Kenapa nasruddin hoja disebut mullah

SANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN HOJA

Pilih Variasi

(contoh; warna, ukuran)

Sepanjang sejarah dunia, ada banyak tokoh yang dikisahkan sebagai tukang bercanda. Tokoh ini biasanya pintar-pintar bodoh, usil, atau sarkastis namun sangat legendaris. Contohnya, di Jerman ada tokoh Till Eulenspiegel, sementara di Israel ada Hershel Ostropol, dan di Timur Tengah ada Abu Nawas. Banyak sekali kisah dongeng atau cerita rakyat yang menggunakan tokoh-tokoh tersebut untuk menyampaikan sebuah pesan tersirat kepada khalayak ramai. Nah, salah satu sosok tukang bercanda yang masuk dalam legenda adalah Nasrudin Hoja. Ia digambarkan sebagai seorang sufi yang hidup di Turki pada abad 13 Masehi. Tokoh Nasrudin Hoja ini unik, sebab ia dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang memiliki pemahaman agama tinggi. Meskipun begitu, tidak berarti ia benar-benar dihormati masyarakat. Sebaliknya, Nasrudin menjadi orang usil yang sering mengerjai (dan balik dikerjai) masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Keusilan, baik verbal maupun fisik, inilah yang pada akhirnya hal itu membuat sang sufi mendapat reputasi sebagai orang yang tak pernah serius. Akan tetapi, apakah Nasrudin memang hanya sekadar usil? Tidak juga. Seperti galibnya seorang guru, keusilan yang dilakukan Nasrudin sebenarnya mengandung pesan tersirat. Banyak di antara humor Nasrudin yang menyerempet metafisika dan hakikat yang digeluti kaum sufi. Boleh dibilang bahwa kisah Nasrudin sebenarnya mempunyai muatan filosofis yang amat dalam. Sebagian besar kisah-kisah humor Nasrudin menekankan pada satu hal, yakni tidak semua hal seperti yang terlihat. Juga bahwa persepsi itu rancu, dan bahasa sering tidak cukup untuk menjelaskan kenyataan. Inilah pesan tersirat yang berulang-ulang disampaikan dalam kisah-kisah Nasrudin Hoja. Tujuannya adalah agar kita sebagai manusia tidak terpaku pada penampilan luar seseorang atau sebuah benda, sementara esensinya terlupakan atau tak tersentuh. Buku ini mengumpulkan sebagian dari kisah-kisah sang Mullah tersebut, terutama yang berfokus pada hakikat kehidupan. Diharapkan pembaca dapat mengambil hikmah dibalik kelucuan yang ditampilkan dalam setiap kisah yang diparodikan lewat kelakuan sang guru.

Lihat Semua

reina2008

Terimakasih paket sudah datang, semoga anak2 senang membacanya, lumayan buat mengisi liburan

2020-12-27 21:46

fendry_hk

2020-10-22 11:48

ivanfadilla11

2021-11-02 13:06

Beli Sekarang

BUKU SANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN HOJA

Pilih Variasi

(contoh; warna, ukuran)

Dikirim Dari

Astrid Savitri Ukuran : 14 x 20 cm 188 halaman ISBN : 978-602-5713-15-6 Harga : Rp55.000 Penerbit Genesis Sepanjang sejarah dunia, ada banyak tokoh yang dikisahkan sebagai tukang bercanda. Tokoh ini biasanya pintar-pintar bodoh, usil, atau sarkastis namun sangat legendaris. Contohnya, di Jerman ada tokoh Till Eulenspiegel, sementara di Israel ada Hershel Ostropol, dan di Timur Tengah ada Abu Nawas. Banyak sekali kisah dongeng atau cerita rakyat yang menggunakan tokoh-tokoh tersebut untuk menyampaikan sebuah pesan tersirat kepada khalayak ramai. Nah, salah satu sosok tukang bercanda yang masuk dalam legenda adalah Nasrudin Hoja. Ia digambarkan sebagai seorang sufi yang hidup di Turki pada abad 13 Masehi. Tokoh Nasrudin Hoja ini unik, sebab ia dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang memiliki pemahaman agama tinggi. Meskipun begitu, tidak berarti ia benar-benar dihormati masyarakat. Sebaliknya, Nasrudin menjadi orang usil yang sering mengerjai (dan balik dikerjai) masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Keusilan, baik verbal maupun fisik, inilah yang pada akhirnya hal itu membuat sang sufi mendapat reputasi sebagai orang yang tak pernah serius. Akan tetapi, apakah Nasrudin memang hanya sekadar usil? Tidak juga. Seperti galibnya seorang guru, keusilan yang dilakukan Nasrudin sebenarnya mengandung pesan tersirat. Banyak di antara humor Nasrudin yang menyerempet metafisika dan hakikat yang digeluti kaum sufi. Boleh dibilang bahwa kisah Nasrudin sebenarnya mempunyai muatan filosofis yang amat dalam. Sebagian besar kisah-kisah humor Nasrudin menekankan pada satu hal, yakni tidak semua hal seperti yang terlihat. Juga bahwa persepsi itu rancu, dan bahasa sering tidak cukup untuk menjelaskan kenyataan. Inilah pesan tersirat yang berulang-ulang disampaikan dalam kisah-kisah Nasrudin Hoja. Tujuannya adalah agar kita sebagai manusia tidak terpaku pada penampilan luar seseorang atau sebuah benda, sementara esensinya terlupakan atau tak tersentuh. Buku ini mengumpulkan sebagian dari kisah-kisah sang Mullah tersebut, terutama yang berfokus pada hakikat kehidupan. Diharapkan pembaca dapat mengambil hikmah dibalik kelucuan yang ditampilkan dalam setiap kisah yang diparodikan lewat kelakuan sang guru.

Lihat Semua

oxta_ria

Murah meriahhh.... Kemasan rapi... Barang juga bagus....

2020-11-14 20:08

Beli Sekarang

Minggu, 09 Agustus 2020 - 12:44 WIB

Nasruddin Hoja. Foto/Ilustrasi/Ist

JUDUL di atas digunakan Idries Shah sebagai pembuka tulisannya tentang Mullah Nashruddin . Kalimat tersebut merupakan kutipan dari Hakim Sanai, The Walled Garden of Truth. (Baca juga: Pada Fase Tertentu Manusia Dapat Terbang dengan Kekuatannya Sendiri )

Idries Shah dalam The Sufis yang diterjemahkan M. Hidayatullah dan Roudlon, S.Ag. menjadi Mahkota Sufi : Menembus Dunia Ekstra Dimensi, menyebut Mullah (guru) Nashruddin adalah sosok klasik yang dirancang oleh para darwis; sebagian untuk tujuan pemberhentian (jeda) karena situasi-situasi sesaat di mana di dalamnya keadaan-keadaan tertentu dari jiwa dibuat jelas.

Kisah-kisah Nashruddin, dikenal secara menyeluruh di Timur Tengah dalam manuskrip The Subtleties of the Incomparable Nasrudin. Ini merupakan satu dari sejumlah pencapaian ganjil (ajaib) di dalam sejarah metafisika. Namun, secara dangkal kisah-kisah Nashruddin lebih sering dikenal sebagai kisah humor atau bahan lelucon. (Baca juga: Tradisi Alkimia Masuk ke Barat Melalui Sumber-Sumber Arab )

Kisah-kisah itu diceritakan kembali tanpa henti di warung-warung teh dan di rombongan-rombongan pertunjukan, di rumah-rumah dan di siaran-siaran radio Asia. Tetapi dalam cerita Nashruddin itu inheren untuk dipahami adanya kedalaman makna. Terdapat lelucon, moral dan kelebihan lainnya yang membawa kesadaran sedikit lebih jauh menuju proses penyadaran dari kekuatan spiritual yang potensial.

Baca juga: Inilah Pujian Ulama kepada Imam Al-Ghazali

Brilio.net - Siapa yang tak kenal dengan nama Nasruddin Hoja? Nasruddin atau Nasreddin adalah seorang sufi yang memiliki kisah satir dari Dinasti Seljuk. Ia diketahui meninggal pada abad ke-13. Nasruddin Hoja dikenal sebagai filsuf yang bijak namun memiliki kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu. Hoja muncul dalam ribuan cerita, terkadang jenaka dan pintar, terkadang bijak, tetapi sering juga bersikap bodoh atau menjadi bahan lelucon. Setiap kisah Hoja biasanya mengandung humor cerdas dan mendidik. Bahkan di tempat tinggalnya selalu diadakan Festival Nasreddin Hodja dirayakan secara internasional antara 5–10 Juli setiap tahun.Saat ini, cerita-cerita Nasruddin telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pada beberapa wilayah, Nasruddin menjadi bagian kebudayaan dan seringkali disebut dalam kehidupan sehari-hari. Karena ada ribuan kisah Nasruddin yang berbeda-beda, kisah-kisahnya selalu ada saja yang sesuai dengan kejadian sehari-hari dalam masyarakat.Nasruddin sering muncul sebagai tokoh bertingkah-laku aneh dalam berbagai tradisi rakyat Albania, Arab, Armenia, Azerbaijani, Bengali, Bosnia, Bulgaria, China, Yunani, Gujarati, Hindi, Italia, Bahasa Ladino, Kurdish, Bahasa Pashtun, Persia, Romania, Serbia, Rusia, Turkish, dan Urdu.Salah satu kisah tentang Nasruddin yang menarik adalah saat ia mengejar suara azan. Suatu hari, Nasruddin Hoja mengumandangkan azan Zuhur di masjid. Beberapa tetangga sekitarnya justru asyik mengobrol di depan rumah dan mereka bertingkah seolah-olah tidak mendengarkan azan. Memang para tetangga itu jarang pergi ke masjid.Dengan perlahan-lahan Nasruddin mengeraskan suaranya, tapi tidak ada yang berubah. Ia kemudian lari ke arah para tetangga itu sambil terus mengumandangkan azan. Beberapa tetangga mulai mengira ada sesuatu yang aneh terjadi pada Nasruddin. Maka mereka pun bertanya."Ada apa wahai Nasruddin Hoja? Mengapa engkau azan sambil berlari?""Aku penasaran seberapa jauh jangkauan suaraku, jadi aku berlari untuk mengejarnya," jawab Nasruddin sambil terus berlari.Brilio.net mengutip dari laman Islam.co bahwa kisah di atas memberikan pelajaran. Dalam keseharian kita sering melalaikan panggilan salat. Padahal jika saja kita mengetahui sesungguhnya azan adalah suara kerinduan. Kabar rindu dari Dia yang Maha Pengasih kepada kita semua. Dengan penuh kasih sayang-Nya kita diundang menuju perjamuan-Nya.Kita dipanggil dan diseru untuk salat, bukan karena Allah bermaksud memberatkan hidup kita. Allah SWT bahkan telah menyiapkan hidangan istimewa untuk kita. Dengan panggilan salat, Allah hendak membersihkan hidup kita dari segala noda dan dosa. Dengan panggilan salat, Allah hendak menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita. Dengan panggilan salat, Allah hendak menanamkan jiwa penuh syukur kedalam hati kita.Dalam sebuah hadis, Allah SWT berfirman: "Wahai hamba-Ku, berdirilah menghadap-Ku. Aku sambut kalian dengan berjalan. Dan berjalanlah menujuKu, Aku akan sambut dan hampiri kalian dengan berlari"(HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

BACA JUGA :
Kisah Abu Nawas ajari keledai membaca buku


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA