Interaksi yang terjadi antara kerbau dan burung jalak, yaitu burung jalak memakan kutu yang ada pada badan kerbau, sedangkan kerbau tidak gatal lagi badannya karena kutu dibadanya sudah dimakan burung jalak. hubungan tersebut merupakan contoh simbiosis

Di sebuah hutan, terdapat seekor kerbau dan juga seekor burung jalak. Si kerbau mempunyai sifat sombong. Dia selalu membanggakan dirinya karena bisa berguna bagi manusia. Dia selalu menghina si jalak yang memiliki tubuh kecil. Tidak seperti dirinya yang besar dan tentunya kuat.

“Lihatlah jalak! Tubuhmu kecil, tidak berguna. Hahaha,” ejek kerbau pada si jalak yang tengah bertengger di pohon.

“Tidak mengapa aku kecil yang terpenting tubuhku bersih. Tidak seperti dirimu yang bau dan dekil,” balas si jalak yang tidak terima.

Si kerbau murka dengan ejekan si jalak. Dia mengendus badannya. Ah, tidak! badannya tidak sebau yang disebut si jalak. Si jalak saja yang hanya mengada-ngada.

“Aku tidak bau jalak! Dasar tak berguna hanya bisa mengada-ngada. Turun kau sini, lawan aku! Jangan hanya bersembunyi di rumahmu!” tantang si kerbau pada Jalak. Si jalak malas menanggapi ancaman kerbau. Dia memilih pergi meninggalkannya. Entah kenapa si kerbau selalu mencari gara-gara pada si jalak.

Si kerbau meneriaki si jalak. Dia tertawa karena melihat nyali si jalak yang ciut. Dia semakin menganggap bahwa dirinya memang penguasa di hutan ini. Tidak ada yang lebih kuat dari dirinya. Dirinyalah yang berhak menguasai hutan. Bukan si jalak apalagi si harimau tua itu.

Kerbau Terobsesi Menguasai Hutan

Dengan angkuh, si kerbau berjalan-jalan mengitari hutan. Dia hidup sebatang kara, semua kerabatnya sudah diadopsi oleh manusia. Hanya dirinya yang bisa bertahan di hutan ini. Oleh karena itu, dia sangat terobsesi sekali menguasai hutan.

Ide jahilnya muncul kala melihat seekor burung yang tengah bertengkar. Burung itu ternyata masih sahabat dekat si jalak. Dia berniat menjauhkan si jalak dari sahabatnya.

“Aku tidak mengambil makananmu, Popo. Aku tidak tau jika itu daerah kekuasanmu.”

“Bohong! Kamu memang selalu mencari gara-gara padaku, Dadi. Kamu merebut perhatian si jalak dariku. Dan sekarang kamu merebut makananku. Dasar Dadi si pencuri!” Tuduh si burung Popo pada Dadi. Dia memang tidak menyukai Dadi karena si Dadi telah merebut Jalak darinya. Ditambah lagi sekarang si Dadi mengambil daerah kekuasaanya.

“Hey, jangan berantem! Kalian tidak malu hah, berantem di daerahku.” kata Si kerbau yang tiba-tiba terlibat dalam pertengkaran itu.

“Diam!” bentak Popo dan dadi berbarengan. Mereka mengabaikan keberadaan Si kerbau.

Si Kerbau Mengadu Popo dan Dadi

Si kerbau yang tidak terima, lalu memutar otak merencanakan hal jahat pada mereka. Si kerbau berniat memanas-manasi keduanya agar saling serang. “Kalian jangan berantem di daerah kekuasaanku. Asal kamu tau Popo, tadi aku melihat si dadi ini tengah mengambil makananmu. Aku sudah memperingatinya, tapi dia tetap mengambil makananmu.”

Amarah si popo semakin membuncah kala mendengar perkataan si Kerbau. Si popo menyerang si dadi. Dia menggunakan paruhnya untuk mematuk tubuh si dadi. Si dadi meringis kesakitan. Sayapnya terluka akibat patukan si popo. Si dadi yang memang tidak menyukai kekerasan dia hanya bisa menangis. Sampai akhirnya tibalah si jalak yang melihat pertengkaran itu.

“Popo! Kamu apakan si Dadi? Sudah Popo, si Dadi bisa mati.” Bentak Jalak pada Popo. Popo menghentikan aksinya, dia menatap nanar ke arah jalak. Kenapa si jalak membentaknya? Ini pertama kali Popo dibentak oleh si jalak. Padahal sebelumnya jalak tidak pernah memarahinya apalagi sampai membentaknya. Ini semua gara-gara dadi. Dadi sudah merusak semuanya. Melihat si dadi yang sudah melemah, membuat si Popo semakin beringas hingga sayap Dadi sampai menguncurkan darah.

“Popo! Kamu pembunuh. Kamu tidak lihat si Dadi sudah kesakitan. Aku membencimu, Popo. Kamu jahat, aku tidak mau lagi berteman denganmu!” Ucap Jalak lalu membawa si dadi agar lukanya segera diobati.

Si popo tertunduk lemas mendengar ucapan Si jalak. Tidak, dirinya bukan pembunuh. Apa yang sudah dilakukan olehnya? Dia, tidak membunuh si dadi. Popo tidak salah. Ini semua gara-gara si kerbau yang tadi memanas-manasi. Popo menatap tajam ke arah si kerbau. Dia akan membalas perbuatan si kerbau nanti.

Kerbau Menghancurkan Persahabatan

Si kerbau yang melihat rencananya berhasil, dia tertawa bahagia. Akhirnya, dia bisa menghancurkan persahabatan si jalak. Si kerbau tidak akan membiarkan siapapun di sini bersahabat. Semua hewan harus merasakan apa yang dirasakannya yaitu sendirian. Dia tidak rela melihat mereka bahagia sementara dirinya menderita sendirian.

Si kerbau kembali melanjutkan perjalanannya. Dia melanjutkan aksinya membuat huru-hara di hutan. Si kerbau benci ketenangan, dia lebih menyukai pertengkaran. Begitulah sifat jahat yang dimiliki si kerbau. Si kerbau memiliki sifat jahat karena dirinya ditinggal sendirian di hutan ini.

Tak ada ibu, tak ada ayah yang menyayanginya seperti hewan lain. Dia iri melihat bagaimana kasih sayang ayah dan ibu hewan-hewan di hutan ini. Sementara dirinya hanya hidup sebatang kara.

Setelah berjalan cukup jauh, si kerbau merasa kelelahan. Dia beristirahat terlebih dahulu di dekat pohon yang dekat dengan lumpur. Dia bermain di kubangan lumpur itu, membolak-balikkan badannya senang. Si kerbau tertidur karena kelelahan. Namun, beberapa menit kemudian dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya.

Kerbau merasa gatal-gatal tak karuan. Si kerbau terus mengguling-gulingkan badannya untuk mengurangi rasa gatal. Namun bukannya mereda, tetapi gatal itu semakin menyebar. Si kerbau menangis karena tak kuat menahan gatal. Dia berteriak meminta tolong kepada hewan yang berlalu lalang.

“Tolong!!! Tolong tubuhku gatal sekali. Hei harimau tua, cepat tolonglah aku! Tubuhku sudah tak kuat ini!!”

Baca Juga  Yang Perlu Diketahui tentang Fikih Kurban

“Heh kerbau sombong, rasakan karmamu. Itulah akibat kau sering jahat terhadap hewan di sini. Aku tidak mau menolong hewan sombong sepertimu,” ujar si harimau. Dia meninggalkan si kerbau yang masih menangis menahan rasa gatal.

Si kerbau semakin menangis dan berteriak. Tubuhnya sudah tak kuat menahan rasa gatal itu. Setiap hewan yang melintas ke hadapannya, tak ada yang mau menolongnya. Hal itu karena disebabkan kejahatan yang selama ini diperbuat si kerbau. Mereka enggan menolong hewan jahat dan sombong seperti si kerbau. Mereka masih mengingat perlakuan si kerbau yang semena-mena kepadanya.

*

Di tengah kesakitannya, si kerbau melihat si popo. Dia berteriak meminta bantuan si popo. Si kerbau berharap si popo mau membantunya.

“Hei popo, kemarilah! Tolonglah aku! Tubuhku rasanya gatal,” mohon si kerbau dengan wajah kesakitan. Tetapi masih dengan nada angkuhnya.

Bukannya membantu, justru si popo tertawa. Dia menertawakan kemalangan si kerbau. Baru saja dirinya ingin membalas dendam. Tetapi, rupanya si kerbau sudah mendapat karma terlebih dahulu.

“Hey kerbau, mana sikap angkuhmu? Mana sifat jahatmu? Biar kutunjukkan bagaimana sifatmu dulu ketika hewan lain meminta pertolongan. Kau lihat, gara-gara ulahmu aku jadi dijauhi si jalak. Gara-gara ulahmu si dadi hampir mati. Gara-gara ulahmu si Angkar (gajah) harus mati ditangkap manusia. Gara-gara ulahmu semua hewan di hutan ini menderita.

Kamu jahat! Si pembuat onar. Pantas saja orang tuamu meninggalkanmu. Mereka tidak mau memiliki anak jahat sepertimu. Pantas saja tidak ada yang mau berteman denganmu, itu semua disebabkan karena ulahmu sendiri. sekarang rasakan akibatnya. Selamat menikmati!!”

Si popo pun sama meninggalkan si kerbau. Rasa gatal di badan si kerbau semakin menyebar. Dia sudah tidak sanggup lagi menahan. Si kerbau hanya bisa pasrah menunggu ada hewan yang berbaik hati menolongnya. Tetapi rasanya itu mustahil, mengingat bagaimana perlakuan si kerbau pada hewan di sini. Pasti respon mereka akan sama seperti si harimau dan juga si popo. Dirinya memang pantas mendapatkan semua ini.

Harapan si kerbau semakin pupus, ketika sudah beberapa menit tak ada yang menolongnya. Mungkin inilah akhir dari hidupnya. Mati karena kegatalan. Meski itu terdengar mustahil. Air mata si kerbau terus mengalir. Suaranya sudah terdengar parau. Tubuhnya lemas karena menahan rasa gatal. Entah apa yang berada di tubuhnya itu sehingga dia merasakan gatal yang luar biasa.

Ditolong Si Jalak

Di tengah rasa putus asanya, muncullah si jalak. Si kerbau ingin meminta pertolongan, tetapi dia tidak yakin akan ditolong. Melihat bagaimana sikap si kerbau dulu pada si jalak. Tetapi, tak ada salahnya juga mencoba.

Baca Juga  Energi Senyuman untuk Lara

“Jalak, tolonglah aku! Tubuhku sudah lemas. To-long-lah a-ku ja-lak!”

Mendengar permintaan si kerbau, si jalak berhenti di sebuah pohon dekat keberadaan si kerbau. “Ada apa dengan tubuhmu, kerbau? Kenapa sepertinya kau terlihat tersiksa?” tanya si jalak. Si kerbau memberitahu keadaannya. Dia meminta tolong agar si jalak mau mengobati rasa gatalnya. Sementara itu, si jalak kaget mendengar penuturan si kerbau. Dia akan membantu si kerbau. Si jalak melihat tubuh si kerbau. Rupanya ada banyak kutu di tubuh si kerbau.

“Tunggulah di sini kerbau. Aku akan meminta bantuan saudaraku. Aku akan mengerahkan mereka untuk membasmi kutu yang ada di tubuhmu itu.” Ujar si jalak lalu meninggalkan si kerbau untuk meminta bantuan saudaranya.

Beberapa menit kemudian, si jalak datang membawa saudara, teman, serta ayah dan ibunya. Dia meminta mereka untuk memakan semua kutu yang berada di tubuh si kerbau. Dengan senang hati mereka menolong si kerbau. Mereka memakan habis semua kutu yang berada di tubuh si kerbau. Si kerbau merasa terharu akan kebaikan si jalak. Padahal selama ini dirinya selalu berbuat jahat pada si jalak. Dia selalu mengejek si jalak dengan ucapan ‘tidak berguna’. Tapi apa yang dibalas si jalak, justru dia membantunya ketika terkena musibah.

Burung Baik Hati yang Tak Dendam

“Terima kasih semuanya. A-ku merasa berhutang budi pada kalian. Kalian semua baik, padahal selama ini aku telah jahat,” kata si kerbau mengucapkan terima kasih setelah semua kutu di badannya hilang. Sekarang dia tidak merasakan gatal lagi.

“Sama-sama kerbau. Senang membantu. Sebagai sesama hewan kita harus saling menolong dan menjaga. Meskipun kamu sering berbuat jahat, bukan berarti kami harus membalasmu dengan kejahatan juga.”

“Aku berjanji tidak akan berbuat jahat lagi. Aku tidak akan sombong lagi. Aku tidak akan usil lagi pada hewan lain. Aku menyesal. Maukah kalian menjadi temanku? Aku merasa kesepian. Aku berbuat jahat kepada kalian karena aku tak rela kalian bahagia sementara aku menderita. Tapi sekarang aku sadar, bahwa menjadi hewan jahat itu sangat menyiksa. Tak ada yang mau menolong ketika mendapatkan musibah.”

“Kita semua ini temanmu, kerbau. Kamu tidak akan kesepian lagi. Bahkan kamu bisa menganggap ayah ibuku sebagai ayah ibumu.” Kata si jalak.

Si kerbau senang akhirnya ada yang mau berteman dengannya. Mulai detik ini, dia berjanji akan menjadi hewan yang baik. Dia akan menolong jika hewan lain kesusahan. Dia tidak akan lagi usil pada hewan lain. Dia menyesali perbuatannya.