FORMAT Laporan Stunting Tingkat Desa PDF

Apakah Anda sedang mencari info mengenai Contoh Format Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting Tingkat Desa?

Contoh Format Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting Tingkat Desa – Karena Anda ingin dapatkan info tentang Contoh Format Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting Tingkat Desa, kami punya info penting untuk Anda.

Menu Gizi Seimbang dari Pangan Lokal Bisa Cegah Stunting

Indonesia saat ini dihadapkan pada tiga bebas masalah gizi (triple burden malnutrition), yaitu:

  1. gizi lebih (obesitas),
  2. kekurangan zat gizi mikro (defisiensi zat besi/anemia), dan
  3. kurang gizi (stunting, wasting, underweight).

Masalah gizi ini tidak hanya berdampak buruk pada bidang kesehatan juga. Secara makro, masalah kesehatan dapat menghambat tercapainya cita-cita pembangunan daerah.

Bahaya Obesitas Terhadap Pembangunan Daerah

Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan, sekitar 25,8 persen penduduk dewasa tergolong obesitas pada tahun 2017.

Akibat kelebihan berat badan ini menimbulkan sejumlah penyakit kardiovaskular seperti jantung dan darah tinggi. Selain itu, obesitas berkaitan erat dengan penyakit diabetes. 

Selain masalah kesehatan, jika tidak ditangani dengan tepat, obesitas dapat berdampak terhadap produktivitas masyarakat.

  • Individu yang sakit tidak dapat bekerja sebaik orang yang sehat, maka penghasilan cenderung rendah.
  • Penghasilan rendah cenderung menurunkan daya beli.
  • Daya beli yang rendah tidak hanya berpengaruh terhadap konsumen, tapi juga lambatnya ekonomi di sisi produsen dan distributor.
  • Di sisi lain, tingginya tingkat kesakitan yang menyebabkan tingginya angka berobat di fasilitas kesehatan, juga dapat berpengaruh terhadap beban jaminan kesehatan yang ditanggung oleh pemerintah dan anggaran daerah.

Bahaya Anemia terhadap Pembangunan Daerah

Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau kapasitas sel darah merah membawa oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32%, prevalensi anemia ibu hamil adalah 48,9%. ibu hamil dengan anemia memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan anemia defisiensi besi yang bisa bertahan sepanjang usia awal anak dan menghambat pertumbuhan sel-sel otak anak serta sel-sel tubuh lainnya, yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.

  • Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak berpengaruh terhadap kemampuan menyerap pembelajaran.
  • Daya nalar yang rendah juga dapat berpengaruh terhadap produktivitas seseorang di masa mendatang.
  • Pada gilirannya, produktivitas yang rendah menyebabkan pendapatan yang rendah pula.
  • Pendapatan yang rendah juga menyebabkan daya beli yang rendah pula.

Anemia juga berkaitan dengan kurang gizi.

Bahaya Kurang Gizi — Stunting terhadap Pembangunan Daerah

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.

Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Mengacu pada data SSGI (2021) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia adalah 24,4% Prevalensi stunting di Indonesia lebih baik dibandingkan Myanmar (35%), tetapi masih lebih tinggi dari Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%)  Presiden Jokowi menargetkan prevalesni stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024.

Dampak stunting berpengaruh secara jangka panjang oleh penderitanya.

‘Alumni’ stunting mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun kecerdasan.

Yang pada gilirannya juga menghambat cita-cita pembangunan suatu daerah.

Stunting juga menjadi program prioritas nasional.

Kerangka Solusi

Tahukah Anda, 70% masalah penyebab stunting dapat diatasi dengan intervensi gizi sensitif, yaitu upaya perbaikan gizi yang dilakukan di luar faktor kesehatan, salah satunya adalah peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak.

Ingat, gizi baik diperoleh dari pola makan yang baik. Gizi baik menjadi landasan setiap individu mencapai potensi maksimal yang dimiliki.

Indonesia membutuhkan generasi yang produktif, kreatif, serta kritis demi kemajuan bangsa. Hal tersebut hanya dapat dicapai apabila individu tergolong sehat dan berstatus gizi baik. 

Bagaimana memperoleh status gizi baik?

Salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan berasal dari pangan lokal.

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin, umur dan status kesehatan.

Dalam prinsip gizi seimbang dikenal 4 pilar gizi seimbang, yaitu :

  1. Mengonsumsi anekaragam pangan dengan proporsi makanan yang seimbang (karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin)
  2. Membiasakan perilaku hidup bersih
  3. Melakukan aktivitas fisik yang teratur
  4. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal

Untuk memudahkan masyarakat Indonesia menjalani pedoman gizi seimbang, Kementerian Kesehatan RI memvisualisasikan melalui contoh tumpeng gizi seimbang dan isi piringku.

Ingat, 4 sehat 5 sempurna sudah tidak relevan lagi dengan konsep gizi seimbang. Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan mengampanyekan gizi seimbang dengan slogan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman). 

Gizi seimbang tidak mahal dan harus dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat dan harus dapat memanfaatkan pangan lokal yang ada di sekitar kita.

Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai potensi dan kearifan lokal (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan).

Interpretasi dari pengertian ini melekat pada istilah “lokal”, yaitu sumber daya pangan dan budaya makan setempat.

Oleh karena itu suatu jenis pangan disebut pangan lokal apabila diproduksi dengan mengoptimalkan sumber daya setempat dan dikonsumsi secara turun-temurun oleh masyarakat setempat, baik dalam bentuk pangan segar ataupun yang telah diolah sesuai budaya dan kearifan lokal, menjadi makanan khas daerah setempat. Berdasarkan pengertian di atas, contoh beberapa jenis pangan lokal, antara lain sagu buat masyarakat Papua dan Maluku, jagung untuk penduduk Nusa Tenggara Timur dan Madura, singkong bagi keluarga di Jawa bagian selatan dan Lampung. 

Pangan lokal juga mencakup aneka makanan sumber protein seperti aneka jenis ikan laut bagi masyarakat yang tinggal di pesisir, tahu tempe yang merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat.

Aneka makanan sumber vitamin dan mineral seperti sayur dan buah lokal. Konsumsi buah lokal yang sedang musimnya merupakan strategi pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral yang murah dan mudah dijangkau. 

Selain itu, makanan lokal bergizi seimbang pun seyogyanya diolah dan disajikan dengan cara asli Indonesia. Contoh makanan lokal asli Indonesia yang dapat disajikan sesuai prinsip gizi seimbang antara lain:

  • mie aceh,
  • nasi padang,
  • gado-gado,
  • nasi liwet,
  • nasi pecel,
  • soto ayam,
  • nasi krawu,
  • nasi campur bali,
  • jagung bose,
  • nasi tempong,
  • kapurung,
  • barobbo bugis,
  • bubur manado,
  • bubur pedas khas kalimantan,
  • dan masih banyak lagi.

Langkah dan Program Konkret

MWA Training & Consulting sebagai pusat pelatihan dan pengembangan ketahanan pangan daerah, sejak tahun 2010, telah membantu lebih dari 120 daerah kabupaten/kota/provinsi/pusat di seluruh Indonesia untuk mengembangkan pangan lokal bergizi seimbang.

Tidak hanya berteori, MWA Training & Consulting meluncurkan unit usaha sendiri sebagai bukti bahwa pangan lokal bisa berdaya di negeri sendiri.

FORMAT Laporan Stunting Tingkat Desa PDF

Menu keluarga yang diolah dari pangan lokal dan disajikan dengan prinsip gizi seimbang ini tentu harus disesuaikan dengan budget belanja masing-masing keluarga.

Menu ini dapat dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga mulai dari bayi usia 6 bulan yang sudah dapat diberikan MP-ASI, anak-anak, remaja dan dewasa. 

Menu MP-ASI tidaklah harus dibedakan dengan anggota keluarga lainnya jika prinsip gizi seimbang (B2SA) sudah terpenuhi.

Harga daging sapi mahal dan tidak terjangkau?

Makan daging ayam pun belum tentu seminggu sekali?

Hal ini bukan menjadi masalah dengan konsep bahan pangan penukar. 1 Porsi protein hewani setara dengan 40 gr daging sapi atau daging ayam. Jumlah ini setara hanya dengan 20 gr ikan teri kering (1 sdm) atau 10 gr rebon kering (2 sdm). 

Bagaimana cara menyusun menu keluarga yang mudah, murah, bergizi seimbang, serta aneka bahan pangan penukar lain hingga teknik pengolahan aneka pangan lokal menjadi makanan kekinian dan tetap bergizi seimbang akan dikupas tuntas dalam pelatihan Penyusunan Menu Gizi Seimbang (B2SA) berbasis pangan lokal.

Pelatihan ini diselenggarakan oleh MWA Training & Consulting dan sangat cocok diikuti untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi bagi Anda yang bekerja di:

  • bidang ketahanan pangan,
  • bidang pemberdayaan perempuan,
  • keluarga berencana,
  • bidang koperasi dan UMKM,
  • TP PKK,
  • Kader Pembangunan Manusia (KPM) hingga
  • UMKM pengolah makanan lokal.

FORMAT Laporan Stunting Tingkat Desa PDF

Adapun bagaimana menilai kondisi ketahanan pangan dan gizi wilayah dari hulu ke hilir, seperti:

  • bagaimana menyusun strategi penanggulangan masalah pangan dan gizi,
  • bagaimana menganalisis ketersediaan pangan daerah
  • bagaimana menganalisis keterjangkauan pangan daearah
  • bagaimana menganalisis konsumsi pangan daerah
  • bagaimana menganalisis dan memetakan kerawanan dan kerentanan pangan daerah
  • termasuk strategi intervensi sensitif dan spesifik stunting yang bersifat multi sektor dan multidimensi

akan dipelajari dalam Pelatihan Manajemen Ketahanan Pangan yang diselenggarakan oleh MWA Training & Consulting.

Pelatihan ini cocok diikuti untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi bagi Anda yang bekerja di:

  • Dinas Ketahanan Pangan.
  • Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
  • Sekretariat Daerah. 

Mengapa demikian?

Karena, skor Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi salah satu indikator kinerja utama pimpinan daerah yang tercantum dalam banyak Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Oleh karena itu, diperlukan sinergitas lintas sektor dan kerjasama antar pemerintah dan semua unsur masyarakat untuk mewujudkan konsumsi dan status gizi baik yang dicerminkan oleh capaian Skor PPH sebagai Indikator Kinerja Pemerintah yang tercantum di RPJMD.

MWA Training & Consulting berkomitmen dan telah membantu 110 daerah kabupaten/kota selama 10 tahun terakhir untuk mengkaji dan mengembangkan ketahanan pangan dan gizi daerah, baik secara makro maupun secara mikro.

FORMAT Laporan Stunting Tingkat Desa PDF

Secara makro, MWA Traning & Consulting membantu pemerintah daerah untuk menganalisis kebijakan berdasarkan data dengan metode ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan.

Integritas MWA Traning & Consulting ditunjukkan dengan penyusunan dokumen:

  • Perencanaan Pangan,
  • Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi atau Rencana Aksi Daerah Stunting,
  • Neraca Bahan Makanan,
  • pembuatan Sistem Informasi Pangan,
  • Pembuatan dan Penyusunan Peta Kerentanan dan Kerawanan Pangan dan Gizi Daerah, dan
  • Analisis Situasi Konsumsi Pangan Penduduk.

Selain berpengalaman di bidangnya selama lebih dari 10 tahun, tim MWA Training & Consulting terdiri dari profesional, sebagai berikut.=:

  • Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS (Ahli Kebijakan Pangan dan Gizi)
  • Wilaga Azman Kharis, SE., MSi. (Ahli Sosial Ekonomi Pangan dan Gizi)
  • Marina Noor Prathivi, STP.,MM (Ahli Teknologi Pangan dan Gizi)
  • Adrian, S.Pd., M.Si. (Ahli Pemetaan Wilayah Pangan dan Gizi)
  • Nida Nurul Fitri, S.Si. (Ahli Sosial Pangan dan Gizi)
  • Arga Putra Pratama, S.Kom. (Ahli Teknologi dan Digitalisasi Pangan dan Gizi)

MWA Traning & Consulting selalu membuka kerja sama dengan berbagai pihak, baik daro pemerintah pusat, pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota), kader pembangunan masyarakat, sekolah, maupun lembaga donor non profit. Hubungi kami di nomor +6281299880420 atau klik tombol di bawah ini.

FORMAT Laporan Stunting Tingkat Desa PDF

Kira-kira demikian sharing kami tentang Contoh Format Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting Tingkat Desa.
Semoga bermanfaat bagi Anda.

Apa tugas KPM stunting?

Tugas KPM antara lain mensosialisasikan kebijakan konvergensi pencegahan stunting di desa kepada masyarakat di desa, mendata sasaran rumah tangga 1.000 HPK, melaksanakan koordinasi dalam pelayanan pencegahan stunting, seperti bidan desa, ahli gizi, guru PAUD dan perangkat desa.

Apa itu 5 paket layanan stunting?

merumuskan 5 ( lima ) paket layanan pencegahan stunting di desa Klampis, yaitu layanan kesehatan ibu dan anak, integrasi konseling gizi, air bersih dan sanitasi, perlindungan social dan layanan PAUD.

Apa itu musyawarah rembuk stunting desa?

Rembuk stunting ini berfungsi sebagai forum musyawarah antara kader kesehatan, PAUD, masyarakat Desa dengan pemerintah Desa dan BPD untuk membahas pencegahan dan penanganan masalah kesehatan di Desa khususnya stunting dengan mendayagunakan sumber daya pembangunan yang ada di Desa.

Apa saja tugas KPM?

Tugas KPM meliputi: Mensosialisasikan kebijakan konvergensi pencegahan stunting di Desa kepada masyarakat di Desa, termasuk memperkenalkan tikar pertumbuhan untuk pengukuran panjang/tinggi badan baduta sebagai alat deteksi dini stunting. Mendata sasaran rumah tangga 1.000 HPK.