Dibawah ini yang bukan termasuk ulama-ulama yang mengajar di al azhar adalah

Tersebutlah seorang alim di Al-Azhar, guru dari para guru, juga ahli hadis bernama panjang Abu Al-Hasan Ali bin Surur Az-Zankaluni Al-Husaini Asy-Syafi’i Al-Azhari. Ia dilahirkan pada tahun 1288/1289 H (1872 M) di Desa Az-Zankalun, Provinsi Asy-Syarqiyyah. Oleh sebab itu, penisbatan di akhir nama merujuk pada tanah kelahirannya itu. Sedangkan Al-Husaini menunjukkan bahwa ia merupakan seorang ahlulbait dari jalur Sayyidina Husain. Dan dalam fikih ia bermazhab Syafi’i.

Ali Az-Zankaluni kecil tumbuh di tengah keluarga yang berhias ketakwaan, mencintai ilmu, dan pengamal tasawuf dengan mengambil Tarekat Ar-Rifa’iyyah. Orang tuanya mengirimkannya untuk mengaji di sebuah kuttab (taman baca-tulis Al-Quran) di desanya di bawah asuhan Syekh Al-Baz. Di sana ia berhasil menghafal Al-Quran dan rampung mengaji tajwid.

Tak mencukupkan hanya di desanya, kedua orang tuanya mengirimkan Ali Az-Zankaluni muda untuk merantau dan bersekolah di salah satu madrasah milik Al-Azhar. Tepatnya di Masjid Al-Ahmadi, Kota Tanta, Mesir. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya dengan sungguh-sungguh. Sosoknya dikenal sebagai talib yang berbakti pada keluarga dan gurunya serta pandai bergaul di tengah kawan-kawan sesama pelajar.

Urgensitas Ujian Seleksi Masuk Al-Azhar

Hal ihwal seleksi nasional masuk Universitas Al-Azhar yang dipersoalkan beberapa orang.

Para Guru

Usai menyelesaikan pendidikan di masjid yang bernisbat kepada wali besar Syekh Ahmad Al-Badawi itu, Ali Az-Zankaluni muda melanjutkan pencarian ilmunya ke Kairo, yakni di Masjid Al-Azhar. Ia berguru kepada sejumlah ulama besar saat itu, di antaranya:

  1. Syekhul-Azhar Syamsuddin Al-Anbabi
  2. Syekhul-Azhar Muhammad Abu Al-Fadhl Al-Jizawi
  3. Syekhul-Azhar Hassunah An-Nawawi
  4. Syekh Muhammad Al-Usymuni
  5. Syekh Abdulhadi Naja Al-Abyari
  6. Syekh Muhammad Mukhaimir Asy-Syarqawi
  7. Syekh Muhammad Ahmad ‘Ilisy
  8. Syekh Burhanuddin As-Saqqa
  9. Syekh Hasan Ath-Thawil
  10. Syekh Abdulhamid Hamrusy Al-Bahrawi
  11. Syekh Hasan bin Dawud Al-Maliki Al-‘Adawi

Selain itu, Syekh Ali Az-Zankaluni juga menghadiri pengajian yang diampu Syekh Muhammad Abduh. Maka tak heran, ia juga berhubungan dekat dengan Syekh Muhammad Rasyid Ridha.

Syekh Ali bin Surur Az-Zankaluni meraih ijazah tertinggi dari Al-Azhar di masa itu, yakni lisensi mengajar (al-idzni bi at-tadris) pada tahun 1312 H (1895 M). Sebuah ijazah yang tidak diberikan kecuali kepada talib yang telah melalui serangkaian imtihan untuk sebelas ilmu di hadapan para pembesar ulama Al-Azhar, juga berhasil melalui uji kecakapan mengajar dan menjawab pertanyaan tim penguji yang biasanya diketuai langsung Syekhul-Azhar di masanya. Bahkan untuk berhak mengikuti rangkaian ujian, talib saat itu pun harus mengantongi surat bercap khusus dari sejumlah syekh yang mengajar, di dalamnya termaktub persaksian bahwa ia merupakan talib yang telah benar-benar layak untuk diuji.

Majelis Pengajian Tafsir

Dalam buku Haiah Kibar Al-‘Ulama yang mengutip dari Asanid Al-Mishriyyin karangan Syekh Usamah As-Sayyid Al-Azhar, disebutkan bahwa Syekh Ali Az-Zankaluni kemudian meneruskan perjuangan para gurunya dalam medan ilmu, yakni mengajar. Beliau mengajar di Al-Azhar dan dikenal sebagai sosok alim yang berpikiran luas, tak terikat pada fanatisme buta, serta berpandangan jauh ke depan meski tetap khas dengan berpegang pada ajaran Islam sebagaimana ulama Al-Azhar, khususnya sosok gurunya, Syekh Muhammad Abduh.

Bisakah Kita Beragama tanpa Mazhab?

Kembali ke Al-Quran & sunnah kerap menjadi jargon dalam beragama. Tulisan ini menjawab persoalan itu plus memaparkan pentingnya bermazhab.

Salah satu pengajian yang diampu Syekh Ali Az-Zankaluni adalah Tafsir Al-Kasysyaf karya Az-Zamakhsyari. Pengajian itu digelar di Riwaq Al-‘Abbasi, salah satu sisi dalam Masjid Al-Azhar. Salah satu ulama hadis dari keluarga Al-Ghumari, yakni Syekh Abdulaziz bin Ash-Shiddiq Al-Ghumari termasuk salah seorang yang hadir untuk mengaji kepada beliau di majelis itu sebagaimana termaktub dalam kitab memoar karangannya berjudul Ta’rif Al-Mu’tasi ‘an Ahwali Nafsi yang kemudian dinukil dan dikuatkan dengan riwayat-riwayat yang didapat oleh Syekh Usamah As-Sayyid Al-Azhari dalam Asanid Al-Mishriyyin.

Ulama Besar

Syekh Az-Zankaluni diangkat sebagai anggota sebuah badan elite di Al-Azhar yang menghimpun para ulama besar, yakni Jama’ah Kibar Al-‘Ulama yang pada awalnya dikenal dengan nama Haiah Kibar Al-‘Ulama, lalu sempat tiada dan kini dihidupkan lagi dengan nama asal oleh Syekhul-Azhar Ahmad Ath-Thayyib sejak 2012 silam.

Keanggotaan Syekh Ali bin Surur Az-Zankaluni diresmikan dengan putusan kerajaan, yakni al-amr al-malaki nomor 18 yang diumumkan pada 25 Zulhijah  1355 H (18 Maret 1937 M).

Selain aktif mengajar dan berorganisasi di Al-Azhar, Syekh Ali Az-Zankaluni juga tergabung dalam majelis pimpinan sebuah yayasan bernama Jam’iyyah Ar-Rabithah Asy-Syarqiyyah yang berkantor di Kairo. Yayasan ini disebut-sebut mempunyai banyak pengaruh positif terkait sejumlah masalah para muslim di Asia Tenggara, seperti menyelesaikan sejumlah perselisihan yang saat itu terjadi. Penulis belum menemukan secara rinci apa saja peristiwa yang dimaksud itu. Namun, pada akhirnya, keikutsertaan Syekh Az-Zankaluni merupakan bukti bahwa alim Al-Azhar ini adalah sosok yang berwawasan luas dan menaruh perhatian terhadap permasalahan umat Islam.

Penulis, Orator, dan Negarawan

Syekh Ali Az-Zankaluni juga tercatat memiliki banyak sekali artikel yang diterbitkan oleh koran dan majalah nasional Mesir di zamannya. Keaktifan menulis itu beliau gunakan untuk menjawab persoalan yang saat itu sedang menghangat di tengah masyarakat. Termasuk yang panas adalah diskusi dan perdebatan beliau versus seorang misionaris Amerika, yaitu Pendeta Samuel Marinus Zwemer, penulis buku Al-Gharah ‘ala Al-Islam (Serangan untuk Dunia Islam).

Tatkala Zwemer datang ke Mesir untuk misi penginjilan dan membawa banyak sekali selebaran, Syekh Ali Az-Zankaluni yang dikenal terus terang dan berani dalam mengambil sikap itu marah bukan kepalang. Ia menyatakan sikap di hadapan pemerintah dan juga Zwemer. Perdebatan yang bermula dari tulisan hingga aksi nyata itu berujung pada deportasi Zwemer dari Mesir.

Rekaman Perjalanan Lahirnya Piagam Persaudaraan Kemanusiaan

Ulasan singkat atas buku yang merekam perjalanan lahirnya Piagam Persaudaraan Kemanusiaan (Watsiqah Al-Ukhuwwah Al-Insaniyyah).

Lain sikap dengan misionaris Zwemer saat itu yang panas, Syekh Ali Az-Zankaluni dikenal sebagai sosok alim nasionalis dan berkawan dekat dengan pemuka Kristen Koptik kenamaan, yakni Rama Sergius Sergius. Mereka berdua termasuk dalam empat orator ulung dalam Revolusi 1919 di Mesir melawan pendudukan Inggris. Rama Sergius juga merupakan seorang Mesir non-muslim pertama yang diberi kesempatan menyampaikan pidato, bergantian dengan sejumlah syekh di atas mimbar Al-Azhar terkait pergerakan rakyat dalam gelombang revolusi itu. Jika Revolusi 1919 menyisakan jargon terkenal yang berbunyi, “Hidup hilal bersama salib!”, maka perwujudan nyata di tengah masyarakat Mesir saat itu ada pada Syekh Ali bin Surur Az-Zankaluni dan Rama Sergius Sergius yang kerap berdampingan.

Guru dari Para Guru

Syekh Ali Az-Zankaluni yang alim nan saleh mempunyai sebuah karangan kitab berjudul Ad-Da’wah wa Ad-Du’at: Asbab At-Takhalluf wa Manhaj At-Tathbiq yang sempat diterbitkan Maktabah Wahbah di tahun 1979 atas usaha cucunya. Kitab itu juga menghimpun biografi yang ditulis oleh sang cucu bernama Muhammad Ath-Thahir Az-Zankaluni. Selain itu, terbitan itu juga dilengkapi kata pengantar yang ditulis oleh alim besar Al-Azhar bernama Syekh Duktur Muhammad Al-Bahi.

Selain karya berupa kitab, Syekh Ali Az-Zankaluni mewariskan banyak sekali murid yang cemerlang, di antaranya Syekhul-Azhar Abdulhalim Mahmud dan Syekh ‘Awadh Mu’awadh Ibrahim. Nama kedua adalah seorang syekh, guru dari para guru Al-Azhar saat ini yang dahulu berumur panjang (al-mu’ammar) yang wafat pada 2018 silam pada umur 106 tahun.

Syekh berdarah Minang dan berjuluk Musnid Ad-Dunya Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani juga termasuk sebagai salah satu murid Syekh Ali bin Surur Az-Zankaluni. Bahkan ijazah berisi rantai riwayat keilmuan yang diberikan untuk Syekh Muhammad Yasin itu, sebagaimana disebut dalam Asanid Al-Mishriyyin, ditulis oleh Syekh Ali Az-Zankaluni di Masjid Al-Azhar pada 27 Rajab 1355 H.

Wafat

Syekh Ali bin Surur Az-Zankaluni bisa dibilang hidup di antara tiang-tiang Al-Azhar. Hari-harinya dipenuhi dengan dedikasi untuk ilmu dan masyarakat. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di dunia pada 21 Ramadan 1359 H (10 Oktober 1940 M) setelah melalui masa sakit. Nama beliau disematkan pada sebuah sekolah di bawah Kementerian Pendidikan Mesir. Lebih dari itu, harum nama beliau juga abadi dalam hati para guru dan murid Al-Azhar hari ini.

Tanbihat:

Postingan ini telah mengalami perubahan judul pada Rabu, 10 November 2021, pukul 14.59 WIB. Sebelumnya tulisan ini berjudul Az-Zankaluni, Ulama Besar Al-Azhar yang Negarawan.

muhammadramdhan934 muhammadramdhan934

1. abdul latif al- Baghdadi2. Syekh Abdul Qasim al-manfalubi3. Syamsuddin Khallikan4. Abu abdullah al-Quda'i5. Abu abdullah Muhammad bin Barakat6. Hasan bin Khatir Al-Farisi

7. al-Hufi