Dari pernyataan tersebut yang termasuk penyebab keruntuhan kerajaan Mataram adalah nomor

Candi Borobudur salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Foto: Pixabay

Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan yang berdiri di Jawa bagian tengah pada abad ke-8. Kerajaan ini sempat dipimpin oleh dua dinasti, yakni dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan dinasti Syailendra yang beragama Buddha.

Meski memiliki pemerintahan dengan agama yang berbeda, dua kerajaan ini hidup saling berdampingan dengan damai. Peninggalan kerajaan yang masih berdiri kokoh sampai saat ini adalah Candi Prambanan dan Candi Borobudur dengan corak masing-masing dinastinya.

Kerajaan Mataram Kuno disebut juga Kerajaan Medang karena lokasinya di sekitar Medang dan terletak di Poh Pitu. Di sebelah utara Kerajaan Mataram Kuno terdapat Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, dan Sumbing. Sedangkan di sebalah barat terdapat Pegunungan Serayu. Selain itu, kerajaan ini berdekatan dengan Laut Selatan dan Pegunungan Seribu.

Pendiri kerajaan ini adalah Sri Sanjaya yang merupakan generasi ketiga dari pemimpin Bhumi Mataram. Pada tahun 732, ia naik takhta dan mendapatkan sebutan Rakai Mataram.

Candi Prambanan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Foto: Pixabay

Kehidupan Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno

Dalam aspek sosial, kehidupan masyarakat di Kerajaan Mataram Kuno jauh dari konflik meskipun memiliki dua dinasti yang berbeda. Ikatan persaudaraan rakyat Mataram Kuno sangat kuat, dan itu dilihat dari banyaknya banyaknya candi-candi besar yang dibangun pada masa itu.

Untuk kehidupan berpolitik, Kerajaan Mataram Kuno memiliki sistem birokrasi yang tertata. Terdapat beberapa istilah dari sistem pemerintahan kerajaan ini yakni Rakryan Mahamantri yang merupakan pembantu utama raja, Rakryan sebagai pejabat administrasi, dan Rakai yang merupakan penguasa daerah.

Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno umumnya bercocok tanam, berternak, dan melakukan perdagangan ke berbagai daerah untuk kegiatan perekonomiannya. Namun jika dilihat melalui letak geografisnya, kecil kemungkinan kegiatan berdagang rakyat Mataram dilakukan melalui laut.

Kerajaan Mataram Kuno terus berkembang dan mencapai puncak kejayaan ketika para pemimpin mulai melakukan pembangunan candi.

Candi Prambanan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Foto: Pixabay

Rakai Pinangkaran memulai pembangunan komplek besar Candi Borobudur dan Candi Sewu yang bercorak agama Buddha. Kemudian disusul dengan Rakai Pikatan yang mulai membangun Candi Prambanan sebagai komplek percandian terbesar agama Hindu.

Penyebab Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno disebabkan oleh konflik eksternal dengan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini bermula dari pengusiran Balaputradewa dari dinasti Syailendra dan kekalahannya dalam perebutan takhta dengan Rakai Pikatan dari dinasti Sanjaya.

Serangan dari Kerajaan Mataram Kuno terhadap Kerajaan Sriwijaya berhasil digagalkan dengan bantuan China. Kemudian Sriwijaya membalas serangan pada tahun 1016-1017, tepat ketika terjadi pemberontakan dalam masa pemerintahan Dharmawangsa, pemimpin Kerajaan Mataram Kuno. Hal inilah yang menyebabkan Kerajaan Mataram Kuno berhasil diruntuhkan.

Home Nasional Nasional Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Rabu, 02 Des 2020 16:01 WIB

Kerajaan Mataram Islam memiliki pengaruh besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Berikut awal kejayaan hingga runtuhnya Kerajaan Mataram Islam. (Foto: iStockphoto/awicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia --

Sejarah awal terbentuknya Kerajaan Mataram Islam diketahui berdiri sekitar abad ke-16, tepatnya pada tahun 1582 di Pulau Jawa. Kesultanan ini merupakan kerajaan berbasis pertanian, dengan menerapkan ajaran Islam dalam perjalanan kejayaannya.

Kerajaan Mataram Islam pernah mempersatukan tanah Jawa dan Madura. Kesultanan ini juga pernah memerangi Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC di Batavia untuk mencegah penyebaran kekuasaan VOC.

Pusat Pemerintahan Kesultanan Mataram Islam terletak di wilayah Kuthagedhe yang berada di Kota Yogyakarta sekarang.

Dalam perjalanannya, Kesultanan ini meninggalkan beberapa jejak sejarah yang masih terlihat hingga kini, seperti kampung Matraman di Jakarta, sistem persawahan di Jawa Barat (Pantura), serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih diberlakukan hingga kini.

Berikut perjalanan sejarah Kerajaan Mataram Islam, dari masa awal berdiri hingga runtuhnya kesultanan tersebut.

Masa Awal dan Kejayaan Kerajaan Mataram Islam

Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Ilustrasi. Masa Awal dan Kejayaan Kerajaan Mataram Islam

Masa awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam ini dimulai dari perebutan wilayah Pajang oleh Sutawijaya. Lalu, Kerajaan Mataram menjadi salah satu Kesultanan Islam yang dinilai berkembang di tanah Jawa.

Kerajaan Mataram rutin menerjemahkan naskah Arab dan menerjemahkan Alquran ke bahasa Jawa. Mulai saat itu, kesultanan ini mendirikan pesantren yang menjadikan wilayahnya sebagai pusat agama Islam.

Selain membangun pesantren, ada bermacam cara dilakukan para penguasa untuk menjadikan wilayah Kesultanan Mataram sebagai pusat agama Islam, di antaranya dengan mendirikan rumah ibadah.

Kejayaan Kesultanan Mataram terjadi pada saat Raden Mas Rangsang atau biasa dikenal dengan Sultan Agung memimpin Kerajaan Islam Mataram pada 1613-1645.

Pada masa kepemimpinannya, ia diklaim sebagai raja terbesar dari semua pemimpin kerajaan Mataram.

Pada masa kejayaannya, Sultan Agung Hanyokrokusumo berhasil melakukan ekspansi ke sebagian pulau Jawa dengan cara menundukkan raja-raja lainnya.

Cakupan wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian wilayah di Jawa Barat.

Sultan Agung Hanyokrokusumo juga melakukan perlawanan kepada VOC dengan memboyong beberapa kerajaan untuk disatukan, meliputi Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon.

Namun sayangnya, kejayaan itu harus berakhir karena ia wafat saat menyerang VOC di Batavia pada 1628 hingga 1629 M.

Runtuhnya Kesultanan Mataram Islam

Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi keraton. Runtuhnya Kesultanan Mataram Islam

Setelah Sultan Agung Wafat, takhta kesultanan diserahkan pada putranya, Susuhunan Amangkurat I. Di bawah kepemimpinan Amangkurat I, ia memindahkan lokasi keraton ke Plered. Sejak saat itu gelar Sultan diganti menjadi Sunan.

Berbeda dengan ayahnya, Amangkurat I justru bukan sosok anti-VOC. Ia justru berteman dengan VOC.

Pada 1645 hingga 1677 terjadi pertentangan dan perpecahan dalam keluarga Kerajaan Mataram Islam. Lantas, momen ini dimanfaatkan VOC untuk menguasai Kesultanan tersebut.

Kemudian pada 1677 Susuhunan Amangkurat I meninggal. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II. Di masa kepemimpinan itu, Susuhunan II memindahkan pusat pemerintahan ke Kertasura.

Belanda pun mulai menguasai sebagian besar wilayah kerajaan Mataram saat Raja Amangkurat II memimpin. Hal ini kemudian membuat rakyat menderita karena kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Belanda.

Kepemimpinan Kesultanan Mataram terus berganti. Takhta kerajaan diwariskan kepada Amangkurat III, Pakubuwana I, Amangkurat IV, dan Pakubuwana II.

Pada kepemimpinan Pakubuwana II merupakan akhir dari kejayaan Kerajaan Mataram Islam. Hal ini ditandai dengan penandatanganan penyerahan kedaulatan Mataram kepada VOC pada 11 Desember 1749. Namun secara de facto, Mataram ditundukkan sepenuhnya pada 1830.

Sampai akhirnya pada 13 Februari 1755 menjadi puncak perpecahan Kerajaan Mataram Islam. Hal ini ditandai dengan Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Yogyakarta.

Usai dibagi menjadi dua wilayah, perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram Sehingga pada 1757 terjadi perjanjian Salatiga. Namun perpecahan ini berakhir pada 1830 saat perang Dipenogoro selesai.

Seluruh daerah kekuasaan Surakarta dan Yogyakarta dirampas oleh Belanda. Akhirnya pada 27 September 1830 terjadi perjanjian Klaten yang menentukan wilayah kekuasaan Belanda.

Akhirnya secara permanan Kerajaan Mataram diserahkan kepada Belanda lewat perjanjian tersebut.

Peninggalan Kerajaan Mataram Islam

Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Ilustrasi. Salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam adalah Makam Raja Mataram Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta

Ada banyak peninggalan dari Kerajaan Mataram Islam yang masih bisa disaksikan hingga kini. Yakni Pasar Kotagede, Masjid Agung Negara di Yogyakarta, Kompleks Makam Kerajaan Imogiri di Bantul Yogyakarta, hingga Masjid Agung Surakarta di Solo.

Selain itu, ada juga kitab Sastra Gending yang menjadi sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam.

Itulah perjalanan panjang berdiri dan berjaya, hingga runtuhnya Kerajaan Mataram Islam yang menjadi salah satu kesultanan terbesar kerajaan Islam Nusantara.

(cha/fjr)

Saksikan Video di Bawah Ini:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA