Orang yang suka mengungkit kesalahan orang lain

TRIBUNJATENG.COM- 4 zodiak suka bikin konflik.

Zodiak-zodiak ini suka mengungkit kesalahan orang lain hingga dikenal zodiak suka berantem.

Mereka suka berdebat hingga adu kekuatan fisik.

Berikut 4 zodiak suka berantem:

ARIES

Aries memiliki energi yang sangat membara.

Mereka suka untuk menjadi benar.

Mereka adalah tipe orang yang akan menyebutkan setiap kesalahanmu dan mengingatnya.

Aries juga sangat kompetitif, maka mereka akan merasa sangat bangga setelah mengalahkan lawannya dalam sebuah argumen ataupun kompetisi.

Bahkan, Aries seringkali menganggap argumen seperti semacam olahraga! Mereka senang untuk berdebat karena menurutnya hal itu menyenangkan.

2. TAURUS

Seperti tanda dari zodiak ini, ya, seekor banteng, Taurus tidak akan mencari masalah dengan orang lain, kecuali ia merasa terancam.

Pertengkaran dengan Taurus akan memakan waktu yang cukup lama, karena mereka selalu berpikir bahwa mereka benar dan mereka tidak mau mengalah.

Mereka sangat berprinsip dan seorang Taurus akan selalu membela diri!

loading...

Membuka aib sesama muslim dan mencari kesalahan orang lain merupakan perbuatan tercela yang amat dibenci Allah dan Rasul-Nya.

Orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain dengan tujuan untuk membongkar aib dan dosa seseorang disebut Tajassus (bahasa Arab). Dalam Al-Qur'an, Allah melarang keras perbuatan ini sebagaiman firman-Nya dalam Surat Al-Hujurat Ayat 12.

Dai yang belajar di Kairo Mesir, Ustaz Amru Hamdany menjelaskan, seorang muslim tidak dibolehkan bertanya atau mencari tahu ke orang lain tentang perbuatan maksiat masa lalu seseorang. Sebab hal tersebut termasuk Tajassus yang dilarang.

Hal itu membuat ia mujaharah (menampakkan) dosa yang telah Allah tutupi, dan itu terlarang. Misalnya, "Sudah nggak kamu minum khomr?" "Sudah nggak situ mencuri uang ibumu?" "Did you watch blue film?"

Alangkah banyaknya pemuda sekarang yang isi tongkrongannya adalah saling tanya aib. Imam Al-Mardawi dalam Mandzhumah Al-Adab As-Syar'iyyah mengatakan:

ويحرُمُ تجسيسٌ على متستِّرٍ #
بفسقٍ وماضي الفسقِ إن لم يجددِّ

Imam Safarini yang mensyarah bait tersebut menulis: "Haram mencari-cari tau perbuatan fasiq seseorang di masa lalunya, misalnya seseorang telah minum khomar di masa lalu kemudian kamu mencari-cari tahu tentang itu, karena sesungguhnya itu adalah termasuk mengumbar kemungkaran."

Orang yang sudah Allah tutupi dosanya jangan lagi kita bantu untuk membukanya. Dan termasuk tajassus yang haram adalah ketika membuka galeri HP teman kita atau melihat history pencarian Google atau media sosialnya, dengan niat ingin tahu aib dan keburukan teman tersebut.

Dalam satu Hadis kita diingatkan: "Barangsiapa mencari-cari kesalahan saudaranya, maka Allah akan menampakan kejelekannya."

Semoga Allah selalu menutup aib orang-orang yang tidak mau tahu aib orang lain.

Baca Juga: Islam Mengajarkan untuk Tidak Mencari-cari Kesalahan Orang Lain

(rhs)

Anak-anak yang tumbuh dengan harga diri atau self esteem yang tinggi berasal dari keluarga yang menghargainya dan memberinya kepercayaan. Harga diri yang kuat mendorong seseorang untuk dapat melewati tantangan, mencoba hal baru, serta melakukan evaluasi dan mencari cara baru saat menjumpai kegagalan.

  Sayangnya, menurut Jeffrey Bernstein, Ph.D., psikolog anak, remaja, dan keluarga di Pennsylvania, AS, serta penulis buku 10 Days to a Defiant Child mengatakan bahwa masih banyak orang tua yang secara tidak sadar melakukan kesalahan yang dapat merusak harga diri anak-anak. Apa sajakah kesalahan tersebut?

  1. Berteriak
Memukul sudah banyak diketahui memiliki dampak psikologis yang negatif pada anak. Berteriak pun sebetulnya memiliki dampak yang sama buruknya dengan memukul. Ketika Anda berteriak, Anda menunjukkan kontrol impuls yang buruk pada kemarahan. Menggertak dan meneriaki anak sama saja dengan melemahkan anak Anda.

  Meskipun mungkin terasa bahwa Anda telah berhasil menghentikan perilaku buruk mereka, perlu dipahami bahwa ini hanya berlaku dalam jangka pendek. Buruknya, berteriak dapat mengurangi keberanian dan keinginan anak untuk melakukan percakapan yang konstruktif bersama orang tua dalam rangka menyelesaikan masalah, mengatasi konflik, dan membangun harga diri.

  2. Mengungkit-ungkit Kesalahan Masa Lalu
Setelah masalah atau konflik diselesaikan, jangan terus mengungkit-ungkitnya. Anak-anak berhak mengawali sesuatu yang baru. Terus mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu akan mengajarkan mereka untuk mengingat keburukan seseorang dan menyimpan dendam untuk jangka waktu yang lama.

  Di samping itu, anak-anak perlu tahu bahwa begitu suatu masalah diselesaikan, itu menjadi bagian dari masa lalu. Dengan tidak mengungkit kesalahan mereka dan sebaliknya memperkuat mereka dengan motivasi positif, semakin baik perasaan mereka tentang diri mereka sendiri. Mereka akan belajar bahwa orang-orang mempercayainya bila mereka berupaya memperbaiki kesalahannya.

  3. Membuat Anak Merasa Bersalah
Tanpa disadari, orang tua sering kali menyuntikkan rasa bersalah pada anak. Misal, saat anak melakukan kesalahan seperti meninggalkan buku PR-nya. Perkataan seperti, “Coba lihat, Mama harus capek melakukan hal yang seharusnya bukan tanggung jawab Mama,” akan membuat rasa bersalahnya bertambah 2 kali lipat.

  Atau saat anak Anda tak sengaja menendang bola ke jendela tetangga hingga pecah, Anda mungkin mengatakan, “Lihat, betapa malunya Mama karena ketidakhati-hatianmu ini.”

  Anak-anak butuh divalidasi perasaannya. Pada saat mereka melakukan kesalahan, mereka butuh dipahami dan didukung untuk memperbaiki kesalahannya. Orang tua yang menggunakan rasa bersalah untuk mengendalikan anak-anak mereka berisiko mengasingkan mereka. Hal ini tentu dapat merusak harga dirinya lantaran merasa tidak becus melakukan banyak hal.

  4. Menyindir
Tanpa menggunakan bentakan, Anda berusaha berbicara dengan si kecil yang telah melakukan kesalahan dengan sindiran. Anda menggunakan hal-hal yang menyiratkan kebalikan dari apa yang Anda katakan melalui nada suara Anda, misalnya saja kalimat seperti, "Oh, pintar sekali ya kamu," ketika anak Anda membuat pilihan yang buruk.

  Sindiran dapat menyakitkan karena membuat anak-anak merasa malu. Pada gilirannya, rasa malu yang membesar akan merusak harga diri mereka. Menjatuhkan anak melalui sindiran juga menciptakan hambatan bagi orang tua untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak mereka.

  Baca juga:
Orang Tua Percaya Diri = Anak Percaya Diri
Tumbuhkan Rasa Percaya Diri
Anak Percaya Diri atau Tidak?
Anak Berani Tampil = Percaya Diri?
Kiat Membangun Percaya Diri Anak

    (LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK

Apa hukumnya mengungkit kesalahan orang lain?

Haram hukumnya. Larangan itu dalam Alquran di ayat ke-12 surah Al-Hujarat, yang artinya, “Janganlah kamu mencari-cari keburukan orang lain.” Sedangkan dalam hadis, diantaranya diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yang artinya, “Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain.” Gibah termasuk cabang kemunafikan.

Kenapa orang suka mengungkit masa lalu?

Terdapat banyak penyebab yang dapat mempengaruhi Anda dalam kebiasaan membicarakan masa lalu. Hal ini mulai dari adanya trauma masa lalu yang mendalam, pola asuh di keluarga, atau adanya gangguan psikologis seperti gangguan kecemasan, gangguan depresi, gangguan psikosis, dan lainnya.

Apa hukumnya mengungkit masa lalu?

Hukum mengungkit masa lalu menurut Islam Sesungguhnya, Islam amat melarang jika sepasang suami isteri mengungkit masa lalu, terutamanya yang berkaitan kemaksiatan. Suami isteri tidak perlu menjelaskan masa lalu masing-masing.

Bolehkah mengungkit

Wahai orang beriman, jangan kamu batalkan perbuatan-perbuatanmu yang baik-baik dulu dengan mengungkit-ungkit, mengungkap-ungkap pemberian dan menyakiti hati orang lain.