Janji Allah kepada orang yang beriman dan Berilmu

Zikir dan munajat kepada Allah (ilustrasi).

Rep: Hannan Putra Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID,  Alquran terdapat sekian banyak janji mulia dan istimewa yang ditawarkan kepada orang-orang yang memiliki keimanan, baik janji-janji di dunia maupun janji-janji di akhirat.

Janji-janji akhirat yang diberikan bagi mereka yang beriman tidak terhitung jumlahnya dalam kitab suci itu karena amat banyak.

Adapun janji-janji di dunia yang disebut secara terang-terangan (eksplisit), setidak-tidaknya ada sepuluh macam. Berikut ini adalah sepuluh janji di dunia itu.

1. Allah SWT berjanji akan menolong orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT, "... Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (QS. Ar-Ruum: 47).

2. Diberikan advokasi atau pembelaan (ad-difa'). Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang ber­iman...” (QS. Al-Hajj:38).

3. Mendapatkan perlindungan kasih sayang (Al-wilayah). Allah SWT berfirman, ”Allah Pelindung orang-orang yang beriman.... ” (QS. Al-Baqarah: 257).

4. Ditunjukkan kepada jalan yang benar (Al-hidayah). Didasarkan firman Allah SWT, ”... Sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang- orang yang beriman kepada jalan yang lurus. ” (QS. Al-Hajj: 54).

5. Orang-orang kafir tidak akan diberikan jalan untuk memusnahkan mereka dari muka bumi (adamu taslithiil kafirin). Allah SWT berfirman, "Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-oriing kafir.” (QS. An-Nisa.i : 141).

6. Diberikan kekuasaan di dunia dan diberikan kemapanan dalam segala bidang. Allah SWT berfirman, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah meiyadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan meneguhkan (memberikan kemapanan) agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.” (QS. An-Nuur; 55).

7. Keberkahan dari langit dan bumi, seperti sumber daya alam yang melimpah serta rezeki yang lezat (Al-barakah dan ar-rizqu ath-thayyib). Allah SWT berfirman, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raaf: 96).

8. Kemuliaan dan kejayaan (Al-izzah). Allah SWT berfirman, ”Padahal kekuatan (kemuliaan) itu hanyalah bagi Allah bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang yang berinar (mukmin).” (QS. Al-Munafiquun: 8).

9. Kehidupan yang baik (al-hayah ath-thayyibah) Allah SWT berfirman, "Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki mau­pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An- Nahl: 97).

10. Diberikan kemenangan (Al-fAth). Allah SWT berfirman, ”Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenang­an (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya.." (QS. Al-Maa'idah: 52).

Dengan janji-janji yang menggiurkan tersebut tentu kualifikasi (penyeleksian) orang-orang yang dikategorikan sebagai memiliki keimanan sangat ketat. Jika tidak, tentulah banyak orang, bahkan semua orang, yang akan mengaku-aku diri sebagai orang beriman.

Untuk menghindari ini dan untuk mengukur pula seberapa kadar keimanan manusia, dilakukanlah proses tes terlebih dahulu, tes keimanan, sebagaimana tes ini dilakukan terhadap generasi-generasi dahulu.

Allah SWT berfirman, "Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, 'Kami telah beriman,’ sedang mereka belum diuji ? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang- orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang- orang yang dusta.” (QS. Al-'Ankabuut: 2-3)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

campusnesia Education inspiration

Janji Allah kepada orang yang beriman dan Berilmu

 

Campusnesia.co.id -  Janji yang tak pernah ingkar dan sudah dijamin pasti hanyalah janji Allah Swt. Begitu pula janji Allah kepada hamba-hambanya yang menuntut ilmu. Janji Allah ini dituangkan pada QS. Al Mujadalah ayat 11 berikut.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah [l58]: 11).

Ayat tersebut diturunkan untuk menjelaskan tentang perintah bagi setiap Muslim untuk menjaga adab dan sopan santunnya dalam majelis ilmu dan pentingnya menuntut ilmu. Dalam surat tersebut Allah Swt. berjanji akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.

Ilmu dalam Pandangan Islam

Dalam buku Islam Disiplin Ilmu yang ditulis oleh Amrah Husma, ilmu dalam pandangan Islam adalah suatu kebutuhan yang harus diraih oleh setiap muslim. Karena dari ilmu manusia dapat mengetahui hakekat kebenaran. Dengan kata lain Islam memandang bahwa ilmu adalah suatau kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. 

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan HR. Ibnu Majah bahwa menuntut ilmu itu wajib atas tiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Perempuan di era sekarang tidak lagi dipandang tidak usah menuntut ilmu tinggi-tinggi karena kodratnya ‘di dapur, di sumur, dan di kasur’. Di Indonesia berkat perjuangan Raden Ajeng Kartini perempuan bisa mendapatkan haknya termasuk dalam menuntut ilmu. 

Emansipasi perempuan ini menjadikan hak perempuan dan laki-laki sama dalam menuntut ilmu. Dengan ilmu manusia dapat terbebas dari zaman kebodohan dan dapat mengetahui hakikat dari sebuah kebenaran.. Oleh karena itu, menurut ulama hukum menuntut ilmu adalah wajib.

Kewajiban menuntut ilmu selain dituangkan pada QS. Al Mujadalah ayat 11 juga terdapat pada hadis. “Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Syurga” (HR. Bukhari Muslim). Diriwayatkan pula dari Anas bin Malik RA, Rasulullah bersabda:

 طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْ

"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim."

Berdasarkan Al-Qur’an dan hadis tersebut jelaslah bahwa menuntut ilmu adalah suatu kewajiban. Menuntut ilmu merupakan suatu perkara ibadah yang memilki pahala dan ganjaran dari Allah Swt. 

Keutamaan Orang yang Berilmu dan Penuntut Ilmu

Salah satu golongan manusia yang dimuliakan Allah Swt. ialah orang yang berilmu dan penuntut ilmu. Berikut enam keutamaan orang yang berilmu dan penuntut ilmu.

1. Dimuliakan dan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. sesuai QS. Al Mujadalah ayat 11.
2. Ilmu dapat sebagai sarana untuk mendekatkan diri dan takut kepada Allah Swt. sesuai    

    dengan Surat Al Fatir ayat 28.
3. Pahalanya sama dengan jihad fisabilillah.
4. Dimudahkan baginya jalan menuju surga-Nya.
5. Lebih mulia dari ahli ibadah.
6. Dimohonkan ampunan oleh penduduk langit dan bumi.

Kemuliaan tersebut tentu dapat diberikan oleh Allah Swt baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, bersyukurlah bagi kita yang diberi kesempatan untuk menuntut ilmu di tempat yang layak dan penuh berkah.

Adab Menuntut Ilmu
Untuk memperoleh kemuliaan yang dijanjikan oleh Allah Swt, manusia sebagai hamba-Nya yang diwajibkan untuk menuntut ilmu harus memperhatikan adabnya. Sebagaimana diceritakan orang-orang soleh terdahulu "adab dalam menuntut ilmu itu lebih penting dari banyaknya ilmu itu sendiri" (Rumaysho). Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Menjadi sebuah pertanyaan mengapa para ulama sampai mendahulukan mempelajari adab terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu. Yusuf bin Al Husain berkata,
 

 بالأدب تفهم العلم

"Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”


Oleh karena itulah, menurut Ibnu Mubarak para ulama sangat menyarankan kepada santri untuk mempelajari adab, bahkan ada yang mempelajari adab terlebih dahulu selama 30 tahun, baru setelah itu mempelajari ilmu selama 20 tahun. Lalu apa saja adab menuntut ilmu?

1.    Mengawali dengan niat.2.    Berdoa sebelum menuntut ilmu. 3.    Berdoa setelah belajar. 4.    Bersungguh-sungguh.

5.    Tawadhu

Menurut Khalifah Umar Bin Khattab terdapat tiga tahapan ketika seseorang menuntut ilmu. "Ilmu itu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, ia akan sombong. Jika ia memasuki tahapan kedua ia akan tawadhu’. Dan jika ia memasuki tahapan ketiga, ia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya”. Sejatinya orang yang berilmu dan penuntut ilmu dapat seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk. Artinya bahwa semakin tinggi ilmu yang dimiliki seseorang akan merasa semakin rendah bahkan tidak tahu apa-apa terhadap ilmu Allah Swt. bukan justru semakin tinggi ilmu kemudian dia menyombongkan diri atas berbagai ilmu dan title yang diraih.

Artikel ini ditulis oleh:
Meilan Arsanti, M. Pd.(Dosen PBSI, FKIP, Unissula)