Dampak nyata masuknya pengaruh Islam di bidang budaya dapat dilihat dari bukti konkret berupa

tirto.id - Dalam konten edukasi sejarah kali ini, kita akan mempelajari contoh akulturasi budaya masyarakat nusantara dengan ajaran Islam.

Sejarah perkembangan masuknya agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari akulturasi dengan budaya lokal. Ajaran Islam disambut dengan ragam budaya di Nusantara, atau Jawa, yang sudah berakulturasi dengan budaya Hindu, Buddha, juga tradisi nenek moyang.

Definisi atau pengertian akulturasi menjadi penting untuk dipahami dalam konteks ini, berlanjut dengan proses awal masuknya ajaran Islam di Nusantara yang pada akhirnya menjadi agama terbesar yang dianut oleh penduduk Indonesia.

Hasil akulturasi Islam dengan budaya lokal di Nusantara yang telah ada sebelumnya kemudian menghasilkan sesuatu yang baru dan merupakan perpaduan dari ragam budaya yang berbeda tersebut.

Perkembangan Akulturasi Islam di Indonesia

Dampak nyata masuknya pengaruh Islam di bidang budaya dapat dilihat dari bukti konkret berupa

Akulturasi dimaknai sebagai fenomena yang terjadi ketika kelompok kelompok individu dengan budaya berbeda terlibat dalam kontak yang terjadi secara langsung. Proses ini disertai perubahan terus-menerus, sejalan dengan pola-pola budaya asal atau dari kedua kelompok itu.

Penelitian Berry Jhon W. bertajuk "Acculturation: Living Successfully in Two Cultures" dalam International Journal of Intercultural Relations (2005) mendefinisikan akulturasi sebagai proses belajar dari sosok individu yang memasuki budaya baru yang berbeda dari budaya sebelumnya.

Baca juga:

  • Teori Sejarah Masuknya Agama Hindu dan Buddha ke Indonesia
  • Sejarah Proses Masuknya Agama Kristen Katolik ke Indonesia
  • Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

Akulturasi sering pula dideskripsikan sebagai perubahan dan adaptasi. Perubahan akulturasi bisa jadi merupakan konsekuensi dari transmisi/persinggungan budaya yang terjadi secara langsung.

Penyebab perubahan ini bisa saja berkembang dari faktor nonkultural, seperti modifikasi lingkungan dan demografi yang dibawa melalui pergeseran budaya.

Proses perubahannya berbeda-beda, tergantung dari masa penyesuaian terhadap masuknya budaya asing, yang bisa saja merupakan adaptasi reaktif atas kecenderungan cara hidup tradisional yang sudah terbiasa dilakukan sebelumnya.

Di Nusantara, ajaran Islam mampu berkembang dan menyebar dengan cukup pesat yang kini merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia.

Kehadiran Islam di Nusantara relatif bisa diterima oleh masyarakat berkat gaya syiar yang tetap menghargai budaya atau tradisi sebelumnya. Gaya dakwah seperti ini dirintis oleh para Walisongo sejak abad ke-15 Masehi.

Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab bahwa pada abad ke-17 M, ajaran Islam sudah menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara, tulis Agus Sunyoto dalam Atlas Walisongo (2012).

Baca juga:

  • Sejarah Majapahit: Penyebab Runtuhnya Kerajaan & Daftar Raja-Raja
  • Nama-Nama Asli Wali Songo: Strategi Dakwah & Persebarannya
  • Sejarah Kesultanan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Contoh Akulturasi Budaya Masyarakat di Nusantara dengan Ajaran Islam di Indonesia

Beberapa contoh tradisi yang merupakan bentuk akulturasi Islam dengan budaya lokal di Nusantara, khususnya di Jawa antara lain tradisi kenduri atau kenduren untuk mendoakan arwah orang yang sudah meninggal dunia.

Kenduri ini sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha di Jawa. Sunan Ampel menyesuaikan tradisi ini agar tidak menyimpang dari ajaran Islam.

Berikutnya ada beduk, peralatan untuk memberikan penanda waktu salat bagi umat Islam. Sebelumnya, beduk dipakai sebagai penanda waktu dalam peribadatan umat Buddha.

Baca juga:

  • Jalan Setapak Syekh Siti Jenar
  • Keruntuhan Kerajaan Demak: Penyebab dan Latar Belakang
  • Perang Paregreg: Awal Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Wayang juga merupakan salah satu bentuk akulturasi Islam dengan budaya lokal di Jawa. Wayang yang sudah dikenal sejak zaman pra-Islam di Jawa digunakan oleh para Walisongo untuk berdakwah agar mudah diterima oleh masyarakat.

Walisongo juga memanfaatkan gamelan untuk menarik minat warga agar menghadiri pengajian sebagai salah satu bentuk syiar Islam.

Beberapa contoh akulturasi lainnya adalah tradisi Sekaten di Yogyakarta dan Surakarta, arsitektur sejumlah masjid di Jawa yang merupakan perpaduan corak Hindu/Buddha dan Islam, tembang-tembang Jawa yang sedikit diubah untuk dakwah, dan lain sebagainya.

Dampak nyata masuknya pengaruh Islam di bidang budaya dapat dilihat dari bukti konkret berupa

Bentuk-Bentuk Akulturasi Kebudayaan Islam di Indonesia

Indonesia banyak memiliki akulturasi kebudayaan Islam yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut terjadi karena sebelum Islam masuk sudah banyak terdapat kebudayaan suku asli, agama Hindu-Budha, dan lainnya.

Dikutip dari Jurnal Fikrah: Akulturasi Islam dan Budaya Jawa oleh Donny Khoirul Aziz (2013:266-273), Beberapa akulturasi kebudayaan Islam yang berkembang di Indonesia sebagai berikut:

1. Tradisi Bentuk Makam

Pada masa Hindu, masyarakat tidak memiliki tradisi memakamkan mayat. Masyarakat melakukan tradisi Hindu membakar mayar dan melarung abunya ke laut. Abu dari orang kaya akan disimpan dalam guci dan abu raja akan disimpan dalam sebuah candi.

2. Bentuk Nisan

Akulturasi budaya juga dapat dilihat dalam bentuk nisan. Bentuk nisan yang berkembang pada awalnya hanya berbentuk kapal terbalik (lurus) dari Persia. Kemudian, berkembang bentuk lain seperti teratai, keris, dan gunungan wayang yang dipengaruhi kebudayaan Jawa.

3. Arsitektur Bangunan Masjid

Banyak terdapat bangunan masjid di Indonesia seperti Masjid Agung Demak, Masjid Gede Mataram, Masjid Soko Tunggal Kebumen, dan lainnya. Beberapa arsitektur masjid yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha dan Barat sebagai berikut:

  • Bentuk atap masjid berbentuk kubah Ottoman data-style dan India data-style. Tedapat atas bersusun yang bentuknya semakin kecil ke atas serta bagian atas seperti mahkota. Atapnya berjumlah ganjil bilangan tiga atau lima.
  • Terdapat bedug sebagai penanda tibanya waktu salat.
  • Beberapa masjid seperti Masjid Agung Kudus memiliki atap tumpeng. Sedangkan, Masjid Agung Banten memiliki Menara berbentuk mercusuar.
  • Letak masjid bersifat strategis, yaitu terletak berdekatan dengan kraton, pasar, dan alun-alun.
4. Kesusasteraaan

Berkembang kesusastraan seperti hikayat dan syair. Di daerah Melayu karya sastra banyak ditulis menggunakan bahasa Arab. Sedangkan di Jawa menggunakan bahasa Jawa, walaupun beberapa kesusastraan menggunakan bahasa Arab terutama tentang soal keagamaan.

5. Seni Wayang

Berkembang seni kebudayaan berupa wayang yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam oleh para Walisongo. Wayang merupakan bentuk samaran gambaran manusia supaya tidak melanggar aturan dalam Islam.

Baca juga:

  • Sejarah Runtuhnya Kerajaan Ternate dan Silsilah Raja atau Sultan
  • Sejarah Penyebab Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai
  • Sejarah Runtuhnya Tarumanegara: Sebab, Peninggalan, Raja

Baca juga artikel terkait AKULTURASI atau tulisan menarik lainnya Syamsul Dwi Maarif
(tirto.id - sym/isw)


Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Berbicara tentang pengaruh islam di Indonesia, tentu ada banyak kisah dan sejarah yang dapat kita bahas. Idul adha adalah salah satu hari raya yang ada di agama islam. Layaknya idul fitri, hari raya ini punya ciri khasnya sendiri. Kaum muslimin seluruh dunia merayakan idul adha dengan melakukan penyembelihan sapi atau kambing. Penyembelihan hewan kurban biasanya dilakukan setelah solat ied yang dilakukan di pagi hari.

Kalau secara umum, menikmati daging hasil qurban biasanya dilakukan dengan cara membakar sate bersama keluarga, teman, tetangga atau kerabat lainnya. Tak lupa juga diberikan kepada fakir miskin sebagai salah satu yang berhak mendapatkan daging kurban.

Beberapa daerah di Indonesia merayakan idul adha dengan tradisinya tersendiri. Seperti yang dilakukan oleh warga Pasuruan. Salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur itu, menggelar tradisi “Manten Sapi” atau pengantin sapi sehari sebelum hari idul adha. Hewan kurban dihias sedemikian rupa, sebelum akhirnya diarak dan diserahkan kepada panitia kurban. Warga setempat melakukan tradisi ini dalam rangka penghormatan kepada hewan yang akan di kurban.

“Manten Sapi” adalah salah satu contoh dari sekian banyak tradisi yang ada di Indonesia. Masih banyak pengaruh islam yang menjadi tradisi di Indonesia. Kebanyakan dari tradisi tersebut merupakan akulturasi islam dari hindu-budha. Hal tersebut dikarenakan hindu-budha yang lebih dulu masuk ke Nusantara dibanding Islam.

Seperti yang terjadi di bidang politik. Dahulu kala saat Nusantara masih kental dengan hindu-budha, raja dianggap sebagai titisan dewa. Setelah pengaruh islam masuk, konsep raja diganti dengan islam khalifah atau pemimpin umat. Sebutan raja diganti menjadi sultan (dalam bahasa arab berarti penguasa kerajaan) atau sunan (yang artinya dihormati). Kalau kamu familiar dengan sebutan “kiai”, kata itu adalah sebutan untuk penasihat pribadi sultan atau sunan.

Tapi kalau dilihat di bidang pemerintahan, tidak ada perubahan menyeluruh yang berasal dari pengaruh islam. Nama-nama sultan dari kesultanan yang ada di Jawa, tidak menggunakan nama islam, melainkan menggunakan nama dari budaya Jawa. Seperti Sultan Trenggana, Sultan Hadiwijoyo, Susuhunan Mangkunegoro, Hamengkubuwana, dan Pakubuwana.

Di bidang sosial-budaya, datangnya islam menghilangkan sistem kasta yang diajarin sama agama hindu. Selain itu, masyarakat sudah tidak lagi menggunakan kalender saka. Sultan Agung dari Mataram bikin kalender Jawa yang berdasarkan perhitungan peredaran bulan hijriah.

Bahasa yang digunakan sehari-hari pun banyak yang berubah. Ada banyak kosakata Arab yang diserap ke dalam bahasa Melayu dan bahasa Nusantara. Penyebutan hari dalam kalender termasuk salah satu yang terpengaruh kata serapan tersebut. Senin berasal dari kata isnain, selasa dari sulasa, rabu dari rauba’a, Kamis dari khamis, jumat dari jum’at, dan sabtu dari sabt.

Kamu pasti punya teman yang namanya bernuansa Arab kan? Atau kamu adalah salah satu orangnya? Karena pasti ada nama-nama orang Indonesia yang bernuansa Arab, seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Hasan, atau Ibrahim. Nah, nama-nama itu juga bagian dari pengaruh masuknya Islam di zaman kerajaan dulu.

Bidang lain yang kena pengaruh masuk islam adalah kesenian. Kita bisa lihat dari seni bangunan yang ada di negara kita ini. Kaya misalkan makan, masjid dan keraton. Bangunan-bangunan ini nunjukkin akulturasi dari hindhu-budha juga. Bisa kita liat kalau masjid itu atapnya dibuat bertingkat dan jumlahnya selalu ganjil seperti candi.

Selain bangunan, kesenian yang terpengaruh juga adalah seni sastra. Pengaruh dari islam atau arab bisa diliat dari syair yang terdiri dari syair yang terdiri dari 4 baris dalam setiap baitnya. Ada juga yang terpengaruh persia, yaitu hikayat atau kisah yang diangkat dari tokoh-tokoh terkenal yang hidup pada masa itu, seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Panji Semirang, dan Hikayat Bayan Budiman.

Seni rupa juga jadi kesenian yang terpengaruh akulturasi dari datangnya islam ke Nusantara. Pada masa itu, seniman menerapkan teknik “stilasi”. Ini adalah teknik yang dilakukan untuk menyamarkan ukiran makhluk hidup. Hal ini dilakukan karena dalam agama islam tidak diperbolehkan untuk melukis makhluk hidup bernyawa dalam konteks penyembahan berhala. Masuknya Islam ke Jawa juga ngubah bentuk wayang yang aslinya mirip bentuk manusia jadi ga mirip lagi.

Masih ada banyak lagi hal-hal yang terpengaruh oleh datangnya islam ke Nusantara. Semua itu masih kita rasakan sampai sekarang. Seperti contohnya di bidang fashion, kamu pasti familiar dengan sarung, kopiah, baju koko, dan kerudung dong? Semua pakaian itu merupakan bagian dari akulturasi islam yang kita rasakan.

Kamu bisa belajar lebih lengkap lagi soal bukti pengaruh islam yang masih ada hingga kini lewat video belajar di aplikasi Pahamify. Disitu kamu bakal pelajarin ada tradisi apa aja yang berubah dari yang awalnya masih bernuansa hindu-budha dan kini berubah akibat datangnya islam ke Nusantara. Semua bisa dipelajarin dengan seru dan dijamin bikin kamu gampang paham!

Download dan langganan Pahamify sekarang juga buat bisa ngerasain fitur lengkap yang siap bantu kamu ningkatin prestasi belajar!

Penulis: Afif Rizki