Motif yang terdapat pada rumah adat toraja adalah

Motif yang terdapat pada rumah adat toraja adalah
HIASAN RUMAH ADAT TORAJA

Selain konstruksi rumah adat Toraja, perlu dijelaskan mengenai ragam hias berupa ukiran. Dalam budaya Toraja ukiran dasar yang harus ada pada setiap bangunan Tongkonan adalah Passura' Pa'manuk Londong (Ukiran bentuk ayam jantan), Passura Pa'barre Allo (Ukiran bentuk matahari), Passura Pa'tedongan (Ukiran kerbau) dan  Passura Pa'sussuk (Ukiran garis / geometris). Empat dasar ukiran itulah yang dikembangkan yang sampai sekarang dikenal mencpai 78 jenis ukiran berdasarkan imajinasi dan kondisi alam.

Warna dasar yang digunakan dalam ukiran Toraja yaitu hitam, merah, kuning dan putih dengan bahan dasar arang untuk hitam, kapur sirih campur tuak untuk warna puth, dan warna merah dari tanah merah campur cuka (tuak), sedangkan warna kuning dari bahan tanah liat (oker).

Tongkonan dilekapi oleh hiasan berupa :


  1. Kabongo adalah hiasan yang terletak depan rumah berbentuk kepala kerbau dengan memakai tanduk kerbau yang asli. Hiasan kabongo ini bermakna sebagai Tongkonan pemimpin kekuasaan adat
  2. Katik adalah hiasan berbentuk kepala ayam yang bertengger diatas kepala hiasan kepala kerbau. Hiasan kepala ayam ini bermakna sebagai adanya aturan akan ketatamasyarakatan di dalam daerah adat yang dikuasai Tongkonan bersangkutan
  3. Passura adalah hiasan berupa ukiran-ukiran yang memadati seluruh badan atau dinding rumah. Ukiran pada rumah Toraja masing-masing mempunyai arti dan makna sendiri-sendiri dimana penempatannya juga sudah mempunyai aturan-aturan yang tetap. Pada dasarnya ukiran Toraja terdiri atas 4 bagian besar yakni :

  • Ukiran Pa Barre Allo adalah sebuah ukiran yang bermotifkan matahari diletakkan dibagian dinding depan rumah. Motif matahari ini melambangkan adanya zat hidup
  • Ukiran Pa Manuk Londong adalah sebuah ukuran yang bermotifkan ayam jantan yang juga terletak di bagian dinding depan ruamh. Motif ayam ini melambangkan adanya keteraturan dan norma-norma di dalam kehidupan masyarakat Toraja
  • Ukiran Pa' Tedong adalah sebuah ukiran bermotifkan kepala kerbau diletakkan dibagian dinding depan rumah Tongkonan. Motif kepala kerbau melambangkan adanya kemakmuran yang dihasilkan dari suatu kerja keras
  • Ukiran Pa sussuk adalah hiasan berbentuk garis-garis terletak didepan dan bagian sisi dinding rumah. Motif ini melambangkan adanya kebersamaan dan kesejaran masyarakat Toraja dengan masyarakat lainnya.  

Rumah Adat Toraja – Suku Toraja adalah salah satu etnis asli nusantara yang terkenal dengan metode pemakanannya, yaitu Rambu Solo. Suku ini mendiami provinsi Sulawesi Selatan, terutama di bagian pegunungan sebelah utara dengan populasi sekitar 1 juta jiwa.

Sekitar setengah dari populasinya bertempat tinggal di Kabupaten Tana Toraja. Mayoritas masyarakat Toraja masih memeluk kepercayaan animisme yang dikenal dengan sebutan Aluk To Dolo. Kepercayaan ini telah diakui pemerintah RI sebagai bagian dari agama Hindu Dharma.

Masyarakat Toraja memiliki tradisi dan adat istiadat yang sangat menarik dan mengundang rasa penasaran banyak orang. Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, yakni “To Riaja”. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut berarti orang yang berdiam di negeri atas.

Hal ini berkaitan erat dengan tempat tinggal mereka, baik saat masih hidup maupun saat telah menutup usia. Masyarakat Toraja tetap ditempatkan di atas walaupun telah meninggal dunia.

Keunikan dan kemisteriusan suku Toraja tidak hanya tercermin dari ritual pemakamannya yang tersohor. Ukiran kayu dan rumah adat Toraja pun menarik untuk dipelajari lebih jauh.

Rumah Tongkonan Suku Toraja

Dalam bahasa Toraja, kata tongkonan berarti duduk atau menduduki. Rumah ini mempunyai bentuk yang sangat khas, terdiri dari tumpukan kayu yang dihiasi ukiran khas Toraja beraneka warna, mulai dari hitam, kuning, dan merah.

Motif yang terdapat pada rumah adat toraja adalah
99.co

Rumah Tongkonan merupakan tempat masyarakat Toraja bersosialisasi. Dalam mendirikan rumah ini wajib dilakukan upacara ritual yang harus diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Sebab rumah Tongkonan bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai cara masyarakat Toraja agar tetap terhubung dengan leluhur mereka.

baca juga:  9++ Pakaian Adat Sulawesi Selatan - Contoh, Gambar & Penjelasan

Menurut legenda yang berkembang di masyarakat Toraja, Rumah Tongkonan pertama kali dibagun di surga. Rumah pertama tersebut memiliki 4 buah tiang. Kemudian leluhur Suku Toraja turun ke Bumi dan membuat rumah yang sama dengan yang ada di surga. Lalu digelarlah upacara yang besar.

Pada awalnya, Ruma Tongkonan hanya digunakan oleh kalangan bangsawan Toraja untuk berkumpul. Namun pada perkembangannya, rumah ini akhirnya menjadi rumah adat yang digunakan untuk tempat tinggal masyarakat Toraja.

Pembangunan Rumah Tongkonan

Jika dilihat dari kejauhan, Rumah Tongkonan tampak megah dan sangat unik. Oleh karena itu, tak heran jika dalam pembangunan rumah tradisional ini termasuk pekerjaan yang tidak mudah, bahkan melelahkan. Untuk mendirikan 1 Rumah Tongkonan, biasanya dilakukan banyak orang dengan melibatkan bantuan seluruh keluarga besar.

Komponen Rumah Tongkonan

Hampir sama dengan kebanyakan rumah adat lainnya dari Indonesia, Sebagian bahan bangunan Rumah Tongkonan terbuat dari kayu. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu uru yang dikenal kokoh.

Sedangkan untuk komponen Rumah Tongkonan terdiri dari atap Tongkonan yang terbuat dari bambu. Uniknya, bentuk atapnya dibuat menyerupai perahu. Bentuk ini adalah simbol pengingat bahwa dulunya nenek moyang Suku Toraja menyeberangi lautan untuk menuju ke Pulau Sulawesi dengan menggunakan perahu.

Sementara itu, bagian dinding Rumah Tongkonan terbuat dari kayu. Dalam pembangunannya, masyarakat Toraja tidak menggunakan besi sama sekali, serta tidak ada paku untuk menyambung bahan-bahan pembuatan rumah.

Makna Filosofi Warna-Warni Rumah Tongkonan

Rumah Tongkonan dihiasi oleh warna-warni yang berbeda. Pada dasarnya, ada 4 warna pada rumah tradisional ini, yaitu hitam, putih, merah, dan kuning. Warna-warna ini dipilih bukan hanya sebagai penghias, namun masing-masing mempunyai makna.

Motif yang terdapat pada rumah adat toraja adalah
Google Images

Warna putih melambangkan kesucian, warna ini sama dengan warna tulang. Warna kuning melambangkan kekuasaan dan anugerah Sang Maha Kuasa. Warna merah melambangkan darah yang artinya adalah kehidupan. Sementara warna hitam melambangkan kegelapan dan kematian.

baca juga:  Keindahan Gua Jomblang Yogyakarta - Cahaya Surga di Dasar Gua

Rumah Tongkonan Sebagai Simbol Status Sosial

Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah tradisional Tongkonan ternyata juga menjadi penanda status sosial pemiliknya. Bukan dari besar atau megahnya rumah. Melainkan dari jumlah kepala kerbau yang dipajang di setiap rumah.

Biasanya, kepala kerbau akan dipajang di tiang utama Rumah Tongkonan. Hal inilah yang menentukan status sosial si pemilik rumah dalam kehidupan masyarakat setempat. Semakin banyak jumlah kepala kerbau yang dipajang, maka kedudukannya akan semakin tinggi.

Ruang di Rumah Tongkonan

Pada dasarnya, Rumah Tongkonan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian selatan, utara, dan tengah. Ketiganya memiliki fungsi yang berbeda-beda, yaitu:

1. Ruang Selatan

Ruangan ini disebut sebagai Sumbung. Ruang Selatan adalah area khusus yang ditempati kepala keluarga. Sebagai pemimpin dalam rumah tangga, kepala keluarga di masyarakat Toraja sangat dihormati dan memiliki peran sangat penting. Peraturan yang berlaku dalam sebuah keluarga hingga aktivitasnya diatur sebagian besar oleh kepala keluarga.

2. Ruang Utara

Rungan yang terletak di sebelah utara rumah ini disebut sebagai Tengolak. Pada bagian ini terdapat beberapa ruangan, seperti ruang tamu, tempat tidur bagi anak-anak, dan area untuk meletakkan sesaji. Tengolak adalah ruangan pertama yang akan dimasuki saat bertamu ke Rumah Tongkonan.

3. Ruang Tengah

Sesuai namanya, ruangan ini berada di bagian tengah rumah. Sebutan lain untuk ruangan ini adalah Sali. Fungsinya sangat beragam, namun utamanya sebagai tempat disimpannya jasad anggota keluarga yang telah meninggal.

Selain itu, Sali juga digunakan sebagai ruang pertemuan keluarga dan juga ruang makan. Adanya jasad di ruangan Sali bukanlah sesuatu yang dianggap aneh atau menakutkan bagi Suku Toraja. Hal ini karena mereka sangat menjunjung hubungan antara seseorang yang masih hidup dengan leluhur yang telah meninggal.

Selain ketiga bagian rumah tersebut, ada pula bagian rumah yang disebut dengan Alang Sura. Ruang ini adalah lumbung padi yang biasanya dibangun terpisah dengan rumah utama. Alang Sura diibaratkan sebagai bapak bagi Suku Toraja, yaitu sebagai pencari nafkah. Sementara Rumah Tongkongan diibaratkan sebagai ibu yang melindungi dan memberi kehangatan kepada seluruh anggota keluarga.

Jenis Rumah Tongkonan

Rumah Tongkonan terdiri dari beberapa jenis, yaitu Tongkonan Batu, Tongkonan Layuk, dan Tongkonan Pekanberan. Ketiganya dibagi menurut fungsinya, antara lain:

1. Tongkonan Batu

Rumah Tongkonan ialah bangunan yang digunakan oleh rakyat biasa. Rakyat biasa yang dimaksud dalan susunan masyarakat Toraja adalah golongan yang tidak memiliki jabatan atau kedudukan dalam adat masyarakat setempat.

2. Tongkonan Pekanberan

Nama lain dari Tongkonan Pekanberan adalah Tongkonan Pekaindoran. Rumah ini biasanya dimiliki dan dihuni oleh anggota keluarga dari mereka yang memiliki jabatan dan kedudukan dalam adat masyarakat Toraja.

3. Tongkonan Layuk

Selain sebagai rumah tinggal, ada pula Rumah Tongkonan yang difungsikan untuk hal lain. Tongkonan Layuk adalah bangunan yang digunakan sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena itu, otomatis membuat jenis Tongkonan ini menempati kekuasaan tertinggi dibanding lainnya.

Rumah Banua Barung-Barung

Selain Rumah Tongkonan, ada pula jenis rumah adat lain dari Suku Toraja bernama Banua Barung-Barung. Rumah ini merupakan rumah tinggal biasa. Di dalamnya tidak digunakan untuk menyimpan jasad leluhur. Ukurannya pun lebih kecil. Jenis rumah ini biasanya dihuni oleh rakyat biasa.

Motif yang terdapat pada rumah adat toraja adalah
kemdikbud.go.id

Hingga kini rumah adat Suku Toraja masih lestari dan segala hal yang berkaitan dengan rumah ini masih berpegang teguh pada adat istiadat yang berlaku. Jika berkesempatan berkunjung ke Sulawesi Selatan, mampirlah ke Tana Toraja untuk melihat langsung keindahan dan keunikan suku ini.