Alam semesta merupakan istilah yang di gunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu tempat kita berada dengan energy dan materi yang dimilikinya. Masyarakat Bali memandang alam semesta secara fisik dibentuk oleh materi, ruang, waktu dan energi. Ada beberapa teori tentang terjadinya alam semesta dan benda-benda langit lainnya antara lain: Teori kabut (Nebula), Teori Big Bang, Teori keadaan tetap, dan Teori osilasi. Teori kabut, menyatakan bahwa bintang-bintang di angkasa meledak. Hasil ledakan yang berupa debu dan gas membentuk kabut. Kabut ini di sebut nebula. Show Kabut ini kemudian memadat, lalu meledak lagi menghasilkan bintang-bintang baru dan planet-planet termasuk bumi. Teori big bang, menyatakan bahwa semua materi di angkasa menyatu dan memadat membentuk satu bentukan yang mengecil. Seluruh bahan dan tenaga dalam alam semesta terpadu dalam satu bola raksasa. Bola raksasa itu terdiri dari neutron dan tenaga pancarannya ailen. Lalu, massa padat yang mengecil tersebut meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti. Massa itu kemudian berserak mengembang dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan. Debu dan gas-gas hasil ledakan membentuk bintang-bintang generasi baru. Melalui pendinginan alam semesta, lahirlah generasi pertama bintang, aktivitas bintang-bintang ini mengakibatkan terus lahirnya bintang generasi berikutnya, termasuk kemudian dihasilkan planet-planet dan objek ruang angkasa lainnya. Teori keadaan tetap, menyatakan bahwa model alam semesta tetap sama. Alam semesta tak berawal dan tak berakhir, teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya. Teori osilasi, menyatakan bahwa semua materi bergerak saling menjauhi yang bermula dari masa tercepat. Materi itu akhirnya memperlambat kecepatannya, yang pada suatu saat akan lebih lambat dari kecepatan lepas kritis, berhenti dan mulai mengkerut akibat gaya gravitasi. Baca Juga: Tuhan dan Alam Semesta Paralel Teori ini mengakui adanya dentuman besar dan pada suatu saat gravitasi akan menyedot kembali sehingga alam smesta akan mengempis yang akhirnya akan menggumpal kembali dalam kepadatan yang tinggi dengan temperature yang tinggi dan akan terjadi dentuman besar kembali. Dalam teori diatas, nampaknya teori dentuman besar yang dapat diterima oleh masyarakat ilmiah. Dalam hal ini kita akan mengetahui tentang tata surya. Beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan mengenai cara terbentuknya tata surya adalah sebagai berikut. Teori nebula, teori ini menyatakan bahwa di angkasa berisi berbagai macam gas. Gas-gas yang massanya besar menarik gas-gas yang ada di sekelilingnya. Bagian-bagian kecil itu menyatukan dirinya sehingga membentuk kabut yang besar yang selanjutnya menjadi matahari. Akibat tumbukan antara bola-bola gas tadi dapat menyebabkan kabut itu menjadi panas dan berputar, mendingin dan putarannya makin cepat. Di bagian ekuator bola kabut melontarkan bola-bola gas lalu menjadi planet dan satelit. Immanuel Kant menjelaskan bahwa tata surya berasal dari nebula, yaitu gas atau kabut tipis yang bersuhu tinggi berputar sangat lambat yang menyebabkan terbentuknya inti massa pada beberapa tempat yang berbeda. Inti massa terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di sekitarnya. Akibat terjadinya proses pendinginan inti-inti massa yang lebih kecil maka berubahlah menjadi planet-planet, sedangkan yang paling besar masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi yang disebut matahari. Teori Pasang Surut, teori ini mengemukakan bahwa ada bintang besar yang mendekati matahari sehingga terjadi efek pasang pada kabut matahari. Akibat daya Tarik bintang besar, sebagian besar massa matahari tertarik dan bentuknya menyerupai cermin, kemudian pecah berputar dan mendingin menjadi planet-planet kecil. Planet-planet semula merupakan bagia dari matahari. Planet-planet itu kemudian terlemparkan keluar dari matahari pada suatu letusan besar yang terjadi akibat berlalunya sbuah bintang lain pada jarak yang tidak terlalu jauh dari matahari. Lalunya bintang menimbulkan suatu gelombang pasang yang melepaskan tetesan kecil. Baca Juga: Ikhtiar Memahami Semesta Einstein Karena jaraknya yang dapat menarik tetesan yang kecil-kecil sehingga akhirnya terbentuklah gumpalan besar planet-planet yang ada sekarang ini. Teori Bintang Kembar, teori ini menyatakan bahwa matahari dahulu di duga merupakan dua bintang kembar, kemudian satu bintang meledak dan pecahannya mendingin membentuk planet-planet dan satelit-satelit. Semua planet dan satelit yang terbentuk ini dipengaruhi oleh gravitasi matahari, maka planet dan satelit yang beredar mengelilingi matahari membentuk tata surya. Teori Pierre Simon Laplace, teori ini menytakan bahwa tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Karena putaran yang terjadi sangat cepat, maka terlepaslah bagian-bagian dari bola gas tersebut dalam ukuran dan jangka waktu yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang terlepas tersebut berputar dan pada akhirnya mendingin membentuk planet-planet. Sedangkan bola gas asal menjadi matahari. Teori planetesimal, teori ini menyatakan, pada suatu waktu, ada sebuah bintang yang mendekati matahari. Ketika bintang tersebut berpapasan dengan matahari, ada bagian dari matahari yang tertarik ke arah bintang tersebut karena adanya gaya tarik gravitasi yang bekerja di arah bintang dan matahari, sehingga terbentuk semacam sayap matahari. Ketika bintang tersebut menjauh dari matahari, gaya gravitasi yang bekerja semakin melemah sehingga bagian-bagian dari sayap matahari tersebut ada yang kembali ke matahari, tetapi ada yang membeku dan tidak kembali ke matahari. Baca Juga: Tuhan dan Penciptaan Alam Semesta Bagian yang tidak kembali membentuk gumpalan. Setelah lama, beberapa gumpalan menyatu membentuk planet-planet yang bergerak mengelilingi matahari. Teori ini juga menyatakan bahwa tata surya berasal dari kabut terpilin, kabut ini berputar mengelilingi titik pusatnya. Kemudian terjadi tubrukan. Bagian pusat semakin membesar lalu menjadi matahari. bagian yang jauh menjadi planet dan satelit. Kelemahan teori ini adalah bahwa semestinya, gas-gas yang tertarik kea rah bintang tidak berputar mengelilingi matahari, tetapi lebih mungkin melayang bebas di angkasa. Dengan hal ini semoga lebih mengingatkan diri kita kembali,pada pribadi kita semua, dalam memahami dan melihat dari sudut pandang ilmua-ilmuan tentang Alam semesta ini dan juga tata surya. Namun tak harus mewajibkan kita stagnan sampai disini saja untuk mencari tahu tentang kebenaran-kebenaran yang ada di alam semesta ini.
Pernahkah terpikir bagaimana bumi ini terbentuk? Bumi adalah satu-satunya planet di sistem tata surya yang dapat ditinggali oleh manusia dan berbagai makhluk hidup lainnya. Bumi menempati urutan ketiga dari matahari setelah Merkurius dan Venus. Hingga saat ini belum ditemukan planet lain yang memiliki tanda-tanda kehidupan seperti di bumi, meski para ilmuwan belum berhenti mencari kemungkinan adanya planet lain yang dapat dihuni. Berikut ini adalah penjelasan mengenai teori bagaimana proses pembentukan bumi oleh para ilmuwan. Teori Terbentuknya Tata SuryaTata surya dan bumi memiliki awal mula pembentukan seperti halnya keseluruhan alam semesta. Akan tetapi hal semacam ini tidak bisa diamati atau diuji melalui eksperimen. Itulah sebabnya para ilmuwan menyimpulkan teori berkaitan dengan hal tersebut. Pixabay1. Teori NebulaTeori pertama proses pembentukan tata surya adalah teori kabut nebula. Teori ini dicetuskan oleh Immanuel Kant di tahun 1755 yang kemudian disempurnakan oleh Pierre de Laplace di tahun 1796. Jadi tak heran jika teori ini juga disebut sebagai teori Kant-Laplace. Teori ini berawal dari fakta, bahwa sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu tata surya merupakan campuran awan debu dan gas yang disebut sebagai nebula matahari. Gravitasi bumi meruntuhkan material ke dalam dirinya ketika mulai berputar mengikuti poros dan membentuk matahari di tengah nebula. Dengan kata lain, teori ini menyebutkan adanya gas yang terdapat di alam semesta, kemudian berkumpul dan terjadi gaya tarik menarik antar gas di ruang angkasa. Gas tersebut membentuk kumpulan kabut yang lebih besar dan berputar sangat cepat. Melalui putaran ini, material kabut di bagian khatulistiwa terlempar hingga terpisah sehingga memadat dan mengalami pendinginan. Bagian yang terlempar tersebut kemudian dipercaya berubah menjadi planet-planet dalam tata surya. Teori nebula terdiri dari beberapa tahapan penting, mulai dari matahari dan planet yang masih berbentuk gas atau kabut pekat dengan ukuran super besar. Kemudian, kabut yang dimaksud akan mulai berputar, lalu berpilin disertai pemadatan yang terjadi di pusat lingkaran. Hal ini terus terjadi hingga terbentuk matahari. Di saat yang bersamaan, material lain ikut terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari dan disebut sebagai planet. Seluruh planet selanjutnya bergerak mengelilingi matahari dan tumbuh semakin besar serta terus bergerak secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap. baca juga: 18 Cara Menjaga Lingkungan dan Kebersihan Alam Sekitar 2. Teori Big BangTeori proses pembentukan planet-planet di tata surya ini dikenal sebagai teori ledakan besar yang kemudian menjadi teori paling popule. Teori big bang berawal menyebutkan jika tata surya berasal dari gumpalan kabut yang berotasi atau berputar pada porosnya. Putaran tersebut mengakibatkan bagian terkecil dan ringan terlempar ke bagian luar putaran, lalu berkumpul menjadi sebuah cakram raksasa. Gumpalan tersebut kemudian meledak dan membentuk galaksi serta nebula. Selanjutnya, nebula tersebut mengalami proses pendinginan dan akhirnya membeku selama miliaran tahun. Nebula yang membeku kemudian membentuk galaksi Bima Sakti yang kemudian di dalamnya terdapat tatanan tata surya. Sementara bagian ringan yang terlempar keluar bakal mengalami kondensasi, lalu membentuk gumpalan yang telah melalui proses pendinginan, kemudian memadat. Akhirnya, gumpalan inilah yang membentuk planet, termasuk salah satu diantaranya adalah bumi. Bukti dari teori ini adalah jumlah hidrogen dan helium yang terdapat di ruang angkasa. Di berbagai penelitian menyebutkan bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta sangat sesuai dengan perhitungan sisa peninggalan peristiwa big bang tersebut. Apabila alam semesta tidak memiliki permulaan semacam ini dan jika memang sudah ada sejak dahulu kala, maka bisa dipastikan unsur hidrogen seharusnya sudah habis dan berubah menjadi helium. 3. Teori Bintang KembarTeori bintang kembar pertama kali diungkap oleh seorang ahli astronomi bernama Raymond Arthur Lyttleton. Menurutnya, galaksi adalah kombinasi dari bintang kembar. Salah satu dari bintang tersebut akhirnya meledak dan mengakibatkan banyak material terlempar. Sementara bintang yang tidak meledak memiliki gaya gravitasi yang luar biasa kuat yang dikenal sebagai matahari. Dari peristiwa tersebut, pecahan atau material yang terlempar justru berputar mengelilingi matahari. Pecahan yang terlempar dan berputar tersebut merupakan planet yang salah satunya adalah bumi. 4. Teori TidalTeori tidal atau pasang surut gas pertama kali diungkapkan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys di tahun 1918. Teori ini mengatakan bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak sangat pendek sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut di tubuh matahari ketika matahari masih dalam bentuk gas. Bumi juga mengenal fenomena pasang surut air laut, tapi ukurannya sangat kecil. Fenomena ini disebabkan oleh kecilnya massa bulan yang jaraknya sekitar 60 kali radius orbit bumi. Namun, apabila ada sebuah bintang dengan massa yang hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk gunung gelombang raksasa di tubuh matahari karena adanya gaya tarik bintang. Gunung-gunung tersebut akan mencapai ketinggian yang luar biasa. Setelah itu, proses ini akan membentuk semacam lidah pijar berukuran super besar. Lidah pijar tersebut akan menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar tersebut. Di dalam lidah panas ini terjadi perapatan gas dan akhirnya kolom tersebut pun pecah, berpisah menjadi benda-benda yang disebut planet. baca juga: Daun - Pengertian, Karakteristik, Fungsi, Struktur dan Jenisnya Bintang besar yang menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian tubuh matahari tersebut melanjutkan perjalanannya di alam semesta. Secara perlahan, pengaruh yang ditimbulkan pada planet-planet tersebut akan perlahan menghilang. Planet-planet akan terus berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Beberapa planet besar akan mengalami proses pendinginan yang sangat lambat, seperti Saturnus dan Jupiter. Sementara pada planet-planet kecil seperti bumi, proses pendinginan berjalan lebih cepat. 5. Teori PlanetesimalTeori ini dikemukakan oleh Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi dan Thomas C. Chamberlain, seorang ahli geologi asal Amerika. Kedua ilmuwan ini menyebutkan bahwa matahari tersusun dari gas yang memiliki massa sangat besar. Sampai pada suatu ketika, ada bintang lain yang berukuran sama besar dan melintas mendekati matahari. Kedua bintang tersebut dikatakan hampir bertabrakan sehingga seluruh material dan gas yang berada di tepiannya saling tertarik. Material yang terlempar akhirnya menyusut dan membentuk gumpalan yang disebut sebagai planetesimal. Tak lama setelah itu, planetesimal memadat dan menjadi lebih dingin sampai akhirnya menjadi gugusan planet yang mengelilingi matahari. Teori Proses Pembentukan BumiDi awal proses pembentukan bumi, setiap bagiannya akan terpisah sesuai bobotnya. Bagian yang paling berat akan membentuk inti yang disebut sebagai barifer atau inti bumi. Sementara bagian yang ringan akan membentuk kerak bumi atau lithosfer. PixabaySeiring berjalannya waktu, bumi yang awalnya berbentuk bola panas akan mengalami pendinginan mencapai 100o Celsius yang berujung pada kondensasi. Setelah terjadi kondensasi, maka terjadi hujan. Turunnya hujan membuat wilayah bumi yang paling rendah akan terisi air sehingga proses ini membentuk lapisan hidrosfer. Di sisi lainnya, terbentuk lapisan atmosfer berupa lapisan udara. Kemudian, lapisan lithosfer akan membentuk satu benua besar yang disebut Pangea. Lantas, bagaimana Pangea bisa berubah menjadi benua-benua yang ada saat ini? Sebenarnya ada beberapa teori proses pembentukan muka bumi yang menjelaskan bahwa bumi selalu bergerak mengelilingi matahari. 1. Continental DriftContinental drift atau teori apungan dan pergeseran benua yang pertama kali dikemukakan oleh Alfred Wegener. Teori ini mengungkap bahwa bumi berawal dari satu benua yang dikenal dengan nama Pangea. Sekitar 135 juta tahun lalu, benua raksasa ini kemudian pecah dan terbelah menjadi dua bagian. Bagian pertama dari Pangea adalah Laurasia yang terletak di sebelah utara (kutub utara) dan bagian keduanya adalah Gondwana yang terletak di sebelah selatan (kutub selatan). Kedua benua besar ini dipisahkan lagi oleh jalur laut sempit yang disebut sebagai Laut Tethys. Bekas Laut Tethys sekarang berupa jalur minyak bumi yang ada di sekitar Timur Tengah. Laurasia dan Gondwana mengalami perpecahan lagi dan bergerak tak beraturan dengan kecepatan sekitar 1 sampai 10 cm per tahunnya. Laurasia dipercaya jadi cikal bakal benua yang terletak di sebelah utara ekuator yang meliputi Eurasia, Amerika Utara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Sementara Gondwana adalah cikal bakal dari Benua Afrika, Amerika Selatan, Australia, sub Benua India, dan Antartika. 2. Teori KontraksiTeori proses pembentukan bumi berikutnya berasal dari Des Crates. Ia menjelaskan bahwa bumi menyusut dan mengerut sehingga tercipta banyak lembah serta gunung. 3. Teori KonveksiTeori ini pertama kali dicetuskan oleh Arthur Holmes dan Harru H. Hess yang kemudian dikembangkan lagi oleh Robert Diesz dan disebut juga sebagai teori pemekaran dasar samudera. Teori konveksi menyatakan, kondisi bagian dalam bumi masih dalam keadaan panas dan berpijar sehingga terjadi arus konveksi ke arah lapisan kerak yang berada di atasnya. Ketika arus konveksi tersebut membawa material hingga ke permukaan di bagian punggung tengah samudera atau mid oceanic ridge, lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi baru. Kemudian, lapisan tersebut akan menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua. 4. Teori Lempeng TektonikTeori proses pembentukan bumi yang terakhir dikemukakan oleh Toso Wilzo di tahun 1968. Teori ini menyatakan bahwa, bagian luar bumi yaitu bagian lithosfer terdiri dari beberapa lempeng. Bisa diartikan, teori ini merupakan teori proses pembentukan bumi yang paling diterima saat ini oleh sebagian besar orang. Diketahui, lempeng tektonik berada tepat di atas lapisan astenosfer yang berupa cairan kental. Lempeng tektonik akan senantiasa bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi yang terjadi di lapisan astenosfer tepat di bawah lempeng bumi. Lithosfer terdiri dari dua lempeng, yaitu lempeng samudera dan lempeng benua. Adapun lempeng samudera tersusun atas batuan basa dengan ketebalan mencapai 10 km, sedangkan lempeng benua tersusun atas batuan basa dengan ketebalan mencapai 40 km. Saat ini, diketahui ada sembilan lempeng utama, yaitu Lempeng Amerika Utara, Lempeng Afrika, Lempeng Nazca, Lempeng Karibia, Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Antartika. Selain itu, ada juga lempeng kecil seperti Lempeng Scotia dan Lempeng Filipina. |