Masa yang terus berputar hingga terbentuk bola dengan ukuran lebih kecil dari planet disebut

Anggapan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta – bukan Matahari sebagai pusat tata surya, pernah sangat populer beratus-ratus tahun yang lalu. Tepatnya ketika Bangsa Babilonia mulai mengamati pola-pola bintang untuk meramalkan nasib dan mengambil keputusan.

Dari hasil pengamatan itu, orang-orang Babilonia pun menciptakan sistem kalender awal. Namun sayang, ini malah membawa mereka pada klaim keliru, yakni menganggap bahwa Bumi adalah pusat alam semesta. Apa alasannya? Tak lain karena letak terbitnya Matahari yang konsisten berpindah-pindah. Bumi tampak selalu diam, sementara Matahari terus mengitarinya.

Keyakinan Bumi sebagai pusat alam semesta berlanjut, ketika orang-orang Yunani kuno juga menyakini ini. Mereka meniru Kalender Babilonia, dan mempopulerkan nama-nama zodiak dalam buku yang ditulis oleh Claudius Ptolemy.

Butuh waktu berabad-abad bagi manusia untuk memahami kekeliruan Kalender Babilonia –  sampai Bangsa Romawi mengganti permulaan tahun dari hari pertama zodiak Aries menjadi tanggal 1 Januari. Sementara klaim bahwa Bumi adalah pusat alam semesta baru disadari sebagai sebuah kesalahan berabad-abad kemudian. Ketika akhirnya manusia sadar bahwa Bumi lah yang sebenarnya mengitari Matahari, bukan sebaliknya.

(Baca juga: 10 Fakta Menarik Tentang Tata Surya)

Ya, adalah Nicolaus Copernicus, astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia, yang kala itu menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta). Ia mengembangkan teori heliosentris yang menempatkan Matahari sebagai pusat Tata Surya.

Tata Surya sendiri merupakan kumpulan benda-benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang senantiasa bergerak memutarinya (matahari) dikarenakan adanya pengaruh dari gaya gravitasi. Objek-objek tersebut termasuk 8 planet yang memiliki orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit lainnya seperti meteor, asteroid, dan komet.

Nah, ngomong-ngomong soal tata Surya nih, sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya, dari mana sih datangnya? Bagaimana sih awal terbentuknya? Sebenarnya, ada banyak sekali hipotesis atau teori yang menerangkan tentang asal usulnya terbentuknya Tata Surya. Mulai dari yang disebut teori kabut, teori pasang surut bintang, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya, berikut 6 hipotesis paling populer. Mana ya yang paling tepat?

Hipotesis Nebula

Hipotesis ini pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg pada tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace. Pada hipotesis ini, yang juga disebut Nebula Kant-Laplace, dinyatakan bahwa pada tahap awal, tata surya masih berupa kumpulan kabut raksasa. Kabut yang merupakan asal usul tata surya ini dan tersusun dari debu, es, dan gas dengan kandungan hidrogen tinggi kemudian mengalami penyusutan karena gaya gravitasi yang dimilikinya. Selama proses penyusutan kabut tersebut berputar sehingga akhirnya memanas dan berubah menjadi bintang raksasa. Nah, bintang raksasa itu adalah matahari.

Ukuran dari matahari raksasa tersebut terus menyusut dan berputar semakin cepat, sehingga cincin-cincin gas dan es terlempar keluar ke sekeliling matahari. Pada akhirnya, akibat adanya gaya tarik gravitasi dan penurunan temperatur, gas dan es tersebut memadat dan membentuk planet-planet. Bulan-bulan dari planet juga terbentuk dengan cara yang hampir sama.

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Menurut hipotesis ini, Tata Surya terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari.

Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun, astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell, yang mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut. Kamu gimana?

Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi awalnya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905–1973) pada tahun 1950. Menurut hipotesis ini, Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar dikemukakan pertama kali oleh Fred Hoyle pada tahun 1956. Menurut hipotesis ini, dahulunya Tata Surya adalah berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan, yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

Hipotesis Protoplanet

Teori ini dikemukakan oleh Carl Van Weizsaecker, G.P. Kuipper dan Subrahmanyan Chandarasekar. Menurut teori protoplanet, di sekitar matahari terdapat kabut gas yang membentuk gumpalan-gumpalan yang secara evolusi berangsur-angsur menjadi gumpalan padat. Gumpalan kabut gas tersebut dinamakan protoplanet.

Teori-teori tentang proses terbentuknya tata surya dapat dikelompokan menjadi beberapa teori, yaitu sebagai berikut.

a. Teori Nebula (Kant dan Laplace)


Teori Nebula pertama kali dikemukakan seorang filsuf Jerman bernama Imanuel Kant. Menurutnya, tata surya berasal dari nebula yaitu gas atau kabut tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi yang berputar sangat lambat. Perputaran yang lambat itu menyebabkan terbentuknya konsentrasi materi yang mempunyai berat jenis tinggi yang disebut inti massa di beberapa tempat yang berbeda. Inti massa yang terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di sekitarnya Karena terjadi proses pendinginan, inti-inti massa yang lebih kecil berubah menjadi planet-planet, sedangkan yang paling besar masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi yang disebut matahari.


Teori nebula lainnya dikemukakan oleh Pierre Simon Laplace. Menurut Laplace, tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Karena perputaran yang sangat cepat, sehingga terlepaslah bagian-bagian dari bola gas tersebut dalam ukuran dan jangka waktu yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang terlepas itu berputar dan akhirnya mendingin membentuk planet-planet, sedangkan bola gas asal dinamakan matahari.

Masa yang terus berputar hingga terbentuk bola dengan ukuran lebih kecil dari planet disebut

Gambar 3.2 Pembentukan tata surya menurut teori nebula 

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 98)


b. Teori Planetesimal (Moulton dan Chamberlain)


Moulton dan Chamberlain, berpendapat bahwa tata surya berasal dari adanya bahan-bahan padat kecil yang disebut planetesimal yang mengelilingi inti yang berwujud gas bersuhu tinggi. Gabungan bahan-bahan padat kecil itu kemudian membentuk planet-planet, sedangkan inti massa yang bersifat gas dan bersuhu tinggi membentuk matahari.

Masa yang terus berputar hingga terbentuk bola dengan ukuran lebih kecil dari planet disebut


Gambar 3.3 Pembentukan tata surya menurut teori planetesimal 

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 99)

c. Teori Pasang Surut (Jeans dan Jeffreys)


Astronom Jeans dan Jeffreys, mengemukakan pendapat bahwa tata surya pada awalnya hanya matahari saja tanpa mempunyai anggota. Planet-planet dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari matahari yang tertarik dan terlepas oleh pengaruh gravitasi bintang yang melintas ke dekat matahari. Bagian yang terlepas itu berbentuk seperti cerutu panjang (bagian tengah besar dan kedua ujungnya mengecil) yang terus berputar mengelilingi matahari, sehingga lama kelamaan mendingin membentuk bulatan-bulatan yang disebut planet.

Masa yang terus berputar hingga terbentuk bola dengan ukuran lebih kecil dari planet disebut


Gambar 3.4 Pembentukan tata surya menurut teori pasang surut 

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 100)


d. Teori Bintang Kembar (Lyttleton)


Teori bintang kembar dikemukakan astronom Inggris bernama Lyttleton. Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya matahari merupakan bintang kembar yang satu dengan lainnya saling mengelilingi, pada suatu masa melintas bintang lainnya dan menabrak salah satu bintang kembar itu dan menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil yang terus berputar dan mendingin menjadi planet-planet yang mengelilingi bintang yang tidak hancur, yaitu matahari.

Masa yang terus berputar hingga terbentuk bola dengan ukuran lebih kecil dari planet disebut


Gambar 3.5 Pembentukan tata surya menurut teori bintang kembar 

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 98)


e. Teori Awan Debu (Weizsaecker dan Kuiper)


Weizsaecker dan Kuiper, berpendapat bahwa tata surya berasal dari awan yang sangat luas yang terdiri atas debu dan gas (hidrogen dan helium). Ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan berputar yang sangat cepat dan teratur, sehingga terbentuklah piringan seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung menjadi matahari, sedangkan bagian pinggirnya berubah menjadi planet-planet.


Ahli astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain, F.L Whippel dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia. Menurutnya, tata surya berawal dari matahari yang berputar dengan cepat dengan piringan gas di sekelingnya yang kemudian membentuk planet-planet yang beredar mengelilingi matahari.

Sumber :

Geografi Memahami Geografi Kelas X  karangan Bagja Waluya.


Page 2