Jenis Jenis risiko bisnis yang muncul dari Sifatnya

Apapun kegiatan kamu jalani, risiko adalah suatu kepastian dari ketidakpastian. Artinya, segala sesuatu pasti mengandung risiko, tetapi jenis dan tingkatannya mungkin berbeda. Jika kamu ingin maju, maka mau tidak mau harus berani mengambil dan menghadapi apapun risikonya. Oleh karena itu, sangat penting untuk membekali diri dengan maksimal agar risiko yang mungkin terjadi bisa kamu atasi dengan baik. Inilah informasi lengkap seputar risiko yang akan Klikasuransiku sajikan.

Apa Definisi dari Risiko?

Jenis Jenis risiko bisnis yang muncul dari Sifatnya

Secara sederhana, definisi risiko yakni suatu kondisi yang belum pasti, tetapi mengandung unsur bahaya sebagai konsekuensi atau akibat dari sesuatu. Sekali lagi, sesuatu ini adalah usaha, bisnis, aktivitas, maupun keputusan yang kamu ambil.

Pengertian tersebut selaras dengan KBBI, di mana risiko diartikan sebagai semua kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang bisa membuat perusahaan merugi.  Meski masih berupa ketidakpastian, hendaknya kamu mempersiapkan diri serta mempertimbangkan segala kemungkinannya, sebelum benar-benar mengambil keputusan.

Jenis-jenis Risiko dan Contohnya

Jenis Jenis risiko bisnis yang muncul dari Sifatnya

Perlu kamu tahu, risiko sendiri ternyata terbagi menjadi beberapa jenis, lengkap dengan karakteristik yang berbeda-beda. Sebagai referensi, berikut daftar risiko berikut contoh:

1. Pure Risk atau Risiko Murni

Risiko murni ini bersifat pasti, artinya saat risiko terjadi maka kamu akan mengalami kerugian. Begitu juga sebaliknya, jika risiko murni tidak terjadi, maka kamu akan memperoleh keuntungan.

Misalnya, kebakaran, banjir, perampokan, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, kecelakaan, dan lain-lain. Jika tidak terjadi, kamu tentu bisa tinggal dengan nyaman, bukan?

2. Speculative Risk atau Risiko Spekulatif

Ada tiga kemungkinan yang akan terjadi, jika kamu mengalami risiko spekulatif, yakni keuntungan, kerugian, atau mungkin break even. Adapun yang dimaksud dengan break even adalah titik impas.

Kondisi di mana tidak terjadi keuntungan maupun kerugian, jadi biasa saja. Contoh paling nyata dari risiko spekulatif ialah undian berhadiah, bursa efek, risiko kurs, dan lain-lain.

3. Particular Risk atau Risiko Khusus

Risiko khusus bersumber dari kegiatan individu, sehingga dampaknya masih bisa diperkirakan atau diantisipasi di awal karena bersifat lokal. Misalnya, ledakan turbin, kecelakaan kapal, atau mungkin tabrakan.

Bagaimana cara mengantisipasinya (contoh untuk risiko tabrakan)? Kamu bisa mengikuti asuransi untuk memberikan jaminan atau proteksi, baik terhadap kendaraan maupun diri sendiri. 

4. Fundamental Risk atau Risiko Fundamental

Risiko fundamental berasal dari lingkungan sekitar atau alam yang bisa menimbulkan dampak cukup besar, karena manusia tidak mampu mengendalikannya. Misalnya, gempa bumi, longsor, tsunami, angin topan, dan lain-lain. Jika peristiwa tersebut melanda wilayah yang luas, maka risiko fundamental akan semakin besar.

Cara Menghindari atau Meminimalisir Terjadinya Risiko

Jenis Jenis risiko bisnis yang muncul dari Sifatnya

Meski tidak pernah mengetahui kapan risiko tersebut terjadi dan seberapa besar, tetapi penting untuk mempersiapkan segala sesuatunya di awal. Jika dalam dunia bisnis, langkah tersebut dinamakan manajemen risiko.

Tujuannya, yakni untuk meminimalisir kerugian atau dampak yang mungkin ditimbulkan. Nah, berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menghindari terjadinya risiko:

1. Identifikasi Risiko

Dalam proses identifikasi, kamu bisa memperkirakan dampak risiko yang mungkin terjadi. Lihatlah risiko tersebut dalam berbagai aspek atau sudut pandang, lalu buatlah daftarnya.

2. Asesmen Risiko

Adapun yang dimaksud dengan asesmen risiko ialah merangking risiko berdasarkan kerugian yang mungkin ditimbulkan. Fokuslah pada risiko yang paling sering terjadi atau berdampak besar.

Urutkan daftarnya, lalu buat skala prioritas mengenai poin mana yang harus kamu beri perhatian lebih. Dengan begitu, kamu bisa menentukan sikap serta membuat keputusan.

3. Respon terhadap Risiko

Sesuai namanya, respon risiko ialah cara atau keputusan yang akan kamu ambil saat risiko terjadi. Dalam dunia usaha, ada beberapa jenis risiko yang bisa kamu lakukan:

a. Risk Avoidance

Kebijakan dengan cara menghentikan aktivitas yang bisa memicu risiko. Risk reduction, yaitu kebijakan dengan mengendalikan bagian intern perusahaan, agar bisa mengurangi dampak.

b. Risk Sharing of Transfer

Kebijakan dengan mentransfer atau memindahkan dampak risiko ke pihak lain, seperti asuransi, hedging atau outsourcing.

c. Risk Acceptance

Kebijakan untuk tidak mengambil langkah apapun. Dengan kata lain, kamu menerima begitu saja apapun dampak risiko yang terjadi.

d. Create a Risk Management Plan

Artinya pembuatan planning untuk mengatasi masing-masing kategori risiko.

4. Implementasi atau Pelaksanaan

Rencana tanpa pelaksanaan tidak akan memberikan arti apa-apa, bukan? Contoh untuk risk sharing of transfer, jika kamu tidak juga mengikuti program asuransi, maka respon tersebut tidak bisa difungsikan.

Ingat, pastikan kamu sudah mencari informasi mengenai perusahaan asuransi yang bagus, seperti Klikasuransiku. Di sini, ada banyak sekali jenis asuransi yang bisa kamu pilih, seperti Asuransi JiwaKesehatanKecelakaanRawat Inap, dan lain-lain.

5. Evaluasi plus Review

Meski sudah menyusun perencanaan terstruktur, tetapi ada hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaannya. Mungkin hal tersebut tidak kamu prediksikan sebelumnya, sehingga mau tak mau planning harus diubah.

Sebelum terlambat, sebaiknya kamu mengevaluasi dan me-review secara berkala. Saat risiko tiba-tiba saja muncul, kamu sudah siap dengan kemungkinan yang terjadi.

Itulah berbagai informasi mengenai risiko sekaligus jenis dan cara menghadapinya. Keberanian dalam mengambil risiko adalah sebuah perjuangan yang akan kamu tuai keuntungannya di kemudian hari. Oleh karena itu, jangan pernah berhenti untuk belajar serta mengembangkan diri.


Page 2

Sebuah survei yang dilakukan oleh GoBankingRates pada bulan Februari 2018 lalu, ditemukan fakta bahwa semakin banyak generasi milenial tidak memiliki tabungan sama sekali. GoBankingRates menemukan bahwa anak muda di AS yang berusia 18-24 tahun memiliki saldo tabungan kurang dari US$1.000 atau hanya sekitar Rp 14,6 juta. Bahkan yang tidak memiliki tabungan sama sekali ada hampir separuh di antara mereka. Survei juga menemukan bahwa tak hanya mereka yang berusia 18-24 tahun yang kesulitan menabung, tapi mereka yang berusia antara 25-34 tahun pun kesulitan dalam menyisihkan uang untuk ditabung.

Lalu bagaimana untuk memulai menabung agar masa depan terjamin? Pernah mendengar metode 50/20/30? Metode ini terkenal efisien bagi mereka yang merasa susah menyisihkan penghasilan tiap bulan. Metode ini dipopulerkan oleh Elizabeth Warren, seorang senator Amerika yang juga pakar keuangan. Secara prinsip, cara menabung metode ini membagi pengeluaran menjadi sebagai berikut:

  1. 50% PENGHASILAN UNTUK KEBUTUHAN POKOK
    Setiap bulannya setelah menerima gaji, sebanyak 50 persennya dialokasikan untuk pengeluaran kebutuhan pokok, seperti cicilan kredit rumah atau sewa rumah, atau biaya kostan; belanja bulanan; cicilan kredit kendaraan (bila ada); tagihan listrik, Internet, uang sampah, uang sekolah anak, dan lain sebagainya.

  2. 20% PENGHASILAN UNTUK TUJUAN FINANSIAL Bagi yang sudah memiliki anak, menyisihkan 20 persen dari penghasilan untuk menabung menjadi sebuah keharusan karena tentunya banyak tujuan yang ingin dicapai, seperti biaya kesehatan anak dan biaya sekolah anak. Dana tersebut dapat digunakan dalam bentuk investasi, seperti logam mulia atau tabungan saham.

    Namun, bagi yang memiliki hutang, maka sebaiknya alokasi 20 persen tersebut digunakan untuk melunasinya. Setelah lunas, barulah pos tabungan dan investasi bisa dipenuhi. Idealnya, tabungan dan investasi bisa dilakukan berbarengan demi kesehatan finansial dan masa depan cemerlang.


  3. 30% UNTUK KEBUTUHAN PRIBADI
    Setiap orang pasti butuh hiburan, seperti makan di luar, belanja baju, atau nonton film di bioskop. Jadi tak salah untuk mengalokasikan 30 persen penghasilan untuk kebutuhan pribadi. Namun, alokasi 30 persen adalah pos yang paling fleksibel. Artinya, setiap pengeluaran dalam kategori ini bisa dikurangi atau bahkan dihapuskan. Misal, dana belanja dikurangi atau nonton film di bioskop hanya sekali dalam sebulan.
  4. Membuat perencanaan keuangan memang bukan hal yang mudah. Tapi, berbagai pengorbanan perlu dilakukan agar kondisi keuangan tetap sehat. Sudah siap menabung hari ini?


Jenis Jenis risiko bisnis yang muncul dari Sifatnya

Buat kamu generasi milenial, Apakah kamu merasa perlu untuk memiliki asuransi jiwa? Ternyata sekarang waktunya kamu peduli dengan asuransi jiwa!

Selengkapnya

Jenis Jenis risiko bisnis yang muncul dari Sifatnya

Sebuah survei yang dilakukan oleh GoBankingRates pada bulan Februari 2018 lalu, ditemukan fakta bahwa semakin banyak generasi milenial tidak memiliki tabungan sama sekali. GoBankingRates menemukan bahwa anak muda di AS yang berusia 18-24 tahun memiliki saldo tabungan kurang dari US$1.000 atau hanya sekitar Rp 14,6 juta. Bahkan yang tidak memiliki tabungan sama sekali ada hampir separuh di antara mereka.

Selengkapnya

Jenis Jenis risiko bisnis yang muncul dari Sifatnya

Semua orang tentu ingin memperoleh kebebasan finansial. Sebagian orang mencapai tujuan itu dengan menjadi pemilik bisnis atau investor. Jenis investasi apa yang bisa dilakukan saat ini?

Selengkapnya