Mengapa Indonesia semula memilih tanggal 24 Agustus 1945 untuk merdeka

Halo, Sobat SMP! Setiap tanggal 17 Agustus kita selalu memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Tanggal tersebut adalah sebuah momen penting untuk mengingat kilas balik perjuangan para pahlawan bangsa dalam meraih kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal itu juga naskah proklamasi dibacakan dan ditandatangani oleh dua orang putra bangsa yang sangat membanggakan. Kedua putra bangsa itu merupakan pahlawan proklamator yang tak lain tak bukan adalah Ir. Soekarno dan juga Dr. Drs. H. Mohammad Hatta.

Kiprah “pasangan emas” dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Memang mereka tidak berjuang secara fisik dan senjata seperti pahlawan-pahlawan lain, akan tetapi mereka berjuang melalui ide-ide, pemikiran kritis, dan juga diplomasi kepada pemerintahan kolonial.

Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia ini bernama Soekarno, atau mungkin kita lebih akrab mendengar panggilan Bung Karno. Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa sekolah dasar hingga tamat, Soekarno indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto) yang merupakan politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. 

Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah memupuk rasa nasionalisme dalam sanubarinya. Usai lulus HBS pada tahun 1920, beliau pindah ke ibukota Jawa Barat dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool) atau sekolah Teknik Tinggi yang sekarang disebut sebagai Institut Teknologi Bandung. Beliau pun berhasil meraih gelar insinyur pada 25 Mei 1926.

Kiprah Soekarno pun berlanjut ke bidang politik. Kemudian, sang proklamator merumuskan ajaran Marhaenisme serta mendirikan sebuah partai yang bernama PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927. Tujuan diberdirikannya partai ini adalah untuk menuju Indonesia merdeka.

Kompeni yang tidak senang dengan pergerakan Soekarno mengambil tindakan agar pemerintahan Hindia-Belanda saat itu masih bisa berdiri kokoh di tanah jajahannya. Akibatnya Belanda menjebloskan Soekarno ke penjara Sukamiskin yang berada di di Bandung pada 29 Desember 1929. 

Delapan bulan mendekam di jeruji besi, ia pun baru disidangkan. Dalam pidato pembelaannya yang berjudul “Indonesia Menggugat”, beliau menggambarkan kondisi politik internasional dan keadaan rakyat Indonesia di bawah belenggu kolonialisme.

Pembelaannya itu membuat Belanda semakin marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, beliau bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores, pada tahun 1933. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah menelan berbagai pil pahit, perjuangannya tidaklah sia-sia. Pada Agustus 1945 ia bersama Moh. Hatta dan tokoh nasional lainnya menyusun naskah proklamasi yang akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945. Pembacaan naskah ini sekaligus mengukuhkan kedaulatan Republik Indonesia.

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta atau yang akrab dipanggil Bung Hatta adalah seorang pemikir, negarawan, ekonom, dan sekaligus menjadi Wakil Presiden Indonesia yang pertama mendampingi Soekarno. Ia lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Pendidikan masa kecil Moh. Hatta dimulai dari Sekolah Rakyat. Ia juga kental dengan pelajaran agama karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang kuat akan ilmu agama. Beranjak dewasa, ia menempuh pendidikan di sekolah MULO. Selama pendidikan, beliau mempelajari banyak hal di luar pelajaran formal seperti keorganisasian. Kecintaannya terhadap organisasi masih terbawa saat ia melanjutkan pendidikan di PHS (Prins Hendrik School) pada 1921. Ia aktif menjadi bagian dari Jong Sumatranen Bond.

Ia pun lulus dari PHS dan mendapat beasiswa kuliah di Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda, Moh. Hatta kembali menambah kapasitas ilmunya dengan mempelajari hal-hal seperti tata negara dan juga ekonomi kolonial.

Keaktifan dalam organisasi tak terhenti, sejak Februari 1922, Bung Hatta telah terpilih menjadi bendahara di Indische Vereeniging, sebuah organisasi yang dipimpin oleh dr. Sutomo bersama dengan tokoh-tokohnya lainnya seperti dr.Sjaaf, Kaligis dan dr. Sarjito. Dalam perkembangannya pada tahun 1925 Indische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia.

Di tahun 1925 itu, anggota Perhimpunan Indonesia mengumpulkan beberapa ratus golden untuk mengongkosi perjalanan dua orang ekonom dari perhimpunan Indonesia yaitu Moh. Hatta dan Syahrir untuk mempelajari cara mempraktekan koperasi di Denmark, Swedia dan Norwegia. Keberhasilan negara-negara tersebut dalam menjalankan koperasi menjadi tujuan dari Moh. Hatta dan Syahrir untuk mengembangkan ekonomi koperasi di Tanah Air. Jadi tidak salah kalau sekarang Moh. Hatta disebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Atas desakan seluruh anggota, Moh. Hatta dicalonkan sebagai ketua dan tahun 1926 terpilih sebagai ketua Perhimpunan Indonesia. Sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia Bung Hatta dapat menyampaikan gagasan-gagasannya terkait politik yang dianut dan akan dijalankan Perhimpunan Indonesia. Namun sama seperti Soekarno, Belanda menganggap ini adalah sebuah ancaman bagi pemerintahan kolonial.

Dalam masa perjuangan politiknya itu, Bung Hatta pernah ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda. Setelah mendekam selama lima setengah bulan, berkat pembelaan dan perjuangan hukum teman-temannya beliau dibebaskan dari segala tuduhan.

Tak sampai di situ, bahkan dia juga pernah diasingkan oleh Belanda ke Digul dan Banda Neira. Saat pengasingan, ia menulis artikel-artikel untuk koran di Jakarta dan majalah-majalah di Medan yang tidak terlalu bermuatan politis. Tulisan-tulisan tersebut justru lebih bersifat menganalisis dan mendidik pembacanya.

Saat Jepang menduduki Indonesia, Hatta dibebaskan dan dijadikan penasihat oleh pemerintahan Jepang. Hal ini dimanfaatkan oleh Hatta untuk membela kepentingan rakyat Indonesia. Ia pun turut andil dalam keanggotaan Panitia Sembilan dan PPKI sebagai media persiapan kemerdekaan Indonesia.

Setelah perjuangan panjangnya, ia berhasil mewujudkan keinginan rakyat untuk memerdekakan Indonesia. Bersama dengan Soekarno, beliau menorehkan tinta “atas nama bangsa Indonesia” di dalam naskah proklamasi.

Perjuangan kedua pasangan emas tersebut dalam memerdekakan Indonesia tak lagi dimungkiri. Mereka pun diangkat menjadi pahlawan proklamasi secara resmi pada tahun 2012 setelah sebelumnya status tersebut mengalami distorsi berkali-kali. 

Jadi, itulah sepenggal kisah pasangan proklamator yang menjadi kebanggaan Indonesia. Tanpa mereka dan pahlawan-pahlawan lain, saat ini kita belum tentu bisa menghirup udara bebas kemerdekaan. Terima kasih, Sang Proklamator!

Baca Juga  Apa itu AKM Kelas?

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Referensi:

//web.siakkab.go.id/biografi-presiden-indonesia/

//www.djpb.kemenkeu.go.id/kppn/rangkasbitung/id/data-publikasi/berita-terbaru/2819-untuk-negeriku-,-biografi-proklamator-bung-hatta.html

//cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2014031700001/teks-proklamasi-kemerdekaan-bangsa-indonesia-ketikan-yang-ditandatangani-oleh-soekarno-dan-mohammad-hatta

Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab Setelah Jepang bertekuk lutut pada Sekutu, pada 15 Agustus 1945, sejumlah pemuda yang mendengarnya melalui radio asing mendatangi Bung Karno yang baru kembali dari Dallat, Saigon, Vietnam. Para pemuda yang dipimpin murid Tan Malaka, Sukarni, itu mendesak Bung Karno agar memproklamirkan kemerdekaan RI saat itu juga.Karena Bung Karno tidak mau memproklamasikan kemerdekaan pada hari itu, mereka yang menemui Bung Karno di kediamannya, Jl Proklamasi 56, Jakarta Pusat, sempat mengancam. Bung Karno, bersama Bung Hatta, Fatmawati dan Guntur, lantas diculik oleh para pemuda, pada tanggal 16 Agustus 1945, saat Subuh.Tapi, Bung Karno tidak mau melayani ancaman itu. Menurut Bung Karno, sejak berada di Saigon dia sudah merencanakan seluruh pekerjaan tersebut untuk dijalankan pada tanggal 17 Agustus. ”Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja atau tanggal 16,” tanya Sukarni seperti diceritakan dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.Bung Karno menjawab, ”Saya orang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, tidak dapat menjelaskan mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku bahwa dua hari lagi adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka keramat. 17 adalah angka suci.””Pertama-tama,” lanjut Bung Karno, ”kita sedang berada dalam bulan Ramadhan, waktu kita semua sedang berpuasa. Hari Jumat ini Jumat Legi. Jumat yang berbahagia dan suci. Dan, hari Jumat tanggal 17. Alquran diturunkan tanggal 17. Orang Islam sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, mengapa tidak 10 atau 20 saja? Karena itu, kesucian angka 17 bukan buatan manusia.”

Setelah dilantik sebagai presiden di bekas gedung Volksraad (kini Gedung Pancasila di Pejambon, Jakarta Pusat), ketika pulang ia bertemu dengan tukang sate. Lalu PYM Presiden RI Soekarno memanggil penjaja yang kaki ayam dan tidak berbaju itu, dan mengeluarkan perintah pertama, ”Sate ayam 50 tusuk.””Aku jongkok di sana, dekat selokan dan kotoran. Kumakan sateku dengan lahap dan inilah seluruh pesta atas pengangkatanku sebagai Kepala Negara,” kata Bung Karno.Saat ini seorang presiden mendapatkan berbagai fasilitas yang cukup mewah, lengkap dengan mobil dinasnya. Namun, tidak demikian halnya ketika Bung Karno dilantik sebagai Kepala Negara. Bahkan, kendaraan dinas saja tidak tersedia.Menyadari perlunya seorang presiden memiliki kendaraan, Sudiro, seorang pejuang, berinisiatif mencarikan mobil untuk Bung Karno. Ia tahu ada sebuah mobil limousin merek Buick besar yang dapat memuat tujuh orang. Mobil tersebut merupakan sedan paling besar dan cantik di Jakarta, dilengkapi korden di kaca belakangnya. Mobil buatan General Motor, Amerika Serikat, tahun 1939, itu milik Kepala Jawatan Kereta Api Jepang.Tapi, soal kecil begitu tidak membuat pusing Sudiro. Diam-diam dia pergi berburu mobil dan mendapati kendaraan itu ada dalam garasi. Kebetulan Sudiro mengenal pengemudinya dan berkata padanya, ”Heh, saya minta kunci mobilmu.””Kenapa?” jawab orang itu kaget.”Karena saya bermaksud hendak mencurinya untuk presidenmu.”Lalu, Sudiro memberi uang pada sopir itu dan menyuruhnya segera pulang ke kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah. Si sopir langsung memberikan kunci mobilnya kepada Sudiro. Sejak saat itu, Presiden Soekarno memiliki sebuah mobil kepresidenan yang diberi plat REP 1.

Pada saat pusat pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta, mobil REP 1 dibawa serta. Pada tanggal 19 Mei 1979, mobil ini diserahkan oleh Kepala Rumah Tangga Kepresidenan pada Dewan Harian Nasional 45. Kini, mobil tersebut disimpan di Museum Joang 45 di Menteng Raya 31, Jakarta Pusat.Bersebelahan dengan REP 1, terdapat mobil REP 2, yang selalu digunakan Bung Hatta dalam kedudukannya sebagai wakil presiden. Bung Hatta memperoleh hadiah mobil tersebut dari seorang pengusaha terkenal kala itu, Djohan Djohor, paman Bung Hatta.Di sebelah kiri mobil Bung Hatta, terdapat mobil merek Imperial yang digunakan oleh Presiden Soekarno dan kedua anaknya: Guntur dan Megawati. Mereka menghadiri lustrum ke-3 Yayasan Perguruan Cikini di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, pada 30 Nopember 1957.Malam itu diadakan keramaian dengan hiasan balon, racikan kertas warna-warni yang ditaburkan, musik, nyanyian, lelang dan beberapa pertunjukan seni. ”Sekitar 500 tamu serta pengajar, anak-anak, dan ribuan penonton berdiri di dalam hujan pada pukul 08.55 ketika kami turun tangga yang sempit dari tingkat kedua gedung tempat keramaian berlangsung,” kata Bung Karno.Saat Bung Karno dikerumi anak-anak dan akan segera meninggalkan ruangan menuju ke mobilnya, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan. Kemudian dari sebelah kiri gedung dilemparkan sebuah granat lagi. Sebuah granat yang dilemparkan dari jarak lima meter menembus mesin mobil, menghancurkan kaca depan, menyobek-nyobek bagian dalam mobil menjadi serpihan dan meledakkan dua bannya.Ajudan Presiden, Mayor Sudarto, segera menarik tangan Bung Karno dan mereka lari menyeberangi jalan. Saat Bung Karno terjatuh, ledakan kelima mengenai kakinya dan merobek paha seorang perwira, yang melindungi Bung Karno dengan tubuhnya.

Dalam peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno itu, sembilan orang meninggal dan 55 luka berat. Menurut Bung Karno, pelakunya yang berjumlah empat orang adalah anggota gerombolan DI/TII pimpinan Kartosuwiryo.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA