Jika transaksi non tunai meningkat dampak yang akan terjadi adalah

Kecanggihan dan kemajuan teknologi tentu memberikan pengaruh pada perekonomian. Munculnya uang elektronik sebagai alat pembayaran yang sah di sektor riil juga pasti memiliki dampak, baik positif maupun negatif. Itulah mengapa, kajian tentang uang elektronik terus dilakukan. Peraturan yang jelas sudah diberikan oleh Bank Indonesia.

Uang elektronik, atau yang biasa disebut dengan e-money, memudahkan produsen dan konsumen bertransaksi secara elektronik atau dengan internet. Untuk menggunakan e-money, pertama-tama Anda harus menyetorkan (menyimpan) sejumlah uang dulu. Nominal yang disetorkan akan diubah dalam bentuk saldo e-money.

Saldo e-money inilah yang digunakan untuk bertransaksi. Banyak hal yang bisa dibayar dengan e-money. Saat ini transportasi ojek online, pesan makanan, bayar makanan di restoran, bayar barang yang dibeli di mall atau toko-toko, bisa menggunakan e-money. Tak heran, semakin banyak orang tertarik untuk menggunakannya.

Selain kemudahan dalam bertransaksi untuk para pemilik saldo e-money, dampak lain juga terasa pada perekonomian negara. Berikut ini adalah berbagai dampak uang elektronik pada perekonomian.

1. E-Money Dapat Memicu Inflasi

Inflasi pada dasarnya merupakan indikator, dari perubahan yang terjadi karena harga-harga barang yang terus meningkat, atau turunnya nilai uang. Inflasi dalam suatu negara perlu dikontrol. Jika tidak, akan terjadi ketidakseimbangan ekonomi yang mengancam stabilitas negara.

Umumnya, inflasi dapat terjadi karena empat faktor. Keempat faktor tersebut adalah tingginya permintaan, bertambahnya uang yang beredar, kenaikan biaya produksi, serta adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Sekilas dari penjelasan tersebut, uang elektronik tak dapat disebut menjadi penyebab inflasi secara langsung,

Meskipun demikian, ternyata maraknya e-money tetap bisa mempengaruhi terjadinya inflasi. Terutama apabila nilai e-money tidak sama dengan uang tunai. Itulah mengapa, Bank Indonesia terus mengatur agar nilai e-money tak lebih kecil atau lebih besar dari uang tunai. Penambahan atau penyusutan nilai pada barang akan memicu inflasi.

2. Pengaruh Uang Elektronik pada Jumlah Uang yang Beredar

Uang elektronik sebenarnya termasuk dalam kategori uang giral. Jumlah uang yang beredar di masyarakat tidak akan terpengaruh oleh uang elektronik apabila ada regulasi yang baik dari pemerintah. Karena regulasi yang baik akan mencegah adanya penurunan atau peningkatan nilai barang yang dibeli dengan uang elektronik.

3. Efek Uang Elektronik Pada Perputaran Uang

Meskipun sekilas sama saja dengan uang tunai, faktanya e-money cenderung membuat orang mudah melakukan transaksi. Tanpa perlu membawa uang banyak atau takut kehabisan uang tunai, kini orang bisa berbelanja dengan hanya melalui e-wallet. Ini tentu meningkatkan kecepatan perputaran uang.

Jika dulu untuk belanja lewat marketplace orang harus melakukan transfer di atm, sekarang Anda bisa melakukannya dimanapun, lewat e-money. Apalagi banyak e-money yang menerapkan bebas biaya administrasi untuk transfer ke rekening bank. Jadi, penjual dan pembeli barang via online akan semakin mudah dalam melakukan transaksi, meski hanya senilai Rp10.000,00 saja.

4. Dampak Uang Elektronik Terhadap Permintaan Uang Tunai

Tingginya penggunaan uang non tunai di masyarakat, akan mempengaruhi turunnya permintaan terhadap uang tunai. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin baik, dan masyarakat akan lebih lancar dalam melakukan konsumsi.

5. Dampak Positif dan Negatif Uang Elektronik

Sebagai hasil dari perkembangan teknologi, tentu uang elektronik memberikan pengaruh positif dan negatif. Dampak ini dirasakan oleh penggunanya, pengusaha, serta perekonomian secara umum. Berikut adalah berbagai dampak yang bisa terjadi.

Bagi pengguna uang elektronik, akan banyak efisiensi yang dilakukan. Misalnya waktu tunggu untuk menghitung uang tunai, waktu untuk menghitung kembalian, dan sebagainya. Selain itu, saat akan bepergian semuanya bisa lebih praktis, tanpa membawa banyak uang tunai. Kadang, tersedia diskon dan potongan khusus bagi pengguna uang elektronik.

Pengusaha yang berjualan dengan menyediakan mesin pembayaran uang elektronik juga diuntungkan, karena tidak perlu menyiapkan uang kembalian untuk transaksi dalam jumlah kecil. Tak perlu lagi ada kekhawatiran atas uang palsu. Semua uang yang dihasilkan dari transaksi menggunakan uang elektronik akan terdebet jumlahnya ke rekening pengusaha.

Bagi perekonomian nasional, tentu uang elektronik membawa dampak yang baik. Dengan proses transaksi yang semakin cepat dan mudah, tingkat konsumsi masyarakat akan naik. Perputaran uang semakin cepat dan memicu perkembangan sektor riil. Semakin banyak usaha di sektor riil yang menarik investor.

Bagi pengguna uang elektronik, adanya kemudahan transaksi membuat kecenderungan bersikap boros muncul. Jika dulu saat uang habis orang harus pergi ke atm dan mengambil uang cash, maka sekarang banyak toko yang melayani pembayaran dengan e-money. Maka, diperlukan sikap bijak dalam penggunaan e-money sebagai alat transaksi.

Tingginya penggunaan uang elektronik membuat maraknya penipuan lewat dunia cyber juga. Pencurian data, pencurian uang lewat elektronik, semua itu harus diantisipasi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk berinovasi dalam sistem cyber dan menggalakkan polisi cyber. Pengguna layanan uang elektronik juga harus lebih waspada.

Menggunakan Uang Elektronik dengan Bijak

Apapun efek negatifnya, sebenarnya Anda tak perlu takut berlebihan dengan adanya perkembangan teknologi ini. Uang elektronik sifatnya memudahkan, maka sebaiknya tetap disikapi dengan bijak. Jika takut terlalu boros saat menggunakan uang elektronik, maka isi saja saldo seperlunya, sesuai dengan kebutuhan yang Anda anggarkan.

Kebijaksanaan dalam menggunakan uang elektronik akan membuat Anda mampu memanfaatkan teknologi ini semaksimal mungkin, tanpa terganggu dengan efek negatifnya. Kini, berbelanja apapun jadi semakin mudah. Waktu Anda juga bisa digunakan dengan lebih efisien. Jadi, sudahkah Anda mulai menggunakan uang elektronik untuk bertransaksi?

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang dampak uang elektronik terhadap uang tunai, semoga bermanfaat bagi Anda semua.

Pembayaran menggunakan uang elektronik dalam berbagai bentuk semakin menjadi pilihan yang disukai karena kemudahan, efektivitas, dan efisiensinya.

Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan transaksi uang elektronik terus meningkat dalam lima tahun terakhir, dari Rp 7 triliun pada 2016 menjadi Rp 205 triliun pada 2020 atau kenaikan hampir 30 kali lipat.

Di tengah pandemi dan berkembangnya industri layanan digital di Indonesia – seperti kita lihat dari merger raksasa digital Gojek dan Tokopedia belum lama ini – transaksi non-tunai berpotensi terus meningkat di masa depan.

Penelitian yang saya lakukan tahun lalu menemukan bahwa peningkatan tersebut ternyata juga berkontribusi terhadap melambatnya laju inflasi – yakni kenaikan harga secara umum dan terus-menerus karena peredaran uang tunai lebih pesat daripada suplai barang di pasar.

Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.

Inflasi yang terkendali adalah hal baik karena berarti ekonomi suatu negara tumbuh dengan stabil. Angka yang terlalu tinggi menandakan kenaikan harga yang berbahaya dan bisa menyebabkan tingginya angka pengangguran.

Dalam tulisan ini, saya ingin menjelaskan bagaimana transaksi uang elektronik meredam inflasi dan juga membantu perekonomian negara.

Uang elektronik bisa tekan laju inflasi

Riset yang saya lakukan mengambil data transaksi pembayaran non tunai berbasis kartu (debit dan kredit) dan uang elektronik berbasis e-wallet (seperti GoPay atau OVO) dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia pada kuartal kedua di periode 2019-2020.

Hasil analisis saya mengungkap bahwa dalam beberapa tahun terakhir, laju inflasi turun seiring dengan peningkatan jumlah transaksi elektronik.

Pada 2018, misalnya, transaksi elektronik tercatat sebesar Rp 47,2 triliun, kemudian naik pada 2019 menjadi Rp 145,2 triliun dan pada 2020 mencapai Rp 205 triliun.

Pada periode tiga tahun yang sama, inflasi terus turun. Data BPS menunjukkan penurunan inflasi dari 3,13% pada tahun 2018, 2,72% pada tahun 2019, hingga mencapai terendah sepanjang sejarah yaitu 1,68% pada 2020.

Secara ekonomi, teori kuantitas uang yang dikemukakan mantan ekonom Amerika Serikat Irving Fisher menjelaskan ini bisa terjadi karena inflasi meningkat seiring dengan tingginya peredaran uang. Ketika jumlah uang yang beredar bertambah lebih cepat dibanding dengan persediaan barang yang ada di pasar, maka harga barang-barang akan meningkat.

Pada akhirnya, peningkatan transaksi menggunakan uang elektronik bisa meredam kenaikan harga karena akan menurunkan jumlah uang tunai (koin dan kertas) yang beredar.

Dalam penelitian saya, misalnya, uang elektronik memiliki pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Konsumen – indeks terkait harga barang dan jasa konsumsi rumah tangga seperti biaya makan hingga pendidikan – dengan nilai koefisien sebesar 1,53.

Di sini, setiap kenaikan transaksi dompet digital sebesar 1% akan menurunkan Indeks Harga Konsumen sebesar 1,53%.

Jika transaksi non tunai meningkat dampak yang akan terjadi adalah
Peningkatan transaksi menggunakan uang elektronik bisa meredam kenaikan harga karena akan menurunkan jumlah uang tunai yang beredar. (ANTARA FOTO/Fanny Octavianus)

Membantu ekonomi negara

Transaksi non-tunai tidak hanya memberikan kenyamanan, penghematan waktu transaksi, dan potongan harga dari promosi yang diadakan perusahaan layanan tersebut bagi pengguna, tetapi ternyata juga dapat membantu ekonomi negara.

Selain menahan laju inflasi, misalnya, penurunan jumlah uang tunai yang beredar akan mempengaruhi tingkat suku bunga di pasar uang.

Ketika masyarakat memilih menggunakan alat pembayaran non tunai yang dibarengi dengan penyimpanan uang di perusahaan teknologi finansial yang menyediakan layanan tersebut, biaya pinjaman perbankan jadi lebih kompetitif dan menarik karena persaingan berbagai perusahaan dan layanan.

Ini mendorong investasi dan juga dapat meningkatkan produksi barang dan jasa nasional – yang semakin berkontribusi juga terhadap penekanan laju inflasi karena suplai barang meningkat.

Selain itu, penggunaan uang elektronik juga membantu pemerintah menekan produksi uang tunai.

Pada akhirnya ini menghemat biaya ongkos percetakan uang, mengurangi peredaran uang palsu di masyarakat, serta mempercepat kebijakan digitalisasi sistem pembayaran yang pada akhirnya mendukung pemulihan laju pertumbuhan ekonomi nasional di tengah krisis akibat pandemi.

Transaksi digital yang saat ini banyak menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) – standar dari Bank Indonesia yang menyeragamkan kode transaksi di semua platform pembayaran – juga bisa membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Bisnis mereka bisa lebih berkembang karena transaksi digital dapat mencegah antrian panjang, menghemat biaya layanan, dan membuat transaksi lebih mudah dan sistematis.

Namun, meski memberikan berbagai manfaat, kita juga tidak boleh lupa akan dampak negatif dari pembayaran digital.

Salah satunya adalah konsumen muda menjadi jauh lebih konsumtif dari sebelumnya.

Survei tahun 2020 dari lembaga riset pasar Ipsos Indonesia mencatat penggunaan dompet digital (e-wallet) sejauh ini didominasi oleh generasi millenial (kelahiran tahun 1980-1996) dan Gen-Z (kelahiran tahun 1997-2002).

Mereka tergiur berbagai promo seperti cashback, akumulasi poin belanja, dan berbagai teknik pemasaran lainnya. Pada akhirnya, ini juga bisa membuat masyarakat kurang hati-hati dalam mengatur pengeluaran pribadi.

Oleh karena itu, dampak positif uang elektronik terhadap pembangunan ekonomi juga perlu dibarengi dengan adanya literasi pengelolaan keuangan pribadi bagi masyarakat, khususnya kelompok anak muda.

If so, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. With the latest scientific discoveries, thoughtful analysis on political issues and research-based life tips, each email is filled with articles that will inform you and often intrigue you.

Editor and General Manager

Find peace of mind, and the facts, with experts. Add evidence-based articles to your news digest. No uninformed commentariat. Just experts. 90,000 of them have written for us. They trust us. Give it a go.

If you found the article you just read to be insightful, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. Each newsletter has articles that will inform and intrigue you.

Komentari artikel ini