Penggunaan gadget pada anak sudah merupakan hal yang umum, terutama di saat pandemi sekarang. Kapan usia yang tepat, dan bagaimana bijak menggunakan gadget pada anak? Berikut tips dari psikolog. Show 28 Oct 2020|Nina Hertiwi Putri Jangan biarkan Si Kecil main gadget terlalu lama agar tidak berpengaruh buruk pada tuumbuh kembangnyaZaman sekarang, hampir semua orang punya gadget seperti smartphone. Bahkan anak-anak sudah sangat akrab dengan teknologi yang satu ini. Di tengah tren belajar jarak jauh maupun homeschooling, rasanya gadget menjadi senjata para pendidik dan orangtua yang begitu melekat.Meski begitu, sebagai orangtua, kita harus bisa bijak dalam menggunakan gadget pada anak. Selain hal positif yang bisa dipetik, tentu ada juga risiko bahaya kecanduan gadget yang bisa memberi pengaruh negatif pada perkembangan anak. Pengaruh penggunaan gadget pada anakAda beberapa dampak positif yang bisa diperoleh anak melalui penggunaan gadget, seperti dapat mengakses pengetahuan atau bahan pelajaran dengan mudah, mempermudah komunikasi di situasi darurat, serta memberikan hiburan.Namun di balik manfaatnya, psikolog Anak dan Keluarga dari Klinik SOA, Hanlie Muliani, M.Psi menyarankan orangtua untuk memahami juga apa pengaruh penggunaan gadget berlebih pada plastisitas otak anak.Plastisitas otak adalah konsep yang menjelaskan bahwa otak adalah organ yang elastis, dalam artian bisa terus dibentuk dan dilatih. Agar dapat digunakan dengan maksimal, perlu ada sambungan neuron atau sel saraf, yang bisa dicapai dengan stimulasi.Stimulasi bisa dilakukan dengan aktivitas seperti belajar, membaca, bermain, olahraga, serta kegiatan psikomotoris lainnya.Semakin banyak stimulasi yang diterima, akan semakin banyak juga sel saraf di otak yang tersambung. Artinya, anak akan semakin cerdas.Bahaya anak kecanduan gadget dan pengaruh negatif gadget lainnyaPenggunaan gadget bukanlah stimulasi yang ideal bagi anak. Hanlie menjelaskan, plastisitas anak akan terpengaruh akibat main HP secara berlebihan.“Perkembangan otak menjadi kurang optimal karena kurang optimalnya stimulasi,” ujarnya.Ia mengungkapkan, stimulasi yang paling efektif adalah aktivitas psikomotoris menggunakan semua sensori, dan interaksi dengan orang nyata.Hanlie menambahkan, dengan stimulasi yang tepat, kecerdasan emosi, sosial, dan intelektual anak akan bisa berkembang dengan optimal.“Melalui interaksi, otak akan berproses. Kecerdasan emosi, sosial, dan intelektual anak akan berkembang dengan luar biasa.”Lalu, apa yang terjadi jika anak kecanduan bermain gadget atau menonton televisi? Hanlie menerangkan, salah satu pengaruh dari kurangnya stimulasi otak akibat penggunaan gadget berlebihan pada perkembangan anak adalah timbulnya ciri autistik.Hanlie menjelaskan, saat ini banyak anak tanpa gangguan medis sama sekali yang memiliki ciri autistik. “Jadi dia tidak masuk dalam spektrum, namun memiliki gejala yang serupa,” ucapnya.Anak dengan ciri autistik misalnya, bisa saja berbicara, tapi belum tentu bisa berinteraksi. Selain itu, anak tersebut menjadi kurang peka dengan lingkungan di sekitarnya, sulit mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara.Sebab ketika terlalu sering main HP, kemampuan otak, terutama emosi dan sosial anak tidak terlatih dan berkembang dengan optimal.Dibanding main gadget secara berlebihan, Hanlie menyarankan orangtua membiasakan anak membaca buku sebagai stimulasi yang baik untuk otak.Saat membaca novel Harry Potter, misalnya, banyak sekali bagian otak yang terstimulasi. Otak membayangkan bentuk Hogwarts (visual), menciptakan suara masing-masing tokoh (auditori), gerakan-gerakan yang ada di dalamnya (kinestetik), ekspresi para tokohnya (emosi), dan sebagainya.“Di sini, kerja otak akan maksimal,” kata Hanlie.Kapan anak boleh mulai menggunakan gadget menurut psikolog?Mengenai usia yang paling tepat untuk memberikan gadget kepada anak, Hanlie beranggapan bahwa orangtua memiliki pertimbangannya masing-masing.Namun secara pribadi, dirinya mengatakan baru akan memperbolehkan anaknya memiliki gadget saat berusia 14 tahun.“Kenapa 14 tahun? Karena dia sudah lebih matang, bisa lebih tahu yang namanya konsekuensi,” ujarnya.Hanlie mengungkapkan, pada usia ini anak sudah memiliki kemampuan lebih dalam memilih.Selain itu, anak dalam usia tersebut, sudah lebih dewasa dibanding anak yang duduk di bangku kelas 5 SD, misalnya, atau mereka yang masih dalam masa puber.Meski begitu, bukan berarti Hanlie benar-benar melarang anaknya untuk mengenal teknologi. Ia mengingatkan, jangan sampai di zaman digital ini, anak malah menjadi gagap teknologi atau gaptek. Sebab, anak juga tetap perlu memiliki kompetensi di bidang teknologi.Ada strategi yang dilakukan Hanlie untuk mengatur penggunaan gadget pada anak-anaknya. Psikolog ini mengungkapkan, dirinya membatasi waktu penggunaan gadget seperti komputer atau smartphone untuk anaknya yang saat ini berada di kelas 5 SD, hanya di akhir pekan.Hanlie mengizinkan anaknya main HP di akhir pekan dan hari libur lainnya. Itu pun juga dibatasi. Ia memperbolehkan anaknya bermain game online raw blocks, di hari Sabtu dan Minggu, masing-masing selama maksimal dua jam per hari.Menurut Hanlie, selain waktu, tempat anak bermain pun penting. Ia memastikan anaknya tidak bermain di tempat tertutup. Ia meminta anaknya untuk bermain di ruang kerja, yang tidak tertutup. Dengan demikian, Hanlie tetap bisa memantau.Ia mengingatkan, jangan sampai anak dibiarkan sendirian main HP di kamar yang nyaman, tanpa observasi orangtua. Sebab tanpa pengawasan dan bimbingan orangtua, anak bisa “tersesat” saat berselancar di dunia maya.Baca Juga7 Dampak Bullying yang Berbahaya bagi Kesehatan Mental dan FisikPerkembangan Emosi Anak 1-5 Tahun yang Patut Diperhatikan OrangtuaSederet Latihan Koordinasi yang Mudah dan Menyenangkan bagi AnakTips penggunaan gadget pada anakUntuk mengurangi risiko anak terkena pengaruh negatif penggunaan gadget, terutama smartphone, beberapa langkah di bawah ini bisa Anda lakukan.Anak disarankan untuk tidak menggunakan smartphone maupun gadget lainnya setidaknya satu jam sebelum tidur. Sehingga, Anda dapat mulai menyimpan gadget anak saat hari sudah mulai malam, agar anak tidak tergoda untuk menggunakannya.Selama ponsel atau gawai lainnya Anda simpan, lakukan kegiatan bersama Si Kecil untuk mengalihkan perhatiannya.Anda bisa membuat waktu khusus keluarga, yaitu waktu tanpa ponsel, yang ditujukan agar anggota keluarga, termasuk Anda, sebagai orangtua, tidak melulu terfokus kepada teknologi. Langkah ini sekaligus untuk memberi contoh yang baik bagi anak.Tentu, kondisi seperti ini hanya perlu dilakukan apabila anak masih perlu pengawasan. Sebagai tindak pengawasan, beberapa langkah di bawah ini bisa Anda terapkan.
Nationwide Children’s Hospital. https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2018/10/children-and-cell-phones Ciri bayi autis bisa dilihat dari perkembangan sesuai usianya, terutama dari kemampuan sosial, komunikasi, maupun perilaku. Namun, diagnosis tetap harus ditegakkan oleh dokter. Dampak negatif gadget bagi anak di antaranya berpotensi menyebabkan gangguan perilaku, obesitas, gangguan tidur, hingga berbahaya bagi otak. Dalam mindful parenting, orangtua menerima anak tanpa menghakimi, memberikan perhatian penuh dan tidak membiarkan emosi atau trauma menguasai reaksi. Dijawab Oleh dr. R. H. Rafsanjani Dijawab Oleh dr. R. H. Rafsanjani Dijawab Oleh dr. R. H. Rafsanjani |