Jelaskan dan gambarkan bagaimana kondisi break even Point bagi produsen pasar PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

Persaingan Sempurna dan Proses Terjadinya

Perusahaan-perusahaan dikatakan berada dalam pasar persaingan sempurna ketika kondisi berikut terjadi: (1) Banyak perusahaan memproduksi produk yang identik (sama); (2) Banyak pembeli yang bersedia membeli produk; (3) Para penjual dan pembeli memiliki informasi yang cukup untuk membuat keputusan rasional baik dalam membeli maupun menjual produk; (4) Perusahaan dapat dengan mudah keluar masuk pasar tanpa adanya batasan, dengan kata lain bebas keluar masuk pasar.

Perusahaan dalam situasi pasar persaingan sempurna dikenal dengan penerima harga (price taker), karena tekanan dari perusahaan lain memaksa mereka menerima harga keseimbangan yang terjadi di pasar. Jika suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna menaikkan harga dari produk yang mereka jual untuk mendapatkan sedikit uang dari penjualan,  maka tindakan itu akan menrugikan perusahaan tersebut karena konsumen akan beralih ke perusahaan pesaing. Jadi satu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna, hanya sebagian kecil saja dari banyak perusahaan dalam pasar persaingan sempurna tersebut, oleh karena nya perusahaan tersebut dapat meningkatkan atau mengurangi output tanpa mempengaruhi jumlah keseluruhan barang yang di tawarkan maupun harga barang tersebut.

Keputusan Output pada Persaingan Sempurna

Perusahaanpperusahaan pada pasar persaingan sempurna, mempunyai satu masalah untuk diputuskan; berapa jumlah produk akan diproduksi. Untuk memahaminya, anggap bahwa profit adalah:

Profit = Total Revenue – Total Cost (total penerimaan – total biaya)

= (Harga x Jumlah Produksi) – (Biaya Rata-Rata x Jumlah Produksi)

Karena perusahaan pada pasar persaingan sempurna merupakan penerima harga yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pasar, maka perusahaan tidak dapat menentukan harga produk yang mereka jual. Kondisi ini berimplikasi bahwa perusahaan menghadapi kurva permintaan yang elastis sempurna sendiri. Ketika perusahaan dalam pasar persaiangan sempurna menetapkan jumlah produk yang akan diproduksi dengan situasi harga produk dan harga input yang ditentukan pasar, maka kondisi ini akan menentukan total penerimaan, total biaya dan akhirnya tingkat profit yang akan diterima.

Penentuan Profit Tertinggi (Membandingkan Total Penerimaan dan Total Biaya)

Perusahaan pada pasar persaingan sempurna akan mendapatkan total penerimaan yang meningkat setiap peningkatan penjulanan produk. Bagaimana perusahaan pada pasar persaingan sempurna memutuskan berapa jumlah produk yang akan di produksi? Anggap petani skala kecil memproduksi raspberry dan menjual produk mereka pada harga pasar 4 $.Total penerimaan dan total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) seperti tabel berikut:

JumlahTotal Biaya ($)Biaya Tetap ($)Biaya Variabel ($)Total Penerimaan ($)Total Profit ($)
062620-62
1090622840-50
20110624880-30
301266264120-6
40144628216016
501666210420034
601926213024048
702246216228056
802646220232056
903246226236036
10040462342400-4

Secara grafis kondisi perusahaan tersebut digambarkan sebagai berikut:

Jelaskan dan gambarkan bagaimana kondisi break even Point bagi produsen pasar PERSAINGAN SEMPURNA

Sumbu horizontal menunjukkan jumlah raspberry yang di produksi, sumbu vertikal menunjukkan total penerimaan dan total biaya. Kurva biaya total berpotongan dengan sumbu vertikal yang menunjukkan jumlah biaya tetap yang dikeluarkan. Total penerimaan ditunjukkan oleh garis lurus dengan kemiringan (slope) yang menaik. Kemiringan ini sama dengan harga dari produk di pasar. Total biaya juga menunjukkan kemiringan yang naik, akan tetapi seperti gelombang. Pada tingkat jumlah output yang lebih tinggi, kemiringan kurva total biaya menaik (dengan lebih mendatar) karena kondisi tambahan penerimaan yang semakin menurun (diminishing marginal return). Maksimum profit akan terjadi pada jarak terbesar antara kurva total biaya dan kurva total penerimaan.

Berdasarkan kurva total biaya dan kurva total penerimaan, petani raspberry dapat memperkirakan jumlah output yang akan menghasilkan profit yang paling besar.  Dari kurva dan data tabel di atas dapat diketahui bahwa profit paling tinggi dicapai ketika petani raspberry ini memproduksi sejumlah 70-80 unit, dengan profit sebesar 56 $.

Penentuan Profit Tertinggi (Membandingkan Marginal Revenue dan Marginal Cost)

Marginal rivenue memperlihatkan tambahan rivenue yang diperoleh setiap tambahan penjualan satu satuan produk. Sebagaimana uraian terdahulu, perusahaan dalam pasar persaingan sempurna bahwa kurva permintaan perusahaan berbentuk horizontal sesuai dengan harga pasar (elastis sempurna), yang juga berarti kurva marginal rivenue perusahaan sama dengan kurva permintaannya. Setiap kali konsumen menambah permintaan satu unit, perusahaan juga menambah penjualan satu unit, dan penerimaan yang diterima perusahaan adalah sama dengan harga pasar.

Marginal cost merupakan tambahan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap perusahaan menambah satu satuan unit produksi. Marginal cost dihitung berdasarkan pembagian perubahan biaya total dengan perubahan jumlah produksi.

Marginal cost = perubahan biaya total/perubahan jumlah

Jumlah

Total Biaya ($)

Biaya Tetap ($)

Biaya Variabel ($)

Marginal Cost ($)

Total Penerimaan ($)

Marginal Rivenue ($)

0626204
109062282.8404
2011062482804
3012662641.61204
4014462821.81604
50166621042.22004
60192621302.62404
70224621623.22804
802646220243204
903246226263604
1004046234284004

Berdasarkan tabel di atas, marginal cost pertama-tama menurun ketika produksi meningkat (dari 10 ke 30 unit), yang merepresentasikan daerah increasing marginal return. Setelah itu, marginal cost mulai menaik yang mencerminkan kondisi diminishing marginal return. Jika perusahaan memproduksi, dimana MR > MC, seperti mempoduksi 40 atau 50 unit, maka kondisi ini dapat meingkatkan profit karena MR > MC. Jika perusahaan memproduksi raspberry dimana , MC > MR, seperti memproduksi 90 atau 100, perusahaan dapat mendapatkan profit dengan mengurangi produksi, karena pengurangan MC akan lebih besar dari MR. Profit maksimum akan tercapai ketika MR = MC

Untuk perusahaan pada pasar persaingan sempurna, kurva MR adalah horizontal atau sama dengan harga barang yang ditentukan oleh kekuatan pasar. Pada kasus ini kurva MR berpotongan dengan kurva MC pada harga 4 $ dengan kuantitas produksi sebanyak 80 unit. Produksi dengan jumlah sebelum 80 unit akan menyebabkan profir menaik, begitu juga produksi dengan jumlah lebih dari 80 unti, profit akan menurun.

Jelaskan dan gambarkan bagaimana kondisi break even Point bagi produsen pasar PERSAINGAN SEMPURNA

Profit dan Losses dengan Kurva Average Cost

Jika harga produk lebih besar dari biaya rata-rata (average cost), maka perusahaan akan mendapatkan profit, sebaliknya jika harga lebih rendah dari average cost, maka perusahaan akan menderita kerugian (pada situasi ini, perusahaan akan menghentikan produksi/shut down).

Jelaskan dan gambarkan bagaimana kondisi break even Point bagi produsen pasar PERSAINGAN SEMPURNA

Gambar a. Kondisi dimana harga memotong marginal cost, diatas kurva average cost. Pada situasi harga berada di atas average cost, perusahaan mendapatkan profit. Pada gambar ( a ), harga raspberry adalah $ 5. Aturan main untuk maksimisasi profit dalam pasar persaingan sempurna adalah memproduksi sejumlah produk, dimana Harga = MC = MR, jadi produsen raspberry akan memproduksi sejumlah 90 unit raspberry (sampai titik E’). Biaya rata-rata dalam memproduksi 90 unit ditunjukkan oleh titik C pada harga $ 3,5

Kondisi ini dapat dikalkulasi sebagai berikut:

Profit = Total Revenue – Total Cost

Profit = (90)( $ 5) – (90)(3,5)

Profit = $ 135

Atau

Profit = (harga – biaya rata-rata) x jumlah

Profit = (5 – 3,5) x 90

Pofit = $ 135

Gambar b. Kondisi dimana harga memotong average cost, sama dengan kurva average cost. Situasi breaking event/breaking event point. Jika harga turun menjadi $ 3, maka produsen rospberry akan memutuskan memproduksi sebanyak 70 unit. Pada kondisi ini, harga output sama dengan biaya rata-rata, dan total revenue sama dengan total cost, dan kondisi ini perusahaan memperoleh keuntungan nol (zero profit).

Profit = TR – TC ———– (70x$3) – (70x$3) = $0

Profit = ($3-$3) x 70 = $ 0

Gambar c. Kondisi dimana harga memotong marginal cost, dibawah kurva average cost. Perusahaan mengalami kerugian. Jika harga turun menjadi $2, kurva MR berpotongan dengan MC pada output 50 (E’’), maka penerimaan yang diperoleh produsen adalah 50 x $2 = $100. Biaya rata-rata dalam memproduksi 50 unit ditunjukkan oleh titik C’’ (atau pada harga $3,30). Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 50 unit adalah 50 x 3,3. Dapat dilihat bahwa jumlah biaya lebih besar dari jumlah penerimaan, sehingga produsen akan menperoleh kerugian sebesar $77,5.

The Shutdown Point (Titik Menutup Perusahaan)

Jelaskan dan gambarkan bagaimana kondisi break even Point bagi produsen pasar PERSAINGAN SEMPURNA

REPORT THIS AD


Gambar ( a ). Pada harga $ 2,2, produsen akan memperoduksi sebanyak 50 unit. Produsen akan mendapatkan kerugian sebesar $ 56, tetapi harga masih berada di atas biaya variabel rata-rata dan produsen masih dapat terus melanjutkan aktivitas produksinya.

Gambar ( b ). Jika harga turun menjadi $ 1,8, maka produsen akan memutuskan jumlah output yang akan di produksi sebesar 40 unit. Penerimaan sebanyak $ 72, sementara total biaya adalah sebesar $ 144, dan kerugian produsen adalah sebesar $ 72, Jika produsen menutup usahanya, maka produsen hanya akan membayar biaya tetap sebesar $ 62, jadi menutup perusahaan menjadi pilihan yang masuk akan dibanding produsen akan menjual produk pada harga $ 1,8.

Kondisi Jangka Pendek Untuk Perusahaan Pada Persaingan Sempurna

Jelaskan dan gambarkan bagaimana kondisi break even Point bagi produsen pasar PERSAINGAN SEMPURNA

Kurva Marginal Cost, dapat dibagi ke dalam 3 wilayah, didasarkan atas perpotongan dengan kurva biaya variabel rata-rata dan perpotongan dengan kurva biaya rata-rata. Titik dimana MC memotong AC disebut dengan titik zero profit. Jika perusahaan memproduksi sejumlah barang, dimana harga pasar lebih besar dari titik zero profit, maka perusahaan akan memperoleh profit. Jika harga berada pada titik zero profit, maka perusahaan akan mendapatkan zero profit. Jika hargaturun dari tingkat harga zero profit sampai titik shutdown, maka perusahaan masih dapat beroperasi, meskipun mendapatkan kerugian, akan tetapi penerimaan yang diperoleh masih dapat menutupi biaya variabel. Jika harga turun dibawah titik shutdown point, perusahaan akan segera menutup perusahaannya, karena tidak lagi dapat menutupi biaya variabel yang dikeluarkan.

 Pengertian Break Even Point

Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :

1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.

2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.

Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :

  1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
  2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
  3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.

Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :

  1. Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
  2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :

1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.

3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.

  1. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
  2. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.
  3. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
  4. Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.

Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.

Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.

2. Kegunaan Break Even Point

Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.

Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :

  1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
  2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
  3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
  4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
  5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
  6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).

Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :

  1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
  2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
  3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
  4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.

Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :

1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.

2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.

3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.

Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :

1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.

2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.

REPORT THIS AD


3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.

4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

3. Kelemahan Analisa Break Even Point.

Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).

3.1 Asumsi tentang linearity

Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.

3.2 Klasifikasi biaya

Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.

3.3 Jangka waktu penggunaan

Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

Secara umum, pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar di mana sejumlah besar pembeli dan penjual hadir. Dan semuanya terlibat dalam pembelian dan penjualan produk-produk yang bersifat homogen dengan harga tunggal yang berlaku di pasar.

Dengan kata lain, pasar persaingan sempurna juga disebut sebagai persaingan murni, tidak ada persaingan langsung antara pelaku pasar.  dan semua menjual produk identik dengan harga tunggal dan sama.

Penjelasan mengenai ciri-ciri pasar persaingan sempurna bisa Anda lihat pada artikel ini. Sebagai tambahan, berikut keuntungan dari adanya pasar persaingan sempurna:

a. Karena adanya pengetahuan yang sempurna antar pelaku pasar, tidak ada informasi yang meleset dan pengetahuan mengenai produk dibagi secara merata di antara semua pelaku pasar.

b. Tidak ada hambatan untuk memasuki pasar persaingan sempurna, sehingga perusahaan yang ada tidak dapat memperoleh kekuatan untuk memonopoli pasar.

c. Tidak perlu mengeluarkan uang untuk iklan, karena produk yang dijual bersifat sama (homogen), adanya pengetahuan informasi yang sempurna, dan perusahaan dapat menjual semua yang dapat mereka hasilkan.

d. Terdapat dua kemungkinan yaitu keuntungan yang didapatkan konsumen dan kesejahteraan ekonomi.

e. Formulasi P (Harga) = MC (Marjin Biaya) dan MC = ATC (Rata-rata total biaya) akan terjadi. Ini berarti efisiensi produksi terdorong dengan baik dan produsen akan meningkatkan mutu produk yang dijualnya.

Di samping terdapat keuntungan pada pasar persaingan sempurna, terdapat beberapa kelemahannya juga, yaitu:

a. Karena barang yang dijual bersifat homogen, konsumen merasa terbatasi dalam membeli produk lain di luar barang yang bersifat homogen itu.

b. Sangat sulit untuk memasarkan produk yang mereknya tidak begitu besar atau tidak berada dalam daftar produk yang homogen.

c. Membatasi produsen dalam berinovasi untuk pengembangan produknya karena sudah terlalu puas dan nyaman untuk menghasilkan barang yang bersifat homogen.

Realistisnya, sangat sedikit pasar atau industri di dunia ini yang bersaing secara sempurna. Sebagai contoh, bagaimana bisa perusahaan menciptakan produk yang homogen mengingat bahwa bahkan perusahaan terkecil yang bergerak di bidang manufaktur atau jasa mencoba untuk membedakan produk mereka dari perusahaan lain.

Asumsi bahwa produsen dan konsumen bertindak secara rasional dalam pasar persaingan sempurna sempat dipertanyakan oleh para ahli ekonom behavioral. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa pengambilan keputusan oleh pelaku pasar sering kali tidak rasional. Pengambilan keputusan dapat menjadi bias dan bersifat subjektif ketika konsumen dan produsen dihadapkan pada situasi yang kompleks.

Meskipun mungkin pasar persaingan sempurna dicap tidak realistis oleh beberapa ekonom, model ini masih berlaku dalam dua hal; pertama, banyak pasar komoditas primer seperti kopi dan teh yang merepresentasikan beberapa karakteristik pasar persaingan sempurna. Seperti jumlah produsen individu yang ada, dan ketidakmampuan mereka untuk memengaruhi harga pasar. Kedua, untuk pasar lain di bidang manufaktur dan jasa, model pasar persaingan sempurna menjadi tolok ukur yang berguna di mana para ekonom dan pihak regulator dapat mengevaluasi tingkat persaingan yang ada di pasar riil.

Berikut ulasan singkat mengenai keuntungan, kerugian, dan kritik terhadap pasar persaingan sempurna. Apapun kondisi pasarnya, setiap pelaku pasar ingin mendapatkan keuntungan terhadap bisnisnya. Untuk mencapai hal itu, salah satu langkah yang harus dilakukan tiap perusahaan atau pebisnis adalah membuat sistem akuntansi yang baik demi kelancaran internal perusahaan, pencatatan dan pelaporan tiap transaksi bisnis secara komprehensif.

Solusi terhadap permasalahan tersebut bisa teratasi dengan menggunakan Jurnal. Jurnal adalah software akuntansi online yang memberikan fasilitas pencatatan tiap detail transaksi bisnis yang terjadi dan pelaporan dalam bentuk laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Laba Rugi, Arus Kas, dan lainnya.


Page 2