Jenis rumput laut yang paling banyak menyumbangkan devisa negara yaitu

Merdeka.com - Bali memperoleh devisa dari ekspor hasil perikanan dan kelautan sebesar USD 64,78 juta selama periode Januari-Juli 2013. Angka ini naik 10,06 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat USD 58,86 juta.

"Sektor perikanan itu mampu memberikan kontribusi sebesar 22,42 persen dari total nilai ekspor Bali keseluruhan yang mencapai USD 288,93 juta," kata Kepala Biro Humas Pemprov Bali I Ketut Teneng seperti dilansir Antara di Denpasar, Minggu (27/10).

Dia mengatakan, ikan tuna segar dan beku paling tinggi menyumbangkan devisa dari delapan jenis hasil perikanan Bali.

Hasil tangkapan nelayan dan kapal-kapal besar untuk dua jenis ikan tersebut menyumbangkan devisa sebesar USD 41,74 juta hasil pengapalan 7.774 ton selama tujuh bulan pertama 2013. Namun, Ketut Teneng menambahkan, untuk nilai penjualan ikan ini merosot 2,62 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 7.523,86 ton seharga USD 42,86 juta.

Demikian pula ikan kerapu memberikan andil sebesar USD 7,07 juta, ikan hias hidup USD 1,86 juta, ikan kakap USD 3,72 juta, kepiting USD 73.284 dan ikan lainnya USD 9.454,65 juta.

Selain itu juga lobster USD 843.074 dan sirip ikan hiu USD 7.240. Dua jenis mata dagangan hasil perikanan lainnya yang meliputi rumput laut dan ikan nener tidak lagi mampu menghasilkan devisa.

Gede Suarsa menjelaskan, pasaran Jepang menyerap paling banyak hasil perikanan Bali yang mencapai 37,23 persen dan menyusul Amerika Serikat 24,62 persen dan Australia 5,74 persen.

Selain itu juga menembus pasaran Malaysia 0,69 persen, Singapura 0,87 persen, Hong Kong 4,85 persen, inggris 0,75 persen, Prancis 1,03 persen, Jerman 0,43 persen dan Spanyol 1,11 persen.

Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Ditjen Perikanan Budidaya optimis bisa mendorong industrialisasi rumput laut nasional di tengah wabah Corona (COVID-19). Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan rumput laut memiliki kontribusi besar terhadap nilai ekspor perikanan nasional. Di tengah wabah COVID-19, aktivitas ekspor rumput laut, akan turut menyumbang devisa negara untuk memitigasi dampak ekonomi akibat COVID-19 yang mempengaruhi kinerja ekonomi nasional.

"Saya rasa ekspor rumput laut ini memicu optimisme kita bahwa meski di tengah wabah COVID-19 kegiatan ekonomi perikanan masih berjalan," ujar Slamet, dalam keterangan tertulis, Senin(27/4/2020).

Perlu diketahui pada Sabtu (25/4) lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melepas ekspor rumput laut jenis Spinosum di Serang - Banten sebanyak 53,5 ton dari CV. Delton dalam bentuk raw material kering dengan nilai ekspor mencapai Rp 700 juta. Spinosum merupakan jenis alga merah yang nilai manfaatnya cukup besar, sehingga sangat potensial didorong untuk menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor selain Eucheuma cottoni.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Slamet menjelaskan Eucheuma cottoni dan Spinosum telah bisa kita dikembangkan secara massal di Indonesia. Ia pun mengajak masyarakat pembudidaya untuk melakukan budidaya rumput laut dengan cara yang benar, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada sehingga akan dihasilkan produk rumput laut dengan kandungan agar/karagenan/alginate yang bagus.

"Rumput laut punya peluang sangat mudah untuk dikembangkan karena biaya produksinya murah dan dapat menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir," jelas Slamet.

Slamet menuturkan saat melepas ekspor rumput laut di Serang Sabtu lalu, Edhy mengungkapkan kegiatan ekspor ini adalah momen yang menggembirakan. Di mana di tengah pandemi COVID-19, Indonesia tetap bisa melakukan ekspor rumput laut. Terlebih, ekspansi tujuan ekspor produk perikanan terus meluas, seperti tujuan Vietnam yang menjadi market baru.

