Jelaskan pengaruh modernisasi terhadap keragaman kelompok sosial di masyarakat

Heni Widiastuti Sabtu, 22 Januari 2022 | 09:00 WIB

Dampak Negatif Modernisasi terhadap Budaya Masyarakat Indonesia, Kelas 6 SD Tema 9

GridKids.id - Pada pembahasan materi tematik kelas 6 SD tema 9 kali ini, kita akan bahas tentang dampak negatif dari modernisasi. Modernisasi sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari dengan segala teknologi yang canggih dan maju. Adanya modernisasi ini dapat memudahkan pekerjaan manusia agar lebih efisien dengan segala dampak positifnya. Namun ternyata enggak semua bisa berdampak positif, Kids. Modernisasi juga bisa berdampak negatif dan kita diharapkan dapat menentukan sikap terhadap pengaruh yang ada. Seperti pengaruh modernisasi terhadap perubahan budaya yang terjadi pada masyarakat.

Jika kamu amati, ada beberapa dampak negatif dari modernisasi yang bisa berpengaruh pada perubahan budaya masyarakat kita. Untuk itu, kamu dapat membaca cerita teks bacaan informasi di bawah ini, setelah itu temukan kunci jawabannya! Dampak Modernisasi terhadap Budaya Masyarakat

Baca Juga: Bagaimana Modernisasi Memengaruhi Gaya Hidup dan Cara Berpikir Masyarakat?

Modernisasi memiliki dampak negatif dan positif terhadap budaya masyarakat. Salah satu dampak negatif dari pengaruh modernisasi antara lain munculnya keraguan terhadap norma dan nilai masyarakat yang telah ada. Hal ini dapat menyebabkan pertentangan antara anggota masyarakat tersebut.  Modernisasi juga dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan budaya. Misalnya, perkembangan teknologi komunikasi melalui penggunaan internet. Apabila masyarakat tidak memanfaatkannya dengan benar, dapat menimbulkan potensi masalah. Komunikasi yang bebas melalui internet, misalnya. Jika kebebasan mengakses informasi dan komunikasi ini tidak diimbangi sikap bijak penggunanya, maka teknologi ini justru akan merugikannya. Masyarakat harus mampu menyaring informasi dengan menggunakan nilai dan norma yang telah dianutnya. Dengan demikian, masuknya paham-paham yang dapat memecah persatuan bangsa dapat diatasi sejak dini.  Masuknya budaya luar seperti budaya individualisme, konsumerisme, hedonisme, juga dapat mengancam jati diri bangsa. Individualisme adalah paham yang selalu mementingkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya. Sedangkan konsumerisme adalah cara pikir dan cara hidup konsumtif yang menggunakan sesuatu tanpa mempertimbangkan kebutuhannya. Dan hedonisme adalah paham yang mementingkan kesenangan dan gaya hidup hura-hura.  Contoh Soal dan Jawaban 1. Setelah membaca bacaan di atas, uraikan apa saja dampak negatif dari modernisasi terhadap budaya bangsa! Jawab: Dampak negatif modernisasi terhadap budaya masyarakat Indonesia yaitu:

Baca Juga: Mengidentifikasi Cerita Fiksi 'Teropong Binokular dan Bintang Jatuh', Kelas 6 SD

- Kesenjangan sosial ekonomi. - Pencemaran lingkungan. - Meningkatnya kriminalitas.

- Munculnya perilaku konsumtif. - Masuknya budaya luar. - Bertambahnya rasa malas akibat perkembangan teknologi. 2. Apa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Jawab: - Meningkatkan akses untuk belajar dan kerja.

Baca Juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 6 Tema 6: Sikap Mempertahankan Kemerdekaan

- Melakukan pengurangan sampah dan daur ulang.

- Meningkatkan keamanan negara dan lingkungan. - Mengatur penghasilan dan belanja sesuai kebutuhan. - Meningkatkan pemahaman akan budaya sendiri dan melestarikannya. - Enggak boleh malas walau ada teknologi yang memudahkan kita, gunakanlah waktu untuk hobi agar lebih bersemangat. Nah, itulah pembahasan materi tematik kelas 6 SD tema 9, yaitu mengetahui apa saja dampak negatif modernisasi serta cara mengatasinya.

Baca Juga: Mengenal Ciri dan Karakteristik Anggota Tata Surya, Materi Kelas 6 SD 

-----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.

Oleh: Aspariyana
Mahasiswa Sosiologi FISIP UMRAH

Modernisasi merupakan suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam artian teknologis serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil (Soerjono Soekanto: 2007). Modernisasi yang terjadi membawa dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak positif ialah berkembangnya IPTEK mempermudah masyarakat mencari berbagai informasi, merubah mindset dari masyarakat tradisional (irasional) menjadi masyarakat modern (rasional), sedangkan dampak negatif yang dirasakan misal kenakalan remaja didukung dengan semakin mudahnya mengakses situs dengan bebas, munculnya sikap individualistik yang membuat sebagian masyarakat lupa akan kedudukan dirinya sebagai makhluk sosial, dan lunturnya jati diri suatu bangsa karena dengan bangga masyarakat mengangunggkan hal yang bersifat western (kebarat-baratan) dalam hal kuliner, lifestyle, d.s.b.

Dalam konteks tersebut di lihat akibat moderinisasi prilaku terhadap kebudayaan kebudayaan di indonesia yang sekarang hanya dipegang lalu dilestarikan dan diimani oleh kalangan orang tua saja dan generasi muda hampir tidak ada upaya dalam melestarikan budaya tersebut dari hal yang terkecil, salah satunya bahasa, “Sebanyak 726 dari 746 bahasa daerah di indonesia terancam punah karena generasi muda enggan mengunakan bahasa tersebut. Bahkan kini hanya tersisa 13 bahasa daerah yang memiliki penutur di atas satu juta orang. Itupun sebagian generasi tua (Kompas,14/11/2007)”. Sedangkan anak muda di kota ini berbondong-bondong mengunakan bahasa yang tren agar mencari jati diri sebagai generasi milenial atau ‘kids jaman now’ sehingga dalam melestarikan bahasa daerah tersebut hilang tergerusnya zaman.

Khususnya di Kepulauan Riau, Saat ini peranan budaya dan adat istiadat tidak sekental dahulu, sehingga semakin lama semakin menipis dan melemah, tidak dipungkiri peran pemerintah kurang mensosialisasinya betapa pentingnya melestarikan budaya hingga etika dan prilaku orang melayu akibatnya banyak sudah unsur westernisasi yang masuk ke dalam masyarakat yang menghantam generasi muda. Indikasi yang banyak muncul salah satunya ialah fenomena pergaulan bebas. Jika dahulu saya melihat anak muda orang melayu sangat sopan-santun dan mengetahui apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan, sehingga saya berpikir inilah budaya melayu yang sesungguhnya. Namun saat ini pergaulan remaja antara pria dan wanita seakan tiada batas penghalang karena kurangnya wawasan serta warisan orang tua terdahulu tidak melekat dalam jiwanya sendiri. Bagaimana tidak, seringkali kita jumpai sampai kesudut kota pasangan muda-mudi bergandengan, berpelukan sampai tinggal bersama dalam satu atap. Hal ini tak selayaknya dilakukan mengingat pasangan tersebut belum sah dimata agama dan hukum, mereka pun juga berdomisili di tempat ini dimana khasanah melayu akan moral dijunjung. Tak khayal membuat masyarakat geram dengan prilaku yang tidak pantas ini. Dalam fakta empiris tidak satupun masyarakat sekitar yang menegurnya dalam prilaku menyimpang karena lemahnya etika hingga norma budaya orang melayu tersebut.

Studi kasus salah satu mahasiswa Sosiologi FISIP UMRAH dalam skripsinya membahas tentang fenomena prilaku pergaulan bebas masyarakat di rumah kos kelurahan sungai jang kota Tanjungpinang yang menjelaskan prilaku pergaulan bebas bisa terjadi dikalangan pelajaran maupun mahasiswa karena jauh dari pantauan orang tua hingga mereka berani melakukan hal yang tak pantas itu. Namun hal ini dilakukan tak lepas karena kurangnya pengawasan dari warga sekitar. Kurangnya kontrol sosial dengan lingkungan masyarakat yang ada dikawasan sungai jang dan penghuni kos dengan bebasnya bisa melakukan segala sesuatu yang melanggar aturan-aturan, norma sosial. Menunjukkan begitu kurangnya kontrol sosial yang dilakukan masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Yang konon masyarakat melayu itu menjunjung nilai keramah-tamahan, peduli sekitar. Sekarang telah berubah menjadi individu yang apatis (tidak peduli akan lingkungan sekitar). Sangat disayangkan degradasi moral mulai terjadi. Padahal Jika dilihat diawal tentang penjabaran nilai kemelayuan yang kokoh sangat berbanding tebalik dengan kenyataan saat ini. Dan ini perlu kajian lebih dalam mengingat kota Tanjungpinang bagian dari falsafah kemelayuan.

Gelombang modernisasi yang kian menerpa seakan sangat mudah menenggelamkan orang-orang yang tidak siap dengan perkembangan zaman, mau tak mau masyarakat harus mengikutinya. Dilihat dari segi geografis, salah satunya di kota Tanjungpinang merupakan bagian dari wilayah berbudaya melayu. Dan masih terasa sekali kentalnya nilai budaya melayu tempo dulu. Awalnya, masyarakat melayu ialah masyarakat yang sangat menunjung tinggi nilai adat sopan santun melekat di dalam diri setiap orang melayu. Secara historis tertuang dalam ‘Gurindam 12’ yang tiap pasalnya berisikan pepatah bijak, pesan moral, dan nasehat. Bukan hanya karya tulis, Kepulauan Riau juga memiliki kekayaaan adat resam melayu yang seringkali kita dengar ‘adat bersendikan syara, syara bersandikan kitabullah’. Secara harfiah dapat diartikan bahwa adat melayu bersendikan hukum agama dan hukum agama bersendikan kitab Allah, yaitu Al-quran. Maknanya norma-norma sosial di dalam masyarakat dijadikan adat dan dijadikan sebagai pegangan hidup dan mengaktualisasikan diberbagai aspek kehidupan.

Alangkah baiknya sebagai generasi muda melayu ikut andil dalam meneruskan nilai kemelayuan, mencintai budaya sendiri serta ikut menerapkan nilai positif dalam berbagai aspek kehidupan. Sebab, jika bukan kita yang menjaga, mempertahankan akan membuat hilang diterpa derasnya modernisasi. Seperti yang dikatakan Gubernur Kepri Nurdin Basirun yang baru-baru ini berpesan kepada generasi muda Kepri agar tidak melupakan budaya dan sejarah negeri ini. Dan sayang sekali jika nilai kearifan itu hilang membuat generasi seterusnya tidak akan mengenal budaya sendiri.***

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA