam proses belajar kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid berinteraksi dengan guru dan rekan dalam membina pengetahuan baru.
  5. Seronok artinya, dalam proses belajar yang benar peserta didik pastinya akan terlibat secara terus menerus dan semakin lama mereka akan faham, ingat, dan lebih yakin dalam memutuskan sebuah pengetahuan baru. Apabila peserta didik melakukan interaksi secara sehat dengan guru atau rekan, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.

Kekurangan

Ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan antara lain:

  1. Kadang guru itu tidak memperhatikan muridnya secara keseluruhan misalkan guru tidak pernah memberi kesempatan pada peserta didiknya untuk menyelesaikan suatu masalah atau berdiskusi sehingga peserta didik hanya mendapat pembelajaran yang itu-itu saja, jadi pola pikir peserta didik tidak berkembang.
  2. Tidak semua guru atau pendidik itu mempunyai karakter atau sifat yang sama, pada dasarnya guru hanya memberi penjelasan saja saat pembelajaran sehingga peserta didik dituntut untuk hanya memahami saja tanpa terlibar secara langsung dalam mengaplikasikan sebuah situasi baru.
  3. Membahas tentang sifat seorang guru, guru seharusnya tidak berperan sebagai orang yang kaku dan harus ditakuti, guru seharusnya berperan sebagai teman bagi peserta didiknya sehingga peserta didik dapat beriteraksi dengan baik dalam membina pengetahuan baru.
  4. Pada dasarnya guru itu dijadikan sebuah panutan bagi peserta didiknya maka dari itu guru tidak diwajibkan memberi contoh yang negativ kepada peserta didiknya, kadang ada guru yang memiliki sifat yang buruk yaitu sering berkata kotor atau kasar di depan peserta didiknya, itu sangat dilarang dalam aturan etika seorang guru, karena apabila itu dihadapkan pada anak usia sekolah dasar sangat tidak pantas untuk dilakukan.
  5. Apabila peserta didik tidak dilibatkan dalam pembelajaran praktik maka daya ingat dan pengetahuan peserta didik tidak akan berkembang dengan baik, dan apabila diberi materi baru pasti materi sebelumnya akan dilupakan

4. Humanistik

Kelebihan

  1. Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadapfenomenasocial. Siswa merasa senang,berinisiatif dalam belajar. Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
  2. siswa d ituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya dan mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi danbudaya populer.
  3. selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
  4. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
  5. keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalahkemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunyamempunyai pandangan yang berbeda-beda.

Kekurangan

  1. Bersifat individual, proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung, sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
  2. Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
  3. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah dan banyak konsep dalam psikologi humanistik

Namun di sisi lain, secara aplikatif, seorang pendidik tanpa disadari bisa dipastikan pernah mempraktekkan berbagai teori-teori belajar tersebut. Dalam prakteknya, apabila seorang pendidik menemukan dan mendapatkan kesulitan-kesulitan pada satu teori yang menjadi kerangka berpikirnya, maka kemungkinan besar dia akan mencoba teori lain dalam mengatasi masalah yang dihadapi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun teori yang sempurna, satu teori bisa menjadi pelengkap kekurangan teori yang lain, tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi saat proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, merupakan sebuah keharusan dan hal yang urgen bagi seorang pendidik untuk memahami teori-teori tersebut, sehingga betul-betul dapat dimanfaatkan dalam situasi nyata.

Wallahu A’lam

Daftar Pustaka

  1. Abdul Kadir. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi
  2. Ardana, Nengah. 1999. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Pola Pemberian Tugas dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Fisika pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Skripsi. IKIP Mahasaraswati Tabanan.
  3. Bruno Vershuere. 2011. Memory Detection Theory And Application Of The Concealed Information Test . Cambridge University Press
  4. Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
  5. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
  6. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
  7. Jeanne Ellis Ormrod, Sixth Edition Educational Psychology Developing Learners diterjemahkan oleh Wahyu Indianti, Eva Septiana, Airin Y Saleh, Puji Lestari. 2008. dengan judul Edisi  Keenam PsikologiPendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga
  8. Maba, Wayan. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Makalah yang disampaikan dalam Penataran PBM Dosen Kopertis Wilayah VIII, Tanggal 27-30 Oktober 2002.
  9. Malayu S.P. Hasibuan. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta Bumi Aksara
  10. Nasution, S. 1972. Didaktik Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik Metodologi Pengajaran dan Evaluasi. Depdikbud: Jakarta.
  11. Robert L Solso ed. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga
  12. Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpanbalik. Jakarta: FT Grasindo.
  13. Soekidjo Notoatmodjo. 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta
  14. Sumadi Suryabrat. 2014. Psikologi pendidikan. Jakarta. : Rajawali Pers
  15. Suryani. 2007. Psikologi Kognitif. Surabaya : Dakwah
  16. Syarifah Aini. tt Pengaruh Ingatan Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
  17. Tristiardi Ardi Ardani. 2006. Psikiatri Islam. Malang: UIN-Malang Press
  18. Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

*) Kepala MTs. Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul