Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman

KOMPAS.com - Pada zaman dulu, banyak kerajaan Islam yang berdiri di Indonesia.

Beragam peninggalan kerajaan Islam pun masih bisa ditemui sekarang ini, salah satunya adalah masjid.

Masjid merupakan bangunan berukuran besar yang biasanya digunakan sebagai tempat ibadah umat Islam.

Ciri-ciri masjid pada masa awal kehadiran Islam di Indonesia

1. Atap masjid selalu bersusun

Atap masjid selalu bersusun (tumpang), semakin ke atas ukurannya semakin kecil dan bagian paling atas biasanya berbentuk limas.

Ciri-ciri masjid pada masa awal kehadiran Islam di Indonesia seperti berikut ini, kecuali atapnya bersusun genap.

Sebab, jumlah susunan atapnya biasanya ganjil, ada yang tiga atau lima susun, seperti pada masjid Banten.

2. Didirikan di tengah kota

Masjid peninggalan kerajaan Islam biasanya didirikan di tengah-tengah kota.

Umumnya terdapat alun-alun (tanah lapang) yang terletak di sebelah utara atau selatan istana. Alun-alun tersebut merupakan tempat bertemunya raja dengan rakyat.

Sedangkan masjid adalah tempat bersatunya raja dengan rakyat sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Baca juga: Karya Sastra Peninggalan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

3. Memiliki menara

Beberapa masjid peninggalan kerajaan Islam di Indonesia dilengkapi menara di sisi kiri atau kanan sebagai bangunan tambahan untuk memberi keindahan.

Menara tersebut difungsikan sebagai tempat melakukan azan

1. Masjid Raya Baiturrahman

Beberapa tulisan tentang sejarah pembangunannya menyebut bahwa Masjid Raya Baiturrahman dibangun semasa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Pada masa penjajahan, masjid ini juga digunakan sebagai markas pertahanan terhadap serangan musuh.

Fungsi tersebut sangat terasa semasa Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874).

Di masjid ini sering pula diadakan musyawarah besar untuk membicarakan strategi penyerangan dan kemungkinan serangan Belanda terhadap Kerajaan Aceh Darussalam.

Karena posisinya yang sangat strategis, Masjid Raya Baiturrahman bahkan sempat dua kali dibakar Belanda.

Baca juga: Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya

2. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang dibangun oleh Raden Patah, raja pertama dari Kesultanan Demak pada abad ke-15 Masehi.

Masjid yang dipercaya pernah menjadi tempat berkumpulnya Walisongo ini terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Di dalam kompleks bangunannya terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak, termasuk makam Raden Patah dan para abdinya.

3. Masjid Sang Cipta Rasa

Masjid Sang Cipta Rasa juga dikenal sebagai Masjid Sunan Gunung Jati, lantaran letaknya di sekitar kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati di Desa Astana Gunung Jati, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Masjid peninggalan Kerajaan Cirebon ini dibangun pada 1480 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati dengan dibantu oleh Walisongo dan beberapa tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah.

Bila dilihat dari kubahnya, masjid ini bentuknya hampir sama dengan peninggalan kerajaan Islam lainnya.

Akan tetapi, di dalamnya begitu unik karena dijumpai arsitektur bercorak Tiongkok.

Seluruh dinding masjid dihiasi porselen buatan Tiongkok berbentuk piring warna merah dan biru yang dibuat pada Dinasti Ming.

Hal ini karena istri ketiga Sunan Gunung Jati adalah putri dari seorang Kaisar Tiongkok bernama Ong Tien yang kemudian berganti nama menjadi Nyi Ratu Rara Sumanding.

Baca juga: Masuknya Islam ke Nusantara

4. Masjid Sultan Ternate

Masjid Sultan Ternate diduga telah dirintis sejak masa Sultan Zainal Abidin.

Namun ada juga yang beranggapan bahwa pembangunannya baru dilakukan pada awal abad ke-17, saat Sultan Saidi Barakati berkuasanya.

Peninggalan Kerajaan Ternate ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan timur nusantara.

Masjid Sultan Ternate terletak di dekat Kedaton Sultan Ternate.

Posisinya itu berkaitan dengan peran penting masjid dalam kehidupan beragama di Kesultanan Ternate.

Tradisi atau ritual-ritual keagamaan yang diselenggarakan kesultanan selalu berpusat di masjid ini.

Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman

Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman
Lihat Foto

KOMPAS.com/NUR ROHMI AIDA

Bagian depan Masjid Agung Surakarta

5. Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten yang dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf pada 1566 Masehi.

Meski keadaannya tidak seperti pada saat didirikan, namun kondisinya tetap terpelihara dengan baik.

Di depan masjid terdapat menara setinggi 30 meter yang dibangun 66 tahun setelah masjidnya berdiri.

Selain itu, di pekarangannya terdapat makam Sultan Maulana Yusuf.

Di dekat makam tersebut terdapat Al-Qur'an yang ditulis tangan semasa Sultan Maulana Yusuf.

Baca juga: Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara

6. Masjid Kotagede

Kerajaan Mataram Islam mempunyai peninggalan di dua kota, yakni di Yogyakarta dan Surakarta.

Peninggalan berupa masjid yang ada di Yogyakarta pun ada beberapa, salah satunya adalah Masjid Kotagede.

Tidak diketahui secara pasti waktu pembangunannya, tetapi masjid ini diperkirakan sudah ada sejak berdirinya Kerajaan Mataram, di bawah pemerintahan Kiai Ageng Mataram.

Masjid ini konon katanya memiliki "beduk ajaib", yang dibuat oleh rakyat secara bergotong-royong, namun tidak bisa dipindahkan meski tenaga yang mengangkat bertambah banyak.

Suatu ketika, datanglah perempuan misterius yang secara ajaib mampu mengangkat beduk tersebut ke dalam masjid seorang diri.

Setelah meninggal, perempuan misterius tersebut dimakamkan di sebelah Masjid Mataram.

7. Masjid Agung Surakarta

Masjid ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam di Surakarta.

Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III pada 1763 dan selesai pada 1768.

Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan untuk mendukung keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten.

Referensi:

  • Zein, Abdul Baqir. (1999). Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman

Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman
Lihat Foto

gotravelly.com

salah satu obyek wisata religi di Banten yaitu Masjid Agung Banten.

KOMPAS.com - Masjid Agung Banten terletak Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, di Kota Serang, Provinsi Banten.

Masjid Agung Banten merupakan bukti peninggalan Kerajaan Banten sebagai kerajaan Islam di Nusantara.

Masjid Agung Banten merupakan salah satu masjid tertua di Nusantara dan merupakan cagar budaya.

Bangunan masjid yang telah berusia lebih dari 4 abada ini masih kokoh hingga saat ini.

Masjid banyak dikunjungi jamaah, wisatawan religi, serta peziarah.

Sejarah Masjid Agung Banten

Awal mulanya, Kerajaan Banten berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Kemudian, Banten melepaskan diri dari Kerajaan Demak.

Masjid Agung Banten dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hassanuddin (1552-1570), putra pertama Sunan Gunung Djati.

Baca juga: Masjid Agung Banten: Sejarah, Arsitektur, dan Akulturasi Budaya

Kemudian pembangunan masjid dilanjutkan oleh puteranya, yaitu Sultan Maulana Yusuf, yang menjadi raja kedua Kerajaan Banten.

Pada masa ini, Masjid Agung Banten dibangun dengan gaya Jawa.

Pada masa pemerintahan raja ketiga, Sultan Maulana Muhammad (1580-1596) bangunan ditambahkan sebuah pawestren (ruang untuk shalat wanita).

Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman

Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman
Lihat Foto

Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com

Masyarakat berziarah ke makam sultan dan ulama Banten di kompleks Masjid Agung Banten sebelum Ramadhan.

Pada tahun 1632, seorang arsitek Cina bernama Cek Ban Cut (Tjek Ban Tjut) menambahkan menara setinggi 24 meter di kompleks masjid.

Pada periode yang sama, tiyamah (paviliun) bergaya Eropa yang dirancang oleh Lucaaasz Cardeel, orang Belanda yang masuk Islam dibangun di kompleks masjid.

Arsitektur Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten memiliki keunikan bangunan dengan alkuturasi 3 budaya, yaitu Arab, Cina, dan Eropa.

Letak Masjid Agung Banten juga berdekatan dengan Vihara Avalokitesvara dan kerajaan Kaibon.

Baca juga: Masjid Agung Banten dan Tradisi Ziarah Makam Sultan Jelang Ramadhan

Ciri khusus Masjid Agung Banten memiliki menara yang terlihat seperti mercusuar dengan bagian atapnya (bertumpuk lima) seperti Pagoda Cina.

Pada sisi kanan dan kiri terdapat serambi yang merupakan kompleks pemakaman Sultan Banten.

Bangunan masjid ditopang dengan 24 tiang. Dinding bagian timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur yang memiliki atap limas.

Pada dinding ini terdapat empat buah pintu dengan posisi rendah, supaya setiap orang yang masuk harus merunduk.

Makam Kerajaan Banten

Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman

Masjid kuno yang dibangun satu kompleks dengan tempat pemakaman
Lihat Foto

Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com

Keterangan terkait makam sultan di Masjid Agung Banten.

Di masjid ini juga terdapat pemakaman sultan dan keluarga yang terletak di serambi masjid.

Di bagian serambi kiri, tepatnya utara masjid, terdapat makam Maulana Hasanuddin dan istri, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nahr Abdul Qohhar.

Sedangkan di serambi kanan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainal dan lain-lain.

Baca juga: Masjid Agung Banten, Materi Belajar dari Rumah TVRI 27 April SMP

Dengan adanya makam-makam sultan ini, masjid semakin banyak dikunjungi masyarakat. 

Kerajaan Banten menempatkan Islam sebagai landasan kehidupan politik kerajaan. Namun begitu, tidak menutup kemungkinan agama lain menjalankan ibadah di sana. Buktinya, ada kelentenng yang merupakan pusat peribadatan masyarakat Cina pada masa itu. (Editor: Nibras Nada Nailufar)

Sumber:

Kompas.comduniamasjid.islamic-center.or.id"Banguan Masjid Agung Banten Sebagai Studi Sosia dan Budaya" oleh Hanifa Rizky Indriastuty,

Aulia Rachman Efendi, dan Alwi Ibnu Saipudin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.