Garam dapur dapat digunakan sebagai pengawet pada makanan karena

PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan adalah suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia dari komponen-komponen yang tersusun didalam bahan makanan hewani maupun nabati, termasuk nilai gizi dari bahan makanan tersebut; dan sifat-sifat ini dihubungkan dengan segi produksi serta perlakuan sebelum dan sesudah panen seperti penyimpanan, pengolahan, pengawetan, distribusi, pemasaran sampai ke konsumsinya dengan tidak melupakan pula hubungannya dengan keamanan para konsumen. Pengetahuan mengenai hal tersebut di atas, maka bahan makanan serta hasil olahannya dapat dipertahankan atau diperbaiki mutunya. I. Komponen-komponen yang terdapat dalam bahan makanan Pada umumnya bahan makanan tersusun oleh tiga pokok komponen yaitu karbohidrat, protein dan lemak serta turunannya, sedangkan sisanya yang hanya sebagian kecil terdiri dari bermacam-macam zat organic yaitu vitamin, enzim, zat penyebab asam, oksidan, antioksidan dan pigmen dan zat penyebab rasa dan bau (falvor) serta air. Dalam setiap bahan makanan komponen tersebut sangat bervariasi jumlahnya sehingga akan membentuk struktur, tekstur, rasa, bau, warna serta kandungan gizi yang berlainan pula. A. Karbohidrat Karbohidrat : sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya penduduk negara yang sedang berkembang. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misal : rasa; tekstur, warna. Dalam tubuh manusia : dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian gliserol lemak. Tetapi sebagian besar dari bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada Tanaman : 6 CO 2 + 6 H 2 O (C 6 H 12 O 6)n + 6 O 2 – 675 Kal (kkal) SM Jenis Karbohidrat : 1. Monosakarida Glukosa, Galaktosa, dan fruktosa. Sumber glukosa : sari buah dan tanaman, sering terdapat dengan gula lain, madu. terbentuk dari hidrolisis sukrosa, laktosa dan maltosa.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Garam dapur dapat digunakan sebagai pengawet pada makanan karena

Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Natrium klorida (NaCl) yang dihasilkan oleh air laut. Garam dalam bentuk alaminya adalah mineral kristal yang dikenal sebagai batu garam atau halite.

Garam sangat diperlukan tubuh, tetapi bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi).[1] Selain itu garam juga digunakan untuk mengawetkan makanan dan sebagai bumbu. Untuk mencegah penyakit gondok, garam dapur juga sering ditambahi yodium.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Garam telah digunakan sejak zaman purba kala. Manusia pemburu pada zaman purba kala mengisi kembali garam yang mereka butuhkan dengan memakan daging hewan. Beberapa bangsa yang sumber makanan utamanya hewan umumnya tidak menggunakan garam lagi karena kandungan garam pada daging yang sudah cukup. Namun bangsa yang bergantung pada agrikultur menggunakan garam dalam kehidupannya.

Garam memiliki pengaruh yang sangat besar pada sejarah; seperti menjadi sebuah alat tukar, sumber dari sebuah revolusi, dan lain-lain.

Beberapa pemerintahan menaruh pajak yang sangat besar pada penjualan garam. Contohnya adalah pemerintahan Tiongkok. Garam juga digunakan oleh pedagang Yunani untuk membeli seorang budak. Para golongan pekerja juga dulunya dibayar menggunakan garam. Garam memilki dampak yang sangat tinggi, bahkan ketika garam dipajak secara paksa oleh Prancis, terjadi kehebohan. Kehebohan ini juga menjadi bara dalam api yang nantinya berubah menjadi Revolusi Prancis.[3][4]

Cara mendapatkan garam telah berubah seiring berkembangnya teknologi. Tetapi secara umum, terdapat dua cara mendapatkan garam yang masih dilakukan hingga zaman sekarang. Dua cara itu adalah dengan mengeringkan air yang mengandung garam atau menambangnya dari gua.[3]

Mengeringkan air adalah cara paling populer. Air yang mengandung garam dikeringkan dengan berbagai cara seperti dijemur atau direbus. Setelah semua air menguap, hanya akan ada kristal garam yang tersisa. Air garam dapat didapatkan dari air laut, danau, atau dari sebuah sumber mata air.

Penggunaan dalam makanan[sunting | sunting sumber]

Garam umumnya digunakan untuk menambahkan rasa asin pada makanan. Meskipun begitu, rasa yang diberikan oleh garam tidak sepenuhnya asin. Garam memiliki kemampuan untuk memperkuat rasa pada makanan. Contohnya adalah penambahan garam pada makanan manis. Garam disini digunakan bukan untuk mengasinkan makanan, tetapi untuk meningkatkan rasa lain, seperti rasa manis, pada makanan tersebut.[5] Pengaruh garam juga dirasakan pada dunia kuliner. Seperti kata salad yang berasal dari kata salt. Kata ini bermula dari rakyat Romawi kuno yang memberi garam kepada sayur-sayuran mereka. Selain sebagai penambah rasa, garam juga digunakan sebagai pemberi tekstur kepada makanan, mendinginkan es, dan juga sebagai pengawet.[6]

Sebagai pendingin es, garam digunakan untuk merendahkan suhu beku pada air. Menambahkan garam pada gula akan membuat air asin yang memiliki suhu beku yang lebih rendah daripada air biasa.[7] Air yang lebih dingin ini lalu dapat digunakan untuk membuat makanan yang memerlukan temperatur dingin, contohnya adalah es krim.[8]

Garam sebagai pengawet bekerja dengan cara mengurangi "aktivitas air" pada makanan. Garam akan mengeringkan makanan dengan menghisap airnya. Lingkungan yang kering ini mempersulit perkembangan bakteri. Selain itu garam juga membunuh bakteri dengan cara menarik air dari dalam bakteri ke lingkungan yang kering.[9]

Dianjurkan untuk hanya mengkonsumsi sekitar 5 gram garam untuk orang dewasa setiap harinya.[10][11] Meskipun makhluk hidup memerlukan garam dalam tubuhnya, garam hendaknya digunakan dengan bijak. Mengkonsumsi garam terlalu banyak dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi, meningkatkan kemungkinan terkena serangan jantung, osteoporosis, stroke, dan masalah ginjal.[11][12]

Di Amerika Serikat, makanan yang mengandung banyak garam meliputi:[13]

  • Roti
  • Daging
  • Makanan ringan
  • Keju
  • Hidangan pencuci mulut
  • Sup

Pengaruh garam dalam agama[sunting | sunting sumber]

Garam memiliki pengaruh yang sangat besar, bahkan dalam agama.

Pada "The Last Supper", salah satu lukisan terkenal Leonardo Da Vinci, digambarkan bahwa Yudas telah menumpahkan semangkuk garam. Menumpahkan garam dikenal sebagai sebuah pertanda buruk. Hingga saat ini, masih terdapat tradisi dimana seseorang hendaknya melemparkan sejumput garam pada pundak kiri mereka untuk mengusir Iblis atau Setan yang mungkin sedang menempel.[3][14]

Pada Agama Buddha, garam digunakan sebagai penangkal roh jahat. Buddha juga memiliki tradisi untuk melempar garam ke pundak kiri untuk mengusir makhluk jahat yang menempel.[15] Agama Shinto juga melakukan praktek dimana garam digunakan untuk memurnikan sebuah area.[16][17]

Bangsa Mesir, Yunani, dan Romawi kuno memanggil tuhan mereka menggunakan sesajen berupa air dan garam. Beberapa orang mengganggap ini adalah asal muasal frasa air suci.[18]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kurangi Asupan Garam, Cegah Hipertensi, Kompas.com, diakses 24 Agustus 2011.
  2. ^ Tiroid, Pengatur Metabolisme Tubuh, Kompas.com, diakses 24 Agustus 2011.
  3. ^ a b c "A Brief History of Salt". time.com. 15 Maret 1982. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
  4. ^ Cowen, Richard (1 May 1999). "The Importance of Salt". Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 May 2016. Diakses tanggal 24 January 2022.
  5. ^ Y. Masibay, Kimberly. "Salt makes everything taste better". finecooking.com. Diakses tanggal 26 Januari 2022.
  6. ^ Butler, Stephanie (22 Agustus 2022). "Off the Spice Rack: The Story of Salt". history.com. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
  7. ^ "The science behind how salt works". engagewr.ca. 28 November 2018. Diakses tanggal 26 Januari 2022.
  8. ^ Abraham, Lena (29 Maret 2019). "Ice Cream In A Bag". delish.com. Diakses tanggal 26 Januari 2022.
  9. ^ Beckett, Emma (6 Mei 2016). "Kitchen Science: A salt on the senses". theconversation.com. Diakses tanggal 26 Januari 2022.
  10. ^ "Salt reduction". who.int. 29 April 2020. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
  11. ^ a b "Is salt really bad for you? 6 myths and facts about salt". health.qld.gov.au. Diakses tanggal 26 Januari 2022.
  12. ^ "Salt and Sodium". hsph.harvard.edu. Diakses tanggal 26 Januari 2022.
  13. ^ Palsdottir, Hrefna; McPherson, Gabrielle. "Salt: Is It Healthy or Unhealthy?". healthline.com. Diakses tanggal 26 Januari 2022.
  14. ^ Ottermann, Birgit (23 Mei 2011). "13 food superstitions". news24.com. Diakses tanggal 5 Februari 2022.
  15. ^ Wigington, Patti. "Salt Folklore and Magic". learnreligions.com. Diakses tanggal 5 Februari 2022.
  16. ^ "Salt and Shinto". nihonbunka.com. 26 Mei 2003. Diakses tanggal 5 Februari 2022.
  17. ^ "The Importance Of Salt In Japanese Culture And Cuisine". kobejones.com.au. Diakses tanggal 5 Februari 2022.
  18. ^ "10+1 Things you may not know about Salt". Epikouria. Fall/Winter (3). 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juli 2008. Diakses tanggal 24 Januari 2022.

Buku

  • Barber, Elizabeth Wayland (1999). The Mummies of Ürümchi. New York: W.W. Norton & Co. ISBN 0-393-32019-7. OCLC 48426519.
  • Carusi, Cristina (2008). Il sale nel mondo greco, VI a.C.-III d.C.: luoghi di produzione, circolazione commerciale, regimi di sfruttamento nel contesto del Mediterraneo antico (dalam bahasa Spanish). Edipuglia. ISBN 9788872285428.
  • Dalton, Dennis (1996). "Introduction to Civil Disobedience". Mahatma Gandhi: Selected Political Writings. Hackett Publishing Company. hlm. 71–73. ISBN 0-87220-330-1.
  • Kurlansky, Mark (2002). Salt: A World History. New York: Walker & Co. ISBN 0-8027-1373-4. OCLC 48573453.
  • Livingston, James V. (2005). Agriculture and soil pollution: new research. Nova Publishers. ISBN 1-59454-310-0.
  • McGee, Harold (2004). On Food and Cooking (edisi ke-2nd). Scribner. ISBN 9781416556374.
  • Multhauf, Robert (1996). Neptune's Gift. The Johns Hopkins University Press. ISBN 978-0801854699.
  • Shahidi, Fereidoon; Shi, John; Ho, Chi-Tang (2005). Asian functional foods. Boca Raton: CRC Press. ISBN 0-8247-5855-2.

Publikasi lainnya

  • Caldwell, J. H.; Schaller, K. L.; Lasher, R. S.; Peles, E.; Levinson, S. R. (2000). "Sodium channel Nav1.6 is localized at nodes of Ranvier, dendrites, and synapses". Proceedings of the National Academy of Sciences. 97 (10): 5616–20. doi:10.1073/pnas.090034797. PMC 25877
    Garam dapur dapat digunakan sebagai pengawet pada makanan karena
    . PMID 10779552.
  • Dumler, F. (2009). "Dietary Sodium Intake and Arterial Blood Pressure". Journal of Renal Nutrition. 19 (1): 57–60. doi:10.1053/j.jrn.2008.10.006. PMID 19121772.
  • Feldman, S. R. (2005). "Sodium Chloride". Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology. doi:10.1002/0471238961.1915040902051820.a01.pub2. ISBN 0471238961.
  • Kostick, Dennis S. (1 November 2011). "Salt" (PDF). 2010 Minerals Yearbook. U.S. Geological Survey. Diakses tanggal 12 March 2013.
  • Markel, H. (1987). ""When it rains it pours": Endemic goiter, iodized salt, and David Murray Cowie, MD". American Journal of Public Health. 77 (2): 219–229. doi:10.2105/AJPH.77.2.219. PMC 1646845
    Garam dapur dapat digunakan sebagai pengawet pada makanan karena
    . PMID 3541654.
  • McCarron, D. A.; Geerling, J. C.; Kazaks, A. G.; Stern, J. S. (2009). "Can Dietary Sodium Intake Be Modified by Public Policy?". Clinical Journal of the American Society of Nephrology. 4 (11): 1878–1882. doi:10.2215/CJN.04660709. PMID 19833911.
  • Millero, F. J.; Feistel, R.; Wright, D. G.; McDougall, T. J. (2008). "The composition of Standard Seawater and the definition of the Reference-Composition Salinity Scale". Deep Sea Research Part I: Oceanographic Research Papers. 55: 50. doi:10.1016/j.dsr.2007.10.001.
  • Potassium- and sodium ferrocyanides (PDF) (Laporan teknis). European Commission: Scientific Committee on Animal Nutrition. 3 December 2001.
  • Schmeda-Hirschmann, G. (1994). "Tree ash as an Ayoreo salt source in the Paraguayan Chaco". Economic Botany. 48 (2): 159–162. doi:10.1007/BF02908207.
  • Selwitz, R. H.; Ismail, A. I.; Pitts, N. B. (2007). "Dental caries". The Lancet. 369 (9555): 51–9. doi:10.1016/S0140-6736(07)60031-2. PMID 17208642.
  • Strazzullo, P.; d'Elia, L.; Kandala, N. -B.; Cappuccio, F. P. (2009). "Salt intake, stroke, and cardiovascular disease: Meta-analysis of prospective studies". BMJ. 339: b4567. doi:10.1136/bmj.b4567. PMC 2782060
    Garam dapur dapat digunakan sebagai pengawet pada makanan karena
    . PMID 19934192.
  • Vaidya, B.; Chakera; Pearce (2011). "Treatment for primary hypothyroidism: Current approaches and future possibilities". Drug Design, Development and Therapy. 6: 1–11. doi:10.2147/DDDT.S12894. PMC 3267517
    Garam dapur dapat digunakan sebagai pengawet pada makanan karena
    . PMID 22291465.
  • Weller, Olivier; Dumitroaia, Gheorghe (December 2005). "The earliest salt production in the world: an early Neolithic exploitation in Poiana Slatinei-Lunca, Romania". Antiquity. 79 (306).
  • Weller, Olivier; Brigand, Robin; Nuninger, Laure (2008). Spatial Analysis of Salt Springs Exploration in Moldavian Pre-Carpatic Prehistory (Romania) (PDF). Spatial dynamics of settlement and natural ressources: toward an integrated analysis over the long term from Prehistory to Middle Ages. University of Burgundy, Dijon, 23–25 June. ArchæDyn.
  • Westphal, G.; Kristen, G.; Wegener, W.; Ambatiello, P.; Geyer, H.; Epron, B.; Bonal, C.; Steinhauser, G.; Götzfried, F. (2010). "Sodium Chloride". Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry. doi:10.1002/14356007.a24_317.pub4. ISBN 3527306730.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  • (Inggris) The Carol Litchfield Collection on the History of Salt, Hagley Library
  • (Indonesia) Macam-macam Garam Diarsipkan 2012-06-15 di Wayback Machine.

Mengapa garam dapur dapat dijadikan sebagai bahan pengawet makanan?

Alasan garam jadi pengawet makanan Sementara, garam mengeluarkan air dari makanan sehingga membuatnya kekurangan kandungan air (dehidrasi). Apabila kandungan air dalam makanan berkurang, maka bakteri tidak akan berkembang pada makanan. Hal tersebut membuat makanan jadi tahan lama atau awet.

Mengapa garam dapat digunakan sebagai pengawet alami brainly?

Garam dapat mengawetkan makanan karena garam mengeluarkan air dari sel-sel di bahan makanan dan mikroorganisme pengurai, sehingga pengurai tidak dapat berkembang dan makanan bisa tahan lebih lama.

Apakah fungsi dari garam dapur?

Garam mengandung natrium yang berfungsi untuk menahan cairan dalam sel-sel tubuh. Dengan mencukupi konsumsi garam setiap harinya, Anda pun akan terhindar dari kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.

Mengapa garam dapur dan gula pasir dapat berfungsi sebagai pengawet?

Alasannya, tingkat konsentrasi tinggi pada garam dan gula tersebut mampu menyerap cairan internal mikroorganisme hingga membuat mereka mati. Secara otomatis makanan yang diberi garam dan gula pada kadar tertentu bisa membantu melindungi makanan pada pertumbuhan mikroba yang buruk dan bisa mengurangi kualitas makanan.