"Padahal kita tahu sebelumnya market rumput laut kita didominasi ke China dan Filipina. Terbukanya ekspor ke Vietnam, ini akan menaikkan nilai ekonomi jenis Spinosum yang sangat potensial di Indonesia. Artinya akan lebih banyak masyarakat yang terlibat dalam usaha budidaya rumput laut ini," jelas Slamet.

Slamet pun berharap, tidak hanya rumput laut, komoditas lain seperti kerapu, udang dan beberapa komoditas perikanan lainnya juga bisa memberikan kepastian bahwa ekspor produk perikanan tetap berjalan dan prospektif di tengah pandemi.

Sementara itu, Direktur Utama CV. Delton Cabang Serang Jaja Mujahidin mengungkapkan, bahwa saat ini permintaan rumput laut jenis Spinosum ke Vietnam mencapai 3.000 ton per bulan dengan nilai mencapai Rp 36 miliar per bulan.

Menurutnya jenis Spinosum punya nilai manfaat yang tinggi sebagaimana jenis Eucheuma cottoni. Keuntungan lainnya, jenis ini lebih adaptif dan tahan terhadap penyakit seperti ice-ice.

Sebagai informasi, tahun 2019 tercatat nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai USD 324,84 juta atau tumbuh 11,31% dibanding tahun 2018 yang mencapai USD 291,83 juta. Selama rentang waktu 2014 - 2019, ekspor rumput laut nasional tercatat tumbuh rata-rata per tahun sebesar 6,53%.

Sedangkan produksi rumput laut nasional hasil budidaya tahun 2018, tercatat sebanyak 10,18 juta ton. Oleh karena itu, KKP menargetkan tahun 2020 produksi rumput laut mencapai 10,99 juta ton dan diproyeksikan mencapai 12,33 juta ton pada tahun 2024. Indonesia sendiri diuntungkan sebagai negara dengan potensi sumber daya rumput laut yang besar.

Sebagai bagian dari segi karang dunia, Indonesia memiliki setidaknya 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi. Pemerintah telah membentuk Pokja untuk melakukan percepatan industrialisasi nasional, untuk mendorong hal tersebut, KKP telah menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.

Simak Video "Habis Nonton MotoGP Mandalika, Jangan Lupa Beli Oleh-oleh Ini"


[Gambas:Video 20detik]
(mul/mpr)

Ilustrasi - Rumput laut. ANTARA/HO-KKP

Ilustrasi - Rumput laut. ANTARA/HO-KKP

Rumput laut ini kontribusinya sangat besar terhadap nilai produksi perikanan budi daya nasional

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai ekspansi pasar ekspor rumput laut akan membantu mendongkrak devisa negara di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini. "Rumput laut ini kontribusinya sangat besar terhadap nilai produksi perikanan budi daya nasional," ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto di Jakarta, Senin.

Baca juga: KKP: Ekspor rumput laut pertanda sektor kelautan terus melaju

Ia mengatakan kontribusi rumput laut mencapai lebih dari 60 persen dari total produksi perikanan budi daya nasional. Dengan terus menggenjot ekspor dan membuka peluang pasar baru diharapkan akan mendongkrak devisa yang saat ini terganggu akibat dampak ekonomi COVID-19. Saat ini, lanjut dia, pemerintah serius untuk menggarap industrialisasi rumput laut nasional. Sebagai langkah awal, Ditjen Perikanan Budidaya telah menetapkan peta jalan untuk bangun industrialisasi rumput laut. termasuk bagaimana percepatan produksi di hulu. "Ini yang akan terus kita dorong agar produktivitas di hulu lebih optimal," ucapnya. Pendapat senada diungkapkan Kadis Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan Sulkaf S Latief. Menurutnya, rumput laut menjadi komoditas yang paling banyak berkontribusi pada nilai ekspor komoditas perikanan. Adapun Sulawesi Selatan, menyumbang 30 persen produksi rumput laut nasional. "Saya kira kita harus fokus untuk membangun mata rantai bisnisnya yang efektif dan efisien serta akan tetap berupaya menjaga sinergitas dengan sejumlah pihak guna menggenjot ekspor rumput laut di Sulawesi Selatan," kata Sulkaf. Pada 2 Mei 2020, rumput laut jenis Gracilaria sp menembus pasar ekspor Jepang melalui CV Simpul Agro Globalindo sebanyak 51 ton yang dilepas dari Makassar, Sulawesi Selatan. Nilai ekspor komoditas tersebut mencapai 36 ribu  dolar AS. Direktur Utama CV Simpul Agro Globalindo, Mursalim mengatakan Jepang sebagai pasar potensial di luar China, terlebih permintaan ekspor ke Jepang mencapai 400 ton dalam setahun. "Di masa pandemi ini baru kita penuhi sekitar 76,5 ton. Rumput laut tersebut disuplai dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah," katanya. Ia mengatakan pihaknya bermitra dengan sekitar 400 pembudi daya. Sebanyak 100 pembudi daya dari wilayah Sulawesi Tengah, dan 300 pembudi daya dari Sulawesi Selatan. "Kita terus beri motivasi dan fasilitasi agar produksinya terus berjalan," katanya.

Baca juga: Kemendag: Ekspor rumput laut ke Korea Selatan tetap berjalan


Baca juga: Batam ekspor 53 ton rumput laut ke China

Pewarta: Zubi MahrofiEditor: Kelik Dewanto

COPYRIGHT © ANTARA 2020

Terkait

Baca juga

Terpopuler

  • Rumput laut selalu menjadi primadona dalam setiap kesempatan subsektor perikanan melaksanakan kegiatan ekspor. Komoditas andalan itu bahkan selalu menjadi penopang utama produksi untuk perikanan budi daya sejak lama
  • Di tengah pandemi COVID-19 yang memengaruhi kegiatan ekonomi nasional, produksi rumput laut nasional didorong untuk melaksanakan produksi dengan baik dan melaksanakan kegiatan ekspor dengan rutin untuk menyumbangkan devisa kepada Negara
  • Dari 550 jenis rumput laut yang ada di wilayah perairan Indonesia, jenis Spinosum dan Eucheuma cottoni tercatat menjadi jenis rumput laut yang bernilai ekonomi sangat tinggi. Tak heran, Pemerintah juga mendorong kedua jenis tersebut untuk terus meningkatkan produksinya
  • Dengan tetap melaksanakan produksi secara rutin dan menggelar kegiatan ekspor, itu juga akan memudahkan Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan rencana industrialisasi rumput laut nasional sesuai dengan dari Peraturan Presiden RI Nomor 33 Tahun 2019

Pandemi global yang diakibatkan wabah COVID-19, diharapkan tak memengaruhi kinerja produksi rumput laut secara nasional. Komoditas andalan untuk subsektor perikanan budi daya tersebut, setiap tahunnya selalu menjadi komoditas yang menyumbangkan kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor perikanan secara nasional.

Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mengatakan, dengan kondisi darurat kesehatan yang sedang terjadi di Indonesia sekarang, Pemerintah sangat berharap bahwa rumput laut bisa berkontribusi terhadap kinerja ekspor secara nasional.

“Aktivitas rumput laut diharapkan turut menyumbang devisa di tengah dampak ekonomi akibat COVID-19 yang memengaruhi kinerja ekonomi nasional,” ucapnya di Jakarta belum lama ini.

Kinerja positif rumput laut, akan mempercepat rencana Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan industrialisasi secara nasional. Dengan industrialisasi, pengembangan bisa semakin mudah dilakukan karena akan ada keterlibatan lintas sektoral di dalamnya.

Menurut Slamet, industrialisasi rumput laut nasional menjadi amanah dari Peraturan Presiden RI Nomor 33 Tahun 2019 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Rumput Laut Nasional Tahun 2018-2021. Dengan panduan tersebut, maka lintas sektoral akan bisa ikut terlibat dalam pengembangan rumput laut secara nasional.

“Mulai dari proses produksi di hulu, sampai ke proses pengolahan dan pemasaran yang ada di hilir, itu akan ada dalam industrialisasi rumput laut nasional,” jelasnya.

baca : Produksi Rumput Laut di Pusaran Pandemi COVID-19

Nelayan pembudidaya sedang panen rumput laut di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Foto : KKP

Di tengah kondisi seperti sekarang, Slamet tetap optimis bahwa rumput laut bisa menjalankan perannya sebagai tulang punggung perikanan budi daya nasional. Dengan demikian, kegiatan ekonomi perikanan juga akan tetap berjalan walau banyak akses yang tertutup akibat kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencegah penyebaran COVID-19.

Selain rumput laut, sumbangan devisa juga diharapkan tetap ada dari ekspor komoditas andalan lain yang berasal dari subsektor perikanan budi daya seperti kerapu (Epinephelus), udang (Caridea), dan beberapa komoditas lainnya.

Diketahui, Indonesia adalah negara yang diuntungkan karena diapit dua samudera besar, yakni Hindia dan Pasifik. Dengan posisi strategis itu, potensi sumber daya rumput laut yang ada di wilayah perairan Indonesia menjadi sangat besar.

Penguasa Dunia

Sebagai bagian dari segi tiga karang (coral triangle) dunia, Indonesia memiliki setidaknya 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi. Termasuk, salah satunya adalah jenis rumput laut bernilai tinggi, Eucheuma cottoni yang diperkirakan nilai total potensinya di Indonesia mencapai USD10 miliar per tahun.

Merujuk data yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada 2019, Indonesia menjadi produsen nomor satu di dunia untuk rumput kaut jenis Eucheuma cottoni dan menguasai lebih dari 80 persen pasokan untuk dunia.

Untuk jenis tersebut, Indonesia sudah berhasil melakukan pengembangan dengan teknologi kultur jaringan melalui kerja sama antara KKP dengan Seameo Biotrop Bogor. Dengan kultur jaringan, jenis rumput laut unggulan tersebut, diharapkan akan bisa stabil dan tahan terhadap serangan penyakit.

baca juga : Kenapa Rumput Laut Indonesia Kalah Bersaing dari Korea Selatan?

Seorang pembudidaya sedang panen rumput laut di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Foto : KKP

Secara umum, pada 2019 nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai USD324, 84 juta atau tumbuh 11,31 persen dibandingkan pada 2018 yang mencapai USD291, 83 juta. Selama rentang waktu 2014-2019, ekspor rumput laut nasional juga tercatat tumbuh rerata per tahun sebesar 6,53 persen.

Sementara, untuk produksi rumput laut nasional hasil budi daya, pada 2018 tercatat sukses mencapai angka 10,18 juta ton. Untuk produksi pada 2020 atau tahun ini, KKP menargetkan produksi bisa mencapai 10,99 juta ton dan diproyeksikan mencapai 12,33 juta ton pada 2024.

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 33 Tahun 2019, Rumput Laut Indonesia diharapkan bisa menjadi pemimpin untuk pasar global pada 2021, khususnya industri karagenan dan agar-agar. Target itu diharapkan bisa berjalan baik, seiring dengan pengembangan rumput laut sebagai komoditas andalan di banyak daerah.

Agar bisa mencapai target yang ditetapkan, Pemerintah telah membentuk kelompok kerja (Pokja) untuk melakukan percepatan industrialisasi nasional. Kemudian, untuk mendorong hal tersebut, KKP telah menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.

Diketahui, pada akhir April ekspor rumput laut jenis Spinosum dalam bentuk bahan baku mentah (raw material) yang kering berhasil dilaksanakan Pemerintah Indonesia di Serang, Banten dengan mengirimkan rumput laut seberat 53,5 ton atau senilai Rp700 juta. Kegiatan tersebut dilakukan di tengah situasi darurat kesehatan akibat COVID-19.

Rumput laut jenis Spinosum sendiri merupakan jenis alga merah yang nilai manfaatnya cukup besar, sehingga sangat potensial didorong untuk menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor selain jenis Eucheuma cottoni. Kedua jenis tersebut saat ini sudah bisa dikembangkan secara massal di Indonesia.

Di antara upaya untuk meningkatkan produksi rumput laut, Pemerintah Indonesia menggandeng Pemerintah Australia melalui program kerja sama pembangunan di bidang pengembangan sistem pasar dengan dukungan teknis dari Yayasan Kalimajari, yakni sebuah organisasi lokal yang fokus pada pemberdayaan masyarakat.

perlu dibaca : Selain Ekonomis, Ternyata Rumput Laut Penyerap Karbon Tinggi

Seorang nelayan panen rumput laut. Dalam lima tahun terakhir, jumlah petani rumput laut di Desa Seriwe Lombok Timur berkurang. Foto: Fathul Rakhman/ Mongabay Indonesia

Sistem Pasar

Menurut Slamet, kerja sama yang dijalin tersebut juga melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan diharapkan bisa menciptakan sistem pasar yang bermanfaat bagi seluruh aktor industri Rumput Laut.

“Kita sudah menyiapkan strategi percepatan peningkatan produksi rumput laut yang menginduk kepada peta jalan industrialisasi rumput laut nasional hingga lima tahun mendatang,” ungkapnya.

Tak cuma meningkatkan produktivitas, Pemerintah juga berupaya untuk terus meningkatkan nilai ekonomi yang dihasilkan dari budi daya rumput laut. Untuk itu, KKP akan memberikan kemudahan bagi pelaku usaha untuk menanamkan modalnya dari dari hilir ke hulu, sehingga tercipta hilirisasi yang baik.

“Itu untuk menggenjot nilai ekonomi menjadi lebih besar lagi,” tuturnya.

Selain itu, pengembangan klaster-klaster rumput laut di sentra produksi juga dilakukan untuk menghadirkan konektivitas yang efisien dari hulu yang menjadi sumber bahan baku, sampai ke hilir yang menjadi pusat industri untuk menghasilkan barang olahan. Dengan demikian, akan ada peningkatan nilai tambah dengan cepat.

Upaya lain untuk meningkatkan nilai tambah devisa ekspor, juga dilakukan Pemerintah dengan menggenjot ekspor dalam bentuk setengah jadi seperti Semi Refine Carrageenan (SRC) dan Refine Carrageenan (RC). Cara tersebut memungkinkan untuk dilakukan, jika dilaksanakan pembinaan teknis pascapanen dan pengolahan untuk pembudi daya, pengolah, dan pemasar Rumput Laut.

“Dengan melakukan langkah-langkah strategis tersebut, diharapkan industri Rumput Laut Indonesia mampu menjadi sektor unggulan yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, menyediakan lapangan kerja dalam jumlah signifikan, dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tegasnya.

baca juga : Inilah Lawi-lawi, Anggota Baru Kelompok Rumput Laut Andalan Indonesia

Pekerja pembudi daya sedang memproses rumput laut di Makassar, Sulawesi Selatan untuk diekspor ke Jepang. Foto : KKP

Mengingat rumput laut adalah komoditas andalan untuk produksi perikanan budi daya secara nasional, Slamet memastikan bahwa proses produksi akan tetap mengadopsi prinsip bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan demikian, budi daya rumput laut bisa beriringan dengan upaya konservasi di laut yang sedang berjalan sekarang.

Ada beberapa langkah dan tips yang bisa diterapkan oleh pembudi daya ikan agar prinsip berkelanjutan bisa berjalan. Di antaranya, menggunakan bibit dari thallus (daun) yang terbaik; disiplin melakukan panen pada usia 40-45 hari; dan tidak menggunakan pupuk/probiotik/bahan pemacu pertumbuhan.

Kemudian, mencari kawasan budi daya yang baru untuk rotasi penanaman; menjaga lingkungan pantai dari sampah seperti plastik, pencemaran, dan lain-lain; tidak menjemur rumput laut di pasir dan dijaga dari bahan-bahan yang menempel lainnya dan yang terakhir.

“Juga, menutup rumput aut yang sedang dijemur dengan plastik atau terpal ketika hujan turun,” tambahnya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA