Pekerjaan seseorang yang selalu memakai pakaian jas adalah

kak siapa pun itu tolong bantu dong kasih ide biografi bj Habibie yang ga terlalu panjang dan ga terlalu pendek pokonya plisss bantu dong besok di kum … pulan ini TwT

karbohidrat termasuk senyawa organik yang paling melimpah di bumi. karbohidrat terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen sumber karbohidrat di wilaya … h Indonesia cukup banyak, misalnya padi, ubi jalar ubi kayu, jagung, talas, sagu1. jelaskan yang dimaksud karbohidrat2.sebutkan sumber karbohidrat di Indonesia3.apa makna nilai persatuan Indonesia​

Buatlah cerita pendek tentang pelaksanaan demokrasi di lingkungan keluargaplis kak lagi butuh bangetttt​

diskusi atau musyawarah membuat jadwal piket kelas merupakan contoh penerapan dari sila yang dilambangkan oleh​

Buatlah cerita pendek tentang pelaksanaan demokrasi di lingkungan keluargabuat cerita ya kak​

Keadaan wilayah (daratan/kepulauan) Brunei

Apa nilai sila yang ada dalam baca sila yang sesuai dengan aturan dasar Pancasila karma yang berbunyi adil terhadap semua golongan manusia? T … olong jawab

Jelaskan sumbangan Ir. Seokarno dalam Perumusan Pancasila ​

langkah-langkah seorang siswa untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara​

Jelaskan perbedaan karakteristik Wilayah dataran dan perairan​

Ilustrasi - dokter dengan jas putihnya (Shutterstock)

Barusan pada simposium satu hari yang lalu saya mendengar harapan dari salah seorang pimpinan Ikatan Dokter Indonesia bahwa ada pasien yang menyatakan tidak pernah diperiksa oleh dokter karena dokternya tidak memakai jas putih. Saran beliau kenakanlah jas putih sebagai penanda kita adalah dokter.

Saya merasa tergelitik untuk membahas hal ini karena mungkin terdapat pergeseran makna dan pemahaman jas putih di kalangan dokter. Banyak dokter merasa bahwa jas putih adalah simbol profesi dokter dan dalam bertugas mereka akan selalu berusaha untuk memakai jas putih. Persepsi masyarakat juga bahwa jas putih adalah milik dokter. Seseorang yang memakai jas putih adalah dokter.

Saya beberapa kali bertemu sejawat dari luar, dan mereka sebagian besar memakai jas snelli yang panjang sampai ke bawah dan hanya digunakan di ruang praktek. Jas tersebut tergantung di ruang kerja dan setiap hari diganti. Pada saat bertemu dan berbincang-bincang dengan kami mereka selalu memakai pakaian biasa yang rapi dan biasanya memakai dasi.

Menarik sekali bahwa di Indonesia suasana yang berbeda kita temui, seorang dokter di Indonesia sering sekali berangkat dari rumah sudah memakai jas putih, dalam mobil memakai jas putih, sampai di rumah sakit memakai jas putih. Sekali lihat orang langsung tahu bahwa itu adalah dokter. Pada saat pulang jasnya dibawa lagi. Jika mau turun ke belanja ke mall atau pasar maka jasnya diletakkan di sandaran kursi mobil.

Jas putih sudah menjadi identitas. Dari penampilan jasnya seseorang tahu apakah itu dokter spesialis atau dokter umum atau masih residen dan dokter umum. Jas menjadi identitas yang cepat. Di rumah sakit tertentu seperti tempat saya bertugas dahulu, jas putih lengan panjang hanya digunakan dokter spesialis yang lazim disebut sebagai dokter konsulen. Jas putih lengan pendek digunakan oleh residen dan dokter umum. Kalau masih mahasiswa kedokteran masih belum memakai jas tetapi memakai baju tertentu yang sepintas dan sekali lihat orang akan langsung mengidentifikasi, itu dokter muda atau mahasiswa kedokteran. Di tempat saya bertugas sekarang, banyak dokter yang memakai jas tetapi sebagian spesialis tidak memakai jas. Mereka menggunakan name tag sebagai identitas. Jas putih lengan panjang digunakan oleh residen dan trainee.

Bagi mahasiswa kedokteran yang selesai menjalani pendidikan, akan merasakan suatu perasaan yang susah diungkapkan pada saat pertama kali mereka membuat jas putih untuk mereka gunakan pertama kali. Mereka merasakan grade mereka meningkat saat pertama kali menggunakan jas putih tersebut. Ada kebanggaan yang susah diungkapkan dan dijelaskan dengan kata kata. “Saya dokter lho”, sepenggal kalimat ini mungkin dapat menjelaskan sebagian rasa kebanggaan tersebut. Perasaan yang lama-lama mungkin memudar tetapi tidak pernah hilang sama sekali.

Petugas di rumah sakit, di pintu masuk yang ketat biasanya langsung mengidentifikasi mobil seseorang sebagai mobil dokter jika yang di dalamnya ada orang memakai jas putih. Bisa duduk di belakang, samping sopir di depan, tetapi bisa juga yang membawa mobil. Jika yang bersangkutan lupa membawa kartu atau jika parkir hanya dengan menggunakan secarik kertas maka petugas parkir biasanya akan menyilakan lewat tanpa mempermasalahkan kartu parkir. Hal ini tidak berlaku jika parkir menggunakan sistem modern dengan menggunakan mesin tanpa manusia. Jika Anda ingin masuk ke suatu rumah sakit dan ingin tidak membayar parkir, pakailah jas putih dan percayalah sama saya, Anda di sebagian besar rumah sakit akan dihargai begitu masuk parkiran akan disapa, “Selamat pagi, Dok,” dan tidak akan ditanya macam-macam. Tetapi jikapun Anda seorang dokter tetapi tidak mempunyai jas putih dan masuk parkiran dan kelupaan membawa kartu serta Anda tidak mau membayar karena merasa sebagai pegawai rumah sakit merasa tidak nyaman membayar, siap-siaplah Anda berdebat panjang lebar dengan petugas parkir rumah sakit. Karena di sebagian besar rumah sakit, parkiran dikelola oleh “out sourcing” yang bisa berganti-ganti setiap tahun dan tidak sempat mengenali dokternya.

Dari jas putih yang dikenakan, Anda akan bisa memperkirakan bonafiditas seorang dokter. Jika jas yang digunakannya sangat rapi, licin dan tanpa bercak-bercak, bisa diperkirakan pemakainya adalah dokter spesialis yang cukup banyak duitnya. Jika dokternya mengenakan jas putih kumal dan lecek, bisa diperkirakan bahwa yang bersangkutan hidup susah dan kemungkinan ini adalah dokter peserta program pendidikan yang harus menghemat rupiahnya dengan laundry atau cucian hanya sekali seminggu. Bahkan saking hematnya, dari baunya saja kita sudah bisa menduga bahwa ini baju sudah tidak dicuci cukup lama. Hal yang pernah penulis rasakan karena sudah menjalani hal yang sama.

Ada dokter yang sedikit kesal karena ada petugas nonmedis memakai baju jas menyerupai jas putih dan berkata bahwa orang itu ingin menyerupai dokter sehingga memakai baju mirip jas putih. Sebegitu berartinya identifikasi dengan jas putih bagi seorang dokter.

Pada saat saya keluar, pemandangan yang berbeda saya jumpai. Tidak ada jas yang lazim di negeri ini. Yang ada adalah jas snelli putih yang panjang. Setiap berjumpa mereka selalu memakai baju rapi, sebagian besar lengan pendek dan memakai dasi. Mereka tidak kurang rapi dan bersih serta sangat menarik. Identitas mereka ada pada “name tag” di dada mereka. Di Cafetaria pada saat makan saya tidak menemui orang dengan baju putih yang duduk atau minum kopi. Tetapi saya yakin sebagian mereka adalah dokter.


Page 2

Ilustrasi - dokter dengan jas putihnya (Shutterstock)

Barusan pada simposium satu hari yang lalu saya mendengar harapan dari salah seorang pimpinan Ikatan Dokter Indonesia bahwa ada pasien yang menyatakan tidak pernah diperiksa oleh dokter karena dokternya tidak memakai jas putih. Saran beliau kenakanlah jas putih sebagai penanda kita adalah dokter.

Saya merasa tergelitik untuk membahas hal ini karena mungkin terdapat pergeseran makna dan pemahaman jas putih di kalangan dokter. Banyak dokter merasa bahwa jas putih adalah simbol profesi dokter dan dalam bertugas mereka akan selalu berusaha untuk memakai jas putih. Persepsi masyarakat juga bahwa jas putih adalah milik dokter. Seseorang yang memakai jas putih adalah dokter.

Saya beberapa kali bertemu sejawat dari luar, dan mereka sebagian besar memakai jas snelli yang panjang sampai ke bawah dan hanya digunakan di ruang praktek. Jas tersebut tergantung di ruang kerja dan setiap hari diganti. Pada saat bertemu dan berbincang-bincang dengan kami mereka selalu memakai pakaian biasa yang rapi dan biasanya memakai dasi.

Menarik sekali bahwa di Indonesia suasana yang berbeda kita temui, seorang dokter di Indonesia sering sekali berangkat dari rumah sudah memakai jas putih, dalam mobil memakai jas putih, sampai di rumah sakit memakai jas putih. Sekali lihat orang langsung tahu bahwa itu adalah dokter. Pada saat pulang jasnya dibawa lagi. Jika mau turun ke belanja ke mall atau pasar maka jasnya diletakkan di sandaran kursi mobil.

Jas putih sudah menjadi identitas. Dari penampilan jasnya seseorang tahu apakah itu dokter spesialis atau dokter umum atau masih residen dan dokter umum. Jas menjadi identitas yang cepat. Di rumah sakit tertentu seperti tempat saya bertugas dahulu, jas putih lengan panjang hanya digunakan dokter spesialis yang lazim disebut sebagai dokter konsulen. Jas putih lengan pendek digunakan oleh residen dan dokter umum. Kalau masih mahasiswa kedokteran masih belum memakai jas tetapi memakai baju tertentu yang sepintas dan sekali lihat orang akan langsung mengidentifikasi, itu dokter muda atau mahasiswa kedokteran. Di tempat saya bertugas sekarang, banyak dokter yang memakai jas tetapi sebagian spesialis tidak memakai jas. Mereka menggunakan name tag sebagai identitas. Jas putih lengan panjang digunakan oleh residen dan trainee.

Bagi mahasiswa kedokteran yang selesai menjalani pendidikan, akan merasakan suatu perasaan yang susah diungkapkan pada saat pertama kali mereka membuat jas putih untuk mereka gunakan pertama kali. Mereka merasakan grade mereka meningkat saat pertama kali menggunakan jas putih tersebut. Ada kebanggaan yang susah diungkapkan dan dijelaskan dengan kata kata. “Saya dokter lho”, sepenggal kalimat ini mungkin dapat menjelaskan sebagian rasa kebanggaan tersebut. Perasaan yang lama-lama mungkin memudar tetapi tidak pernah hilang sama sekali.

Petugas di rumah sakit, di pintu masuk yang ketat biasanya langsung mengidentifikasi mobil seseorang sebagai mobil dokter jika yang di dalamnya ada orang memakai jas putih. Bisa duduk di belakang, samping sopir di depan, tetapi bisa juga yang membawa mobil. Jika yang bersangkutan lupa membawa kartu atau jika parkir hanya dengan menggunakan secarik kertas maka petugas parkir biasanya akan menyilakan lewat tanpa mempermasalahkan kartu parkir. Hal ini tidak berlaku jika parkir menggunakan sistem modern dengan menggunakan mesin tanpa manusia. Jika Anda ingin masuk ke suatu rumah sakit dan ingin tidak membayar parkir, pakailah jas putih dan percayalah sama saya, Anda di sebagian besar rumah sakit akan dihargai begitu masuk parkiran akan disapa, “Selamat pagi, Dok,” dan tidak akan ditanya macam-macam. Tetapi jikapun Anda seorang dokter tetapi tidak mempunyai jas putih dan masuk parkiran dan kelupaan membawa kartu serta Anda tidak mau membayar karena merasa sebagai pegawai rumah sakit merasa tidak nyaman membayar, siap-siaplah Anda berdebat panjang lebar dengan petugas parkir rumah sakit. Karena di sebagian besar rumah sakit, parkiran dikelola oleh “out sourcing” yang bisa berganti-ganti setiap tahun dan tidak sempat mengenali dokternya.

Dari jas putih yang dikenakan, Anda akan bisa memperkirakan bonafiditas seorang dokter. Jika jas yang digunakannya sangat rapi, licin dan tanpa bercak-bercak, bisa diperkirakan pemakainya adalah dokter spesialis yang cukup banyak duitnya. Jika dokternya mengenakan jas putih kumal dan lecek, bisa diperkirakan bahwa yang bersangkutan hidup susah dan kemungkinan ini adalah dokter peserta program pendidikan yang harus menghemat rupiahnya dengan laundry atau cucian hanya sekali seminggu. Bahkan saking hematnya, dari baunya saja kita sudah bisa menduga bahwa ini baju sudah tidak dicuci cukup lama. Hal yang pernah penulis rasakan karena sudah menjalani hal yang sama.

Ada dokter yang sedikit kesal karena ada petugas nonmedis memakai baju jas menyerupai jas putih dan berkata bahwa orang itu ingin menyerupai dokter sehingga memakai baju mirip jas putih. Sebegitu berartinya identifikasi dengan jas putih bagi seorang dokter.

Pada saat saya keluar, pemandangan yang berbeda saya jumpai. Tidak ada jas yang lazim di negeri ini. Yang ada adalah jas snelli putih yang panjang. Setiap berjumpa mereka selalu memakai baju rapi, sebagian besar lengan pendek dan memakai dasi. Mereka tidak kurang rapi dan bersih serta sangat menarik. Identitas mereka ada pada “name tag” di dada mereka. Di Cafetaria pada saat makan saya tidak menemui orang dengan baju putih yang duduk atau minum kopi. Tetapi saya yakin sebagian mereka adalah dokter.


Pekerjaan seseorang yang selalu memakai pakaian jas adalah

Lihat Healthy Selengkapnya


Page 3

Ilustrasi - dokter dengan jas putihnya (Shutterstock)

Barusan pada simposium satu hari yang lalu saya mendengar harapan dari salah seorang pimpinan Ikatan Dokter Indonesia bahwa ada pasien yang menyatakan tidak pernah diperiksa oleh dokter karena dokternya tidak memakai jas putih. Saran beliau kenakanlah jas putih sebagai penanda kita adalah dokter.

Saya merasa tergelitik untuk membahas hal ini karena mungkin terdapat pergeseran makna dan pemahaman jas putih di kalangan dokter. Banyak dokter merasa bahwa jas putih adalah simbol profesi dokter dan dalam bertugas mereka akan selalu berusaha untuk memakai jas putih. Persepsi masyarakat juga bahwa jas putih adalah milik dokter. Seseorang yang memakai jas putih adalah dokter.

Saya beberapa kali bertemu sejawat dari luar, dan mereka sebagian besar memakai jas snelli yang panjang sampai ke bawah dan hanya digunakan di ruang praktek. Jas tersebut tergantung di ruang kerja dan setiap hari diganti. Pada saat bertemu dan berbincang-bincang dengan kami mereka selalu memakai pakaian biasa yang rapi dan biasanya memakai dasi.

Menarik sekali bahwa di Indonesia suasana yang berbeda kita temui, seorang dokter di Indonesia sering sekali berangkat dari rumah sudah memakai jas putih, dalam mobil memakai jas putih, sampai di rumah sakit memakai jas putih. Sekali lihat orang langsung tahu bahwa itu adalah dokter. Pada saat pulang jasnya dibawa lagi. Jika mau turun ke belanja ke mall atau pasar maka jasnya diletakkan di sandaran kursi mobil.

Jas putih sudah menjadi identitas. Dari penampilan jasnya seseorang tahu apakah itu dokter spesialis atau dokter umum atau masih residen dan dokter umum. Jas menjadi identitas yang cepat. Di rumah sakit tertentu seperti tempat saya bertugas dahulu, jas putih lengan panjang hanya digunakan dokter spesialis yang lazim disebut sebagai dokter konsulen. Jas putih lengan pendek digunakan oleh residen dan dokter umum. Kalau masih mahasiswa kedokteran masih belum memakai jas tetapi memakai baju tertentu yang sepintas dan sekali lihat orang akan langsung mengidentifikasi, itu dokter muda atau mahasiswa kedokteran. Di tempat saya bertugas sekarang, banyak dokter yang memakai jas tetapi sebagian spesialis tidak memakai jas. Mereka menggunakan name tag sebagai identitas. Jas putih lengan panjang digunakan oleh residen dan trainee.

Bagi mahasiswa kedokteran yang selesai menjalani pendidikan, akan merasakan suatu perasaan yang susah diungkapkan pada saat pertama kali mereka membuat jas putih untuk mereka gunakan pertama kali. Mereka merasakan grade mereka meningkat saat pertama kali menggunakan jas putih tersebut. Ada kebanggaan yang susah diungkapkan dan dijelaskan dengan kata kata. “Saya dokter lho”, sepenggal kalimat ini mungkin dapat menjelaskan sebagian rasa kebanggaan tersebut. Perasaan yang lama-lama mungkin memudar tetapi tidak pernah hilang sama sekali.

Petugas di rumah sakit, di pintu masuk yang ketat biasanya langsung mengidentifikasi mobil seseorang sebagai mobil dokter jika yang di dalamnya ada orang memakai jas putih. Bisa duduk di belakang, samping sopir di depan, tetapi bisa juga yang membawa mobil. Jika yang bersangkutan lupa membawa kartu atau jika parkir hanya dengan menggunakan secarik kertas maka petugas parkir biasanya akan menyilakan lewat tanpa mempermasalahkan kartu parkir. Hal ini tidak berlaku jika parkir menggunakan sistem modern dengan menggunakan mesin tanpa manusia. Jika Anda ingin masuk ke suatu rumah sakit dan ingin tidak membayar parkir, pakailah jas putih dan percayalah sama saya, Anda di sebagian besar rumah sakit akan dihargai begitu masuk parkiran akan disapa, “Selamat pagi, Dok,” dan tidak akan ditanya macam-macam. Tetapi jikapun Anda seorang dokter tetapi tidak mempunyai jas putih dan masuk parkiran dan kelupaan membawa kartu serta Anda tidak mau membayar karena merasa sebagai pegawai rumah sakit merasa tidak nyaman membayar, siap-siaplah Anda berdebat panjang lebar dengan petugas parkir rumah sakit. Karena di sebagian besar rumah sakit, parkiran dikelola oleh “out sourcing” yang bisa berganti-ganti setiap tahun dan tidak sempat mengenali dokternya.

Dari jas putih yang dikenakan, Anda akan bisa memperkirakan bonafiditas seorang dokter. Jika jas yang digunakannya sangat rapi, licin dan tanpa bercak-bercak, bisa diperkirakan pemakainya adalah dokter spesialis yang cukup banyak duitnya. Jika dokternya mengenakan jas putih kumal dan lecek, bisa diperkirakan bahwa yang bersangkutan hidup susah dan kemungkinan ini adalah dokter peserta program pendidikan yang harus menghemat rupiahnya dengan laundry atau cucian hanya sekali seminggu. Bahkan saking hematnya, dari baunya saja kita sudah bisa menduga bahwa ini baju sudah tidak dicuci cukup lama. Hal yang pernah penulis rasakan karena sudah menjalani hal yang sama.

Ada dokter yang sedikit kesal karena ada petugas nonmedis memakai baju jas menyerupai jas putih dan berkata bahwa orang itu ingin menyerupai dokter sehingga memakai baju mirip jas putih. Sebegitu berartinya identifikasi dengan jas putih bagi seorang dokter.

Pada saat saya keluar, pemandangan yang berbeda saya jumpai. Tidak ada jas yang lazim di negeri ini. Yang ada adalah jas snelli putih yang panjang. Setiap berjumpa mereka selalu memakai baju rapi, sebagian besar lengan pendek dan memakai dasi. Mereka tidak kurang rapi dan bersih serta sangat menarik. Identitas mereka ada pada “name tag” di dada mereka. Di Cafetaria pada saat makan saya tidak menemui orang dengan baju putih yang duduk atau minum kopi. Tetapi saya yakin sebagian mereka adalah dokter.


Pekerjaan seseorang yang selalu memakai pakaian jas adalah

Lihat Healthy Selengkapnya


Page 4

Ilustrasi - dokter dengan jas putihnya (Shutterstock)

Barusan pada simposium satu hari yang lalu saya mendengar harapan dari salah seorang pimpinan Ikatan Dokter Indonesia bahwa ada pasien yang menyatakan tidak pernah diperiksa oleh dokter karena dokternya tidak memakai jas putih. Saran beliau kenakanlah jas putih sebagai penanda kita adalah dokter.

Saya merasa tergelitik untuk membahas hal ini karena mungkin terdapat pergeseran makna dan pemahaman jas putih di kalangan dokter. Banyak dokter merasa bahwa jas putih adalah simbol profesi dokter dan dalam bertugas mereka akan selalu berusaha untuk memakai jas putih. Persepsi masyarakat juga bahwa jas putih adalah milik dokter. Seseorang yang memakai jas putih adalah dokter.

Saya beberapa kali bertemu sejawat dari luar, dan mereka sebagian besar memakai jas snelli yang panjang sampai ke bawah dan hanya digunakan di ruang praktek. Jas tersebut tergantung di ruang kerja dan setiap hari diganti. Pada saat bertemu dan berbincang-bincang dengan kami mereka selalu memakai pakaian biasa yang rapi dan biasanya memakai dasi.

Menarik sekali bahwa di Indonesia suasana yang berbeda kita temui, seorang dokter di Indonesia sering sekali berangkat dari rumah sudah memakai jas putih, dalam mobil memakai jas putih, sampai di rumah sakit memakai jas putih. Sekali lihat orang langsung tahu bahwa itu adalah dokter. Pada saat pulang jasnya dibawa lagi. Jika mau turun ke belanja ke mall atau pasar maka jasnya diletakkan di sandaran kursi mobil.

Jas putih sudah menjadi identitas. Dari penampilan jasnya seseorang tahu apakah itu dokter spesialis atau dokter umum atau masih residen dan dokter umum. Jas menjadi identitas yang cepat. Di rumah sakit tertentu seperti tempat saya bertugas dahulu, jas putih lengan panjang hanya digunakan dokter spesialis yang lazim disebut sebagai dokter konsulen. Jas putih lengan pendek digunakan oleh residen dan dokter umum. Kalau masih mahasiswa kedokteran masih belum memakai jas tetapi memakai baju tertentu yang sepintas dan sekali lihat orang akan langsung mengidentifikasi, itu dokter muda atau mahasiswa kedokteran. Di tempat saya bertugas sekarang, banyak dokter yang memakai jas tetapi sebagian spesialis tidak memakai jas. Mereka menggunakan name tag sebagai identitas. Jas putih lengan panjang digunakan oleh residen dan trainee.

Bagi mahasiswa kedokteran yang selesai menjalani pendidikan, akan merasakan suatu perasaan yang susah diungkapkan pada saat pertama kali mereka membuat jas putih untuk mereka gunakan pertama kali. Mereka merasakan grade mereka meningkat saat pertama kali menggunakan jas putih tersebut. Ada kebanggaan yang susah diungkapkan dan dijelaskan dengan kata kata. “Saya dokter lho”, sepenggal kalimat ini mungkin dapat menjelaskan sebagian rasa kebanggaan tersebut. Perasaan yang lama-lama mungkin memudar tetapi tidak pernah hilang sama sekali.

Petugas di rumah sakit, di pintu masuk yang ketat biasanya langsung mengidentifikasi mobil seseorang sebagai mobil dokter jika yang di dalamnya ada orang memakai jas putih. Bisa duduk di belakang, samping sopir di depan, tetapi bisa juga yang membawa mobil. Jika yang bersangkutan lupa membawa kartu atau jika parkir hanya dengan menggunakan secarik kertas maka petugas parkir biasanya akan menyilakan lewat tanpa mempermasalahkan kartu parkir. Hal ini tidak berlaku jika parkir menggunakan sistem modern dengan menggunakan mesin tanpa manusia. Jika Anda ingin masuk ke suatu rumah sakit dan ingin tidak membayar parkir, pakailah jas putih dan percayalah sama saya, Anda di sebagian besar rumah sakit akan dihargai begitu masuk parkiran akan disapa, “Selamat pagi, Dok,” dan tidak akan ditanya macam-macam. Tetapi jikapun Anda seorang dokter tetapi tidak mempunyai jas putih dan masuk parkiran dan kelupaan membawa kartu serta Anda tidak mau membayar karena merasa sebagai pegawai rumah sakit merasa tidak nyaman membayar, siap-siaplah Anda berdebat panjang lebar dengan petugas parkir rumah sakit. Karena di sebagian besar rumah sakit, parkiran dikelola oleh “out sourcing” yang bisa berganti-ganti setiap tahun dan tidak sempat mengenali dokternya.

Dari jas putih yang dikenakan, Anda akan bisa memperkirakan bonafiditas seorang dokter. Jika jas yang digunakannya sangat rapi, licin dan tanpa bercak-bercak, bisa diperkirakan pemakainya adalah dokter spesialis yang cukup banyak duitnya. Jika dokternya mengenakan jas putih kumal dan lecek, bisa diperkirakan bahwa yang bersangkutan hidup susah dan kemungkinan ini adalah dokter peserta program pendidikan yang harus menghemat rupiahnya dengan laundry atau cucian hanya sekali seminggu. Bahkan saking hematnya, dari baunya saja kita sudah bisa menduga bahwa ini baju sudah tidak dicuci cukup lama. Hal yang pernah penulis rasakan karena sudah menjalani hal yang sama.

Ada dokter yang sedikit kesal karena ada petugas nonmedis memakai baju jas menyerupai jas putih dan berkata bahwa orang itu ingin menyerupai dokter sehingga memakai baju mirip jas putih. Sebegitu berartinya identifikasi dengan jas putih bagi seorang dokter.

Pada saat saya keluar, pemandangan yang berbeda saya jumpai. Tidak ada jas yang lazim di negeri ini. Yang ada adalah jas snelli putih yang panjang. Setiap berjumpa mereka selalu memakai baju rapi, sebagian besar lengan pendek dan memakai dasi. Mereka tidak kurang rapi dan bersih serta sangat menarik. Identitas mereka ada pada “name tag” di dada mereka. Di Cafetaria pada saat makan saya tidak menemui orang dengan baju putih yang duduk atau minum kopi. Tetapi saya yakin sebagian mereka adalah dokter.


Pekerjaan seseorang yang selalu memakai pakaian jas adalah

Lihat Healthy Selengkapnya