Dewa dalam agama Hindu yang bertugas menciptakan alam semesta adalah

Halo Teman Bicara yang suka sejarah! Waktu kalian sekolah dulu, tentu ingat pernah mempelajari tentang 3 Dewa Hindu atau yang sering dikenal sebagai Trimurti.

Tiga Dewa Hindu ini memiliki tugasnya masing-masing.  Dewa Brahma bertugas sebagai pencipta, Dewa Wisnu dengan tugasnya sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa yang bertugas sebagai pelebur.

Di Indonesia, banyak ditemukan candi dan arca/situs bersejarah yang menjadi perwujudan dari Dewa Siwa, seperti lingga yoni, Dewi Durga atau Dewi Parvati, dan arca Ganesha (anak dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati).

Di Indonesia, Dewa Ganesha menjadi simbol ilmu pengetahuan atau kecerdasan.

Patung Dewa Ganesha

Sebenarnya bukan hanya Dewa Ganesha, Dewi Saraswati (istri Dewa Brahma) juga merupakan Dewi ilmu pengetahuan.

Pemujaan terhadap Dewa Ganesha menjadi kesimpulan, bahwa umat Hindu Indonesia lebih banyak memuja kepada Dewa Siwa, dibanding dua Dewa Trimurti lainnya.

Berdasarkan analisa sejarah, wajar bila Dewa Siwa lebih banyak dipuja oleh umat Hindu Indonesia sejak ratusan tahun lalu.

Penyebabnya karena Indonesia dikelilingi oleh cincin api Pasifik, dan berada di atas 3 tumbukan lempeng benua, yang meliputi: Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.

Dengan kata lain, Indonesia merupakan Negara rawan bencana alam, terutama gunung meletus dan gempa Bumi.

Salah satu letusan gunung berapi yang terdahsyat adalah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Bencana-bencana tersebut merupakan bagian dari peleburan, yang menjadi tugas Dewa Siwa.

Itu mengapa Dewa Siwa lebih banyak dipuja di Indonesia, dibanding Dewa Trimurti lainnya.

Untuk lebih lengkapnya, mari kita pelajari lebih detil tentang 3 Dewa Hindu (Trimurti) beserta tugasnya masing-masing.

Dewa Brahma (Dewa Pencipta)

Dewa Brahma

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Dewa Brahma memiliki tugas sebagai pencipta alam semesta.

Sebagai pencipta, Dewa Brahma memiliki beberapa nama, antara lain: Atmabhu (yang ada dengan sendirinya), Bodha (guru), Bŗhaspat (raja yang agung), Druhina (sang pencipta), Ananta (yang tiada akhir) , Annawurti (pengendara angkasa), Dhata (pencipta), dan sebutan lainnya. Cukup banyak ya namanya?

Dewa Brahma memilih angsa atau hamsa sebagai kendaraannya. Dewa Brahma memiliki 4 wajah yang menghadap ke arah utara, selatan, barat, dan timur.

Dewa Brahma juga memiliki 4 tangan yang mewakili empat arah mata angin, yakni timur, selatan, barat, dan utara.

Tangan kanan belakang melambangkan pikiran, tangan kiri belakang melambangkan kecerdasan, tangan kanan depan merupakan simbol ego, dan tangan kiri depan sebagai simbol kepercayaan diri.   

Dewa Brahma juga digambarkan membawa manik-manik do’a yang dipercaya sebagai zat yang digunakan dalam proses penciptaan.

Adapula buku yang menjadi lambang ilmu pengetahuan. Dewa Brahma memiliki seorang istri bernama Dewi Saraswati yang dikenal sebagai Dewi ilmu pengetahuan.

Ini menjadi simbol bahwa setiap proses penciptaan, entah dalam bentuk karya atau apapun, bila tanpa didasar ilmu pengetahuan, akan menjadi hal yang sia-sia.

Dewa Wisnu (Dewa Pemelihara)

Setelah semesta diciptakan, tentu perlu untuk dilindungi, dipelihara. Dan inilah tugas yang dikerjakan oleh Dewa Wisnu, memelihara apa yang telah diciptakan oleh Dewa Brahma.

Dewa Wisnu dikenal sebagai Dewa yang menunggangi Burung Garuda, memiliki 4 tangan sebagai simbol kekuasaan dan kekuatannya untuk mengisi alam semesta, dan tubuhnya berwarna biru yang menjadi lambang kekuatan yang tak terbatas.

Sama seperti Dewa Brahma, Dewa Wisnu pun memiliki seorang istri, Dewi Laksmi yang dikenal sebagai Dewi Kemakmuran, Dewi Kebijaksanaan, dan Dewi Kesuburan.

Dewa Wisnu dikenal sebagai dewa yang sering turun ke bumi dan menjelma menjadi manusia, binatang, bahkan matahari. Tujuannya, untuk melindungi bumi atau semesta dari kehancuran, dan untuk mengajarkan darma Hindu.

Dalam setiap penjelmaannya, Dewi Laksmi selalu setia mendampingi Dewa Wisnu. Penjelmaan Dewa Wisnu yang terkenal adalah saat beliau menjelma sebagai Sri Kresna atau kusir kereta Arjuna, yang membantu Pandawa melawan Kurawa; dan sebagai Rama yang gagah berani melawan Rahwana atau Dasamuka.

Dewa Siwa (Dewa Pelebur)

Tiga dewa Hindu trimurti yang terakhir adalah Dewa Siwa, yang bertugas sebagai Dewa Pelebur.

Dewa Siwa meleburkan semua yang sudah terlihat usang dan tidak layak berada di dunia, dileburkan untuk dikembalikan kepada asalnya.

Dalam Hindu Bali, Dewa Siwa dipuja sebagai dewa yang mengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke dalam unsurnya.

Dewa Siwa memiliki ciri yang sedikit berbeda dari dua Dewa Trimurti lainnya, yakni memiliki hiasan kepala berbentuk bulan sabit, menjadikan ular cobra sebagai hiasan lehernya, dan selalu membawa Trisula.

Dewa Siwa memiliki dua istri. Pertama, Dewi Uma/Dewi Sati yang membakar diri karena konflik antara keluarganya dengan Dewa Siwa.

Sepeninggal Dewi Uma, muncul Parwati, yang dikenal juga sebagai titisan atau penjelmaan dari Dewi Uma.

Dari pernikahannya dengan Dewi Parwati, lahirlah Dewa Ganesha yang dikenal dan dipuja sebagai dewa ilmu pengetahuan di Indonesia. Kisah Dewa Siwa juga pernah dibuat dalam drama India berjudul Mahadewa.

Bukti pemujaan umat Hindu di Indonesia kepada Dewa Siwa sangatlah banyak. Candi-candi di Jawa Timur banyak dibangun untuk memuja Dewa Siwa.

Arca Lembu Nandi (kendaraan Dewa Siwa), arca Dewa Ganesha, dan perwujudan Dewi Parwati banyak ditemukan dan dijumpai dalam kompleks candi-candi yang ada di Jawa Timur.

Kesimpulan:

Hindu dikenal sebagai agama yang memuja banyak dewa, namun di antara sekian banyak dewa, Trimurti atau Tiga dewa hindu diatas merupakan Dewa yang paling ternama dan dipuja oleh banyak umat Hindu di Dunia.

Ketiga Dewa Trimurti memiliki tugas dan perannya masing-masing, serta memiliki umatnya sendiri-sendiri.

Sumber :

  • Siwa – Wikipedia
  • Wisnu – Wikipedia
  • Penjelasan Tentang Dewa Wisnu – Tentanghindu
  • Penjelasan Tentang Dewa Brahma – Tentanghindu
  • Pengertian Dewa Brahma, Mantra, Tugas, Kendaraan, Senjata, dan Istrinya – Hindualukta blog
  • dewa brahma
  • Tiga Dewa Hindu
  • Trimurti
  • Tugas Dewa Hindu
  • Tugas Trimurti

Masing-masing umat beragama pada hakikatnya mempunyai tujuan yang sama, namun cara dan tata pelaksanaannya yang berbeda. Tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai Moksartham Jagadhitaya Ca Iti Dharma. Artinya, dharma itu ialah alat untuk mencapai moksa dan mencapai kesejahteraan hidup di dunia. Moksa adalah kebebasan jiwatman, mengalami kebahagiaan rokhani yang langgeng, yaitu kebahagiaan tanpa kedukaan (suka tanpa wali duhka).

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, tidaklah cukup memahami ajarannya saja, melainkan harus dilembagakan secara utuh, mulai dari adanya pengetahuan terhadap ajaran agama, kemudian diikuti dengan proses pemahaman dan pentaatan, serta mencapai puncaknya pada proses penghargaan serta penjiwaan, penerapan terhadap ajaran agama itu pada kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ajaran agama yang bersifat normatif itu tidak hanya sebatas wacana, tapi membumi dan membudaya dalam kehidupan masyarakat, bahkan dirasakan sebagai sesuatu yang menyatu dalam kehidupan.

Untuk mencapai tujuan agama Hindu  maka yang dijadikan sebagai rujukan adalah kitab suci Weda. Weda diyakini oleh umat Hindu sebagai ajaran yang  Sanatana Dharma – kebenaran yang kekal dan abadi. Ajaran Weda dalam praktik keagamaan di Indonesia diterapkan dan dibangun dalam tiga kerangka dasar yaitu: tattwa, susila dan acara. Ketiganya merupakan bagian yang integral yang tidak terpisahkan. Ketiganya mendasari tindak keagamaan umat Hindu. 

Tattwa berdasarkan ajaran Hindu berarti kebenaran yang sejati dan hakiki serta didefinisikan sebagai dasar keyakinan. Sebagai dasar keyakinan Hindu, Tattwa mencakup lima hal yang disebut Panca Sradha (Widhi Tattwa atau Brahman, Atma Tattwa, Karmaphala Tattwa, Punarbhawa Tattwa, Moksa Tattwa).

Widhi Tattwa adalah keyakinan tentang Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Pencipta, Maha Pemelihara dan Pemrelina. Konsepsi ketuhanan dalam agama Hindu disebutkan dalam untaian kata yang begitu mengagumkan “Ekam Evam Sadviprah Bahuda Wadhanti” (hanya ada satu Tuhan, hanya orang bijaksana menyebut dengan banyak nama).

Dalam ajaran Hindu, ada dua konsepsi ketuhanan. Pertama, ajaran ketuhanan manistis absolute, yang disebut dengan Nirguna Brahman. Yaitu, Tuhan yang tidak termanifestasikan, kosong, tidak berwujud, tidak dapat dicapai dengan akal pikiran dan panca indra, tanpa pribadi dan hanya dapat dicapai dengan keyakinan yang dalam Bahasa Sanskerta disebut Acintyarùpa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia (Monier, 1993: 9). Dalam bahasa Jawa Kuno dinyatakan: “Tan Kagrahita dening manah mwang indriya” (tidak terjangkau oleh akal dan indriya manusia).

Kedua, disebut dengan Saguna Brahman. Yaitu, Tuhan dalam manifestasinya. Dia berwujud, memiliki aspek, atribut, dan sifat.  Pada aspek ini Tuhan Ida Sang Hyang Widhi dihadirkan dalam berbagai manifestasi / prabawa yang lazim disebut Ista Dewata. Artinya, Dewata yang diingini hadir pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan Ida Sang Hyang Widhi dalam berbagai wujud-Nya, seperti Brahma, Wisnu, Iswara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. 

Pada praktiknya, Ista Dewata yang dipuja oleh pemujanya sesuai keyakinan yang mendasari, harapan, dan bahkan profesi. Umat Hindu selalu menghadirkan Hyang Widhi dalam manifestasinya yang diberikan nama yang berbeda-beda. Misalnya: Ista Dewata yang dipuja seorang Petani adalah Dewi Sri. Dewi Sri adalah Dewi kesuburan.

Petani yang menanam tanaman berbatang akan memuja Dewa Sangkara. Nelayan memuja Ista Dewata Dewa Baruna, Dewa Penguasa Lautan. Bagi siswa atau orang terpelajar, mereka memuja Dewi Saraswati, Dewi Ilmu Pengetahuan.

Ista Dewata yang dipuja pedagang adalah Dewa Rambut Sedhana. Mereka berharap segala usahanya lancar dan memperoleh laba atau untung. Pelaku seni akan memuja  Siwa sebagai Iswara atau Sang Hyang Kawisuara.

Lebih lanjut, dalam ajaran Siwa  Siddhanta sebagai paham yang dianut sebagian besar umat Hindu di Indonesia, mengaplikasaikan ajaran Weda melalui Seha, Puja, Sesana, Indik, dan Tutur. Sumber-sumber ajaran Siwa Sidanta secara terperinci terdapat pada Bhuwanakosa, Jnana Siddhanta, Tattwa Jnana, Wrhaspati tatwa, Ganapati Tattwa, Sang Hyang Maha Jnana yang semuanya ini sudah sangat mudah untuk didapatkan.

Di dalam Siwa Tattwa, Sang Hyang Widhi adalah Ida Bhatara Siwa. Dalam lontar Jnana Siddhanta dinyatakan bahwa Ida Bhatara Siwa adalah Esa yang bermanifestasi beraneka menjadi Bhatara - Bhatari. 

Sa eko bhagavan sarvah Siwa karana karanam Aneko viditah sarwah. Catur vidhasya karanam. Ekatwanekatwa swalaksana bhatara ekatwa ngaranya. Kahidup makalaksana Siwa tattwa Tunggal tan rwatiga kahidep nira. Mangekalaksana Siwa karana juga tan paphrabeda. Aneka ngaranya kahidup. Bhataramakalaksana caturdha. Caturdha ngaranya laksananiram stuhla suksma sunya.

Artinya: Sifat Bhatara eka dan aneka. Eka artinya ia dibayangkan bersifat  Siwa Tattwa. Ia hanya esa tidak dibayangkan dua atau tiga. Ia bersifat Esa saja sebagai Siwa karana (Siwa  sebagai pencipta), tiada perbedaan. Aneka artinya Bhatara bersifat Caturdha. Caturdha adalah sifatnya, sthula, suksma dan sunia.

Sumber - sumber lain yang menyatakan Dia yang Eka dalam Beraneka juga kita temukan dalam banyak mantra - mantra, di antaranya adalah: Om namah Sivaya sarvaya. Dewa-devaya vai namah. Rudraya Bhuvanesaya. Siwa  rupaya vai namah.

Artinya: Sembah bhakti dan hormat kepada Siwa, kepada Sarwa. Sembah bhakti dan hormat kepada dewa dewanya. Kepada Rudra raja alam semesta. Sembah hormat kepada dia yang rupanya manis.

Twam Sivas twam Mahadewa. Isvara Paramesvara. Brahma Visnuca Rudrasca. Purusah Prakhrtis tatha. Artinya: Engkau adalah  Siwa  Mahadewa. Iswara, Parameswara. Brahma, Wisnu dan Rudra. Dan juga sebagai Purusa dan Prakerti.

Tvam kalas tvam yamomrtyur. varunas tvam kverakah. Indrah Suryah Sasangkasca. Graha naksatra tarakah. Artinya: Engkau adalah Kala, Yama dan Mrtyu. Engkau adalah Varuna, Kubera. Indra, Surya dan Bulan. Planet, naksatra dan bintang - bintang.

Prthivi salilam tvam hi. Tvam Agnir vayur eva ca. Akasam tvam palam sunyam. Sakhalam niskalam tatha. Artinya: Engkau adalah Bumi, Air dan juga Api. Angkasa dan alam sunia tertinggi. Juga yang berwujud dan tak berwujud.

Dalam lontar Padma Bhuana disebutkan, Bhatara Siwa  bermanifestasi menempati arah mata angin, di antaranya Siwa sebagai Siwa ra, berkedudukan di timur, Brahma di Selatan, Mahadewa di Barat, Wisnu di Utara, Timur Laut sebagai Sambu, Tenggara sebagai Mahesora, Barat Daya sebagai Ludra, Barat Laut Sangkara dan di tengah adalah Siwa.  

Dewa / Bhatara - Bhatari itu adalah Bhatara Siwa sendiri. Bhatara - Bhatari itulah yang dipuja sebagai Ista Dewata. Dalam manifestasi beliau yang paling mendominasi pemujaan yang ada di Bali sebagai Dewa Brahma, Wisnu, dan Iswara.

Konsep penciptaan, pemeliharaan dan pemrelina menunjukkan Bhatara Siwa sebagai apa yang sering disebut Sang Hyang Sangkan Paraning Numadi. Yaitu asal dan kembalinya semua yang ada dan tidak ada di jagat raya ini. Realitas tertinggi disebut Siwa, yang merupakan kesadaran yang tak terbatas, yang abadi, tanpa perubahan, tanpa wujud, merdeka, ada dimana-mana, maha kuasa, maha tahu, esa tiada duanya, tanpa awal, tanpa penyebab, tanpa noda, ada dengan sendirinya, selalu bebas, selalu murni dan sempurna. Ia tak dibatasi oleh waktu yang merupakan kebahagiaan dan kecerdasan yang tak terbatas, bebas dari cacat, maha pelaku dan maha mengetahui.

Dewa Siwa adalah tuhan cinta kasih, yang karunianya tak terbatas, cinta kasihnya tak terbatas dan merupakan penyelamat dan guru. Ia selalu terlibat dalam pembebasan roh-roh dari perbudakan materi. Ia mengenakan wujud seorang guru yang berasal dari cinta kasihnya yang mendalam terhadap umat manusia. Ia menghendaki agar semuanya mengetahui tentang Dia dan mencapai Siwa –pada yang penuh kebahagiaan. Ia menjaga aktifitas dari roh-roh pribadi dan membantunya dalam pergerakan majunya. Ia membebaskan roh-roh pribadi dari belenggu ikatan.

Kedudukan Dewa Siwa dapat dilihat pada salah satu puja yang dipakai pada saat sembahyang di sangah merajan: Om Brahma Wisnu Iswara Dewam. Tripurusa Suddhatmakam. Tridewa Trimurti Lokam. Sarwa Wighna Winasanam. Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Dewa Brahma, Wisnu, Iswara, Tripurusa Maha Suci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.

Selain ke-Tuhanan, Siwa Siddhanta juga memuat beberapa ajaran, di antaranya: ajaran tentang Atma yang sesungguhnya berasal dari Bhatara  Siwa dan akan kembali kepada-Nya juga, ajaran Karma Phala yang berkaitan dengan Punarbawa atau siklus reinkarnasi, ajaran pelepasan yang berkaitan tentang Yoda dan Samadhi.

Terdapat pula ajaran tata susila yang erat hubungannya dengan ajaran Karma Phala. Tumpuan dari ajaran tata susila itu adalah Tria Kaya Parisuddha. Yaitu, Kayika Parisuddha (berbuat yang benar), Wacika Parisuddha (berbicara yang benar), dan Manacika Parisuddha (berfikir yang benar).

Akhir kata, di mana Tuhan selalu dihadirkan, dipuja dengan penuh sujud bakti, di mana kekuatan Tuhan selalu dihadirkan dalam setiap nama, rupa, warna, maka di sana akan selalu ada rasa syukur, rasa penuh bakti, rasa penuh cinta, maka akan hadir keberuntungan serta kebaikan.

I Ketut Suji (ASN Kemenag Kab Karangasem)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